1. Foreign Girl

750 79 3
                                    

Bandara cukup ramai hari ini. Banyak orang berlalu lalang, salah satunya seorang gadis berambut hitam ini. Ia menarik kopernya dengan senyum yang tak luntur sejak keberangkatannya beberapa jam yang lalu.

Sembari menunggu jemputan, ia merentangkan kedua tangannya sembari menghirup napas dalam-dalam, kemudian menghembuskan lewat mulutnya, tak lupa dengan senyum lebarnya.

"Ah,, akhirnya aku dapat menghirup udara disini lagi"

Kim Jisoo, anak ketiga dari empat kim bersaudara. Lahir di Korea, tetapi beberapa tahun yang lalu dikirim ke Jepang untuk menempuh pendidikan atas perintah sang Ayah. Bertahun-tahun ia lalui, akhirnya kini ia kembali ke negara kelahirannya, tentunya atas izin sang Ayah, lagi.

Tentunya tak mudah mendapatkan izin untuk kembali ke sini. Tetapi akhirnya Jisoo berhasil mendapatkannya, tentu saja dengan perjanjian. Ah, mengingatnya membuat gadis itu mendesah kesal.

Gadis dengan bibir hati itu masuk kedalam mobil yang di tunggunya sedari tadi. Menyamankan duduk, lalu membuka ponsel. Mengutak-atik benda persegi itu sebentar, hingga menampilkan wajah seseorang yang sangat ia rindukan.

 Mengutak-atik benda persegi itu sebentar, hingga menampilkan wajah seseorang yang sangat ia rindukan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kedua sudut bibirnya kembali tertarik ke atas. Itu Kim Jennie, adik kembarnya yang menggemaskan. Keduanya selalu berkomunikasi dan mengirimkan foto satu sama lain, dulu.

Sudah hampir satu tahun adiknya itu mengabaikan banyak pesan darinya. Tak pernah lagi menjawab panggilannya. Hal inilah alasan utama mengapa Jisoo ingin kembali ke Korea, karena selama beberapa tahun lalu, ia tak pernah diizinkan menginjakkan kaki ke tanah kelahirannya. Huh, Ayahnya memang sangat menyebalkan. Berkali-kali ia mencoba untuk pulang, namun ayahnya selalu saja mengetahui dan melarangnya. Kau harus fokus pendidikanmu, kalimat yang paling Jisoo benci.

Tapi karena mengingat ia akan segera bertemu adiknya, Jisoo kembali menyunggingkan senyum. Ia sungguh tak sabar melakukan banyak hal bersama adiknya lagi.

•••

Entah mengapa Jisoo gugup ketika memegang gagang pintu. Ia terus saja menarik, menghembuskan napas dan menggoyangkan kakinya. Setelah merasa sedikit tenang, ia membuka pintu.

Tak banyak yang berubah, hampir sama seperti terakhir kali ia meninggalkan rumah. Ia terlalu hanyut hingga tak sadar bahwa ia masih berada di batas pintu.

"Awh..." Ringisnya saat merasakan seseorang menabrak bahunya. Ia menatap punggung si penabrak yang berlalu begitu saja dengan sebal.

Siapa dia?

Benak Jisoo bertanya-tanya. Rambut merah yang acak-acakan, seragam tak rapi, dan terlihat urak-urakan. Baru saja ia ingin memarahi, si penabrak lebih dulu bersuara.

"Jangan salahkan aku, nona. Kau sendiri yang menghalangi jalan." Katanya santai sambil berjalan menuju tangga.

Sedangkan Jisoo masih diam, tubuhnya terasa kaku. Perlahan kepalanya menoleh ke arah tangga. Suara itu, ia sangat mengenalnya. Mungkinkah?

Jisoo menyadarkan diri, lalu dengan cepat menyusul si penabrak tadi dengan tergesa-gesa. Melihat ruangan yang akan dimasuki si penabrak tadi membuat Jisoo semakin yakin jika itu adalah orang yang sama.

Dengan cepat Jisoo meraih tangan orang itu, namun dengan cepat pula tangannya di hempaskan. Jisoo menatap mata yang menatapnya tajam. Tatapan itu, Jisoo tak mengenalnya.

"Jangan pernah coba menyentuhku, nona." Ia berkata dengan menekankan setiap katanya.

Jisoo tersentak hingga mundur beberapa langkah. Rambutnya sedikit berkibas kerena kuatnya hantaman pintu saat ditutup di depannya.

Jisoo mencoba mencerna apa yang baru saja terjadi.

"Jennie-ya..."

Hey, J : Where are you?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang