Sudah satu minggu semenjak aku melihat Jaemin di cafe waktu itu. Sepertinya dia semakin meninggi saja..
Semakin sulit juga untuk ku gapai.
Aish, kenapa pikiranku jadi melantur begini? Sudah dua tahun, Ju.. jangan sampai menangis lagi setiap malam seperti dulu. Menangisi.. lelaki dengan tingkah norak dan berisik itu.
Tapi.. justru tingkah konyolnya itu lah yang membuatku nyaman di dekatnya.
"Ck, harus move on."
"Mikirin apa, sih?"
Aku tersentak, tahu-tahu Junkyu sudah berdiri di hadapanku, memegang nampan dan hendak duduk. "Katanya gak pernah pacaran. Terus move on dari siapa? Ah! Bertepuk sebelah tangan, ya?"
"Mau aku guyur?" Ancamku sambil mengangkat tinggi segelas soda yang baru dia berikan.
"Bercanda, elah." Decaknya yang langsung bungkam. "Nih katanya ngidam jjajangmyeon. Ayo makan."
"Ngidam apanya?!" Seruku emosi, dalam beberapa detik lupa kalau sekarang kami tak berada di rumah─ tapi di restoran yang ramai pengunjungnya. Aku menoleh ke kanan-kiri, semua mata sekarang tertuju pada kami. Sementara aku tersenyum tak enak sembari meminta maaf pada orang-orang, Junkyu justru senyam-senyum tak jelas. "Lain kali kalo ngomong mikir dulu. Kalo aku dikira hamil muda, gimana?" Tanyaku berbisik dengan tatapan tajam. Laki-laki di hadapanku hanya menjawab dengan mengedikan bahunya lalu makan dengan tenang seakan tak punya dosa.
Berbeda denganku yang tiba-tiba tidak mood makan karena memikirkan Na Jaemin. Diam-diam aku mencuri lirik, berpikir apa aku bisa bercerita lalu meminta saran pada Junkyu? Walau menjengkelkan, Junkyu terkadang bisa diandalkan.
"Junkyu.."
"Hm?" Sahutnya tanpa melihat, masih fokus menikmati jjajangmyeon karena sudah lama tak memakan makanan Korea.
"Junkyu."
"Mwo?"
Lagi-lagi dia tidak menatapku. Aku menghela nafas. "Berhenti dulu makannya. Aku butuh saran."
Akhirnya pergerakan Junkyu terhenti, dia meletakan sumpitnya lalu meneguk soda sampai akhirnya melihatku. "Tentang apa?"
"Ini udah lumayan lama, sih. Mungkin sekitar seminggu yang lalu."
"Ini udah ganti bulan, dan kamu baru mau minta saran?" Dia mengernyitkan dahi.
"I-iya.. makanya aku mau minta saran. Biar setidaknya gak buang-buang lebih banyak waktu." Kataku membela diri. Jantungku berdebar cepat. Sungguh.
"Heem. Aku dengerin."
Akhirnya.. aku bernafas lega. Mulai mengambil aba-aba untuk bercerita. Dengan sabar, Junkyu mendengar setiap kata yang ku ucapkan walau kadang menggantung, hingga akhirnya kami sama-sama terdiam dengan Junkyu yang berpikir mau menjawab apa.. dan aku yang menunggu jawabannya.
"Kata aku sih kamu temuin dulu si Heejin itu. Tanya dulu dia tau soal ini atau enggak. Kalo enggak, coba cari tau soal Jaemin bareng-bareng." Setelahnya Junkyu lanjut mengambil sumpit dan makan dengan lahap. Sementara itu, aku masih merasa tak tenang. Mungkin Junkyu menyadarinya, dia jadi mengangkat kepala. "Makan dulu. Jangan buang-buang tenaga sama pikiran buat mikirin hubungan orang lain."
Sejenak jantungku seperti berhenti berdetak mendengar perkataannya yang merupakan sindiran. Karena tak mau disindir lebih lanjut, aku mulai mengambil sumpit dan ikut melahap jjajangmyeon yang sudah tidak panas lagi.
Sudah aku putuskan.. hari ini juga aku akan mengubungi Heejin. Semoga saja, apa yang ku pikirkan tentang Jaemin sekarang, itu salah.
![](https://img.wattpad.com/cover/242608573-288-k333003.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
First Not Last
Любовные романы[ ON GOING❗] [ This story is a sequel. Read "FIRST OR LAST" first. ] ❝ Love may not always keep us together. ❞ #2 jaeminminju [29.11.20] #3 izonefanfiction [29.11.20] Start : 21.10.20 On going -!