MOON

16 7 5
                                    


Aloha ~~ ..

Aku balik lagi nih. Kali ini aku datang membawa ONESHOOT dalam project "Menulis Bareng Hacin"  bersama  Penulis Asabelliaa  . Kalian para Hacin udah pada ngumpulin belum nih?


Karena temanya 'Bullying',  jadi ini sedikit sensitif ya...

So, let's enjoy it ...

-

-

-

MOON

I'll be there, always stand by you

-

-

-

Pernahkah kalian bertanya kenapa bulan bersinar saat malam hari?

Kenapa Tuhan tidak membiarkan matahari bersinar hingga malam, dan justru menciptakan bulan yang kenyataannya masih membutuhkan cahaya matahari agar dirinya terlihat?

Tentu saja, Tuhan tidak mungkin menciptakan sesuatu tanpa alasan. Sekecil apapun, pasti akan ada tujuan dan kegunaanya. Itulah yang selama ini Baek Ruhi pikirkan.

Riuh bel tanda pelajaran berakhir membuat Ruhi menegakkan tubuhnya dari posisi bertopang dagu. Menarik napas dalam. Sejak tadi Ibunya sudah mengirim pesan untuk segera menjemput Kakaknya di tempat les piano. Pekerjaan yang sebenarnya sangat Ruhi hindari, tapi mau bagaimana lagi?

Ruhi harus melakukannya karena Ibunya masih harus bekerja di pasar.

Dengan langkah pasti, Ruhi menuju deretan loker untuk mengambil beberapa buku. Saat sedang menata isi tas, tiba-tiba saja pintu lokernya tertutup dengan sangat keras sampai kedua matanya terpejam, dan tubuhnya terjingkat.

"Halo, Baek Ruhi. Apa kabar?"

Ruhi menggigit bibir bawahnya begitu mendapati Shin Yumi tersenyum sembari bersandar bahu pada pintu loker. Ketiga temannya yang lain sudah berdiri di sekitar Ruhi. Mencegahnya melarikan diri.

Ruhi mengumpat dalam hati. Sepertinya, hukuman yang mereka terima setelah sengaja mendorongnya dari tangga sudah selesai. Jujur saja, skors selama 2 minggu itu masih kurang.

"Kau terlihat sangat baik. Pasti sangat bahagia saat kami tidak ada, kan?" Nana menimpali. Dua temannya yang lain menahan bahu Ruhi.

"Apa lagi yang kalian inginkan?" Ruhi menatap mereka nyalang. Sudah sangat lelah karena selalu menjadi bahan perundungan sejak tanpa sengaja mereka bertemu Ruhi bersama Kakak laki-lakinya.

Yumi mendekat. Menjalankan tangan kanannya untuk mengusap surai hitam sebahu Ruhi, "Kau membuatku kena skors, bukankah aku harus memberimu hadiah atas keberanianmu?" katanya dengan lirih tapi penuh ancaman.

"Aku yakin kau pasti kesepian tanpa aku, kan Baek Ruhi?" jari-jari Yumi menyusuri garis rambut Ruhi. Memutar-mutar ujungnya sebelum akhirnya menarik keras sampai Ruhi memekik.

"Akhh!" Yumi mencengkram rambut Ruhi sangat kuat. Ruhi bahkan yakin kalau beberapa helainya pasti sudah tercabut dari akar, "Kenapa kalian selalu menggangguku?"

"Apa yang kau katakan? Kami ini sedang mengajakmu bermain. Kau kan selalu kesepian sejak SMP." Tatapannya jelas sekali merendahkan.

"Memang siapa yang mau berteman dengannya? Kakaknya kan gila dan suka membuat onar." ujar Nana seraya mendorong dahi Ruhi sampai kepalanya membentur pintu loker. Ruhi mendesis marah. Lagi-lagi mereka membawa Kakaknya sebagai alasan.

MOON - ONESHOOTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang