PROLOG

122 5 49
                                    

3 bulan yang lalu

Seorang laki laki bertubuh tinggi yang mengenakan seragam kebanggaan SMA pancawara langsung duduk di kursi kosong itu. Cahaya menerobos masuk lewat jendela tanpa permisi. Menyinari kelas pagi itu.

Geyna menatap wajah nya sambil tersenyum. Sekarang ia sudah mendapat teman sebangku. Selama ini ia selalu duduk sendiri. Kini senyum selalu terukir di wajah nya.

"Hai anak baru! Kenalin gua Geyna Fellica Saputri,"

Laki laki itu menoleh, kini mereka saling menatap. Bola mata coklat kehitaman itu bertemu dengan tetangga baru nya.

Namun ia hanya diam. Ia terus menatap dengan kesunyian. Tatapan itu tajam dan mematikan. Mata itu mengatakan semua nya. Rasa nya itu keputusan yang salah bagi Geyna. Laki laki itu tidak seperti yang ia harapkan.

"Hmm.. Gak apa apa deh kalau kamu gak mau temenan sama aku," ucap Geyna kecewa.

Geyna memalingkan wajah nya. Menatap buku di depan nya itu. Ia kembali murung tanpa getaran untuk hidup. Kenyataan pahit selalu ada dalam hidup nya selama ini. Mungkin ini takdir diri nya yang sudah tertulis.

"Eh!! Kerjain pr gua!!" bentak seseorang tiba tiba saja.

Ia memukul meja Geyna dengan keras. Ia tersentak dan mulai gemetar. Mungkin nasib nya tidak akan berubah. Selama ini perlakuan yang sama selalu menimpa nya. Seisi kelas sudah mengetahui itu. Mereka memaksa Geyna melakukan hal yang tidak ia sukai.

"Maaf," tolak Geyna dengan halus.

"Apa?!! Lo berani ya sekarang!!" ucap salah satu perempuan itu dengan menarik tangan Geyna kasar.

Kini ia tersungkur ke lantai. Tubuh nya sakit terbentur di keramik mewah itu. Geyna berfikir menyimpulkan semua nya. Mungkin wajah nya akan terluka lagi seperti minggu lalu. Ia hanya pasrah di perlakukan seperti itu oleh mereka. Mereka adalah Butterfly.

"Asal lo tau ya!! Utang mak lo masih banyak ke bokap gua!!"

"Dasar anak pembantu!!"

Mereka menjambak rambut nya. Tamparan keras sesekali mengenai wajah nya. Tubuh nya juga sudah di penuhi luka lebam yang membiru. Lecet di sekujur tubuh. Hingga hidung Geyna mengeluarkan darah. Perundungan itu selalu terjadi. Selalu mencari mangsa.

Geyna meringis kesakitan. Ia terus di perlakukan seperti itu. Tak ada yang bisa bertindak. Semua orang tak berani. Sekali buka suara di keluarkan. Sekali bertindak di ancam. Semua Karena ketua geng itu anak direktur sekolah ini.

"Lo jangan melawan perintah gua!! Ngerti?!!" bentak Ketua geng itu - Bora  gafiranda.

Bora mencekal leher Geyna kuat. Sekarang ia sulit bernafas. Sekarang waktu yang mudah untuk mati. Air mata itu kini sudah lolos.

Namun seseorang menepis tangan itu. Kini Geyna kembali terselamatkan. Ia menatap wajah nya. Senyum simpul terima kasih sudah melekat di wajah Geyna.

"LO JANGAN BERANI GANGGU DIA!!" bentak nya.

"Emang kenapa?! Lo siapa dia ha?!!"

"Tolong jaga sikap lo!! Atau lo mau gua laporin?!!"

Kini semua orang menatap sumber suara itu. Laki laki yang duduk satu bangku dengan Geyna. Ia yang menolong. Dari diam kemudian bertindak.

"Lo gak tau gua siapa ha?!! Gua yang bisa mengeluarkan lo dari sekolah ini dalam sekejap!!" ancam Bora.

"Lo yang harus tau siapa gua!!"

Laki laki itu mengeluarkan sebuah kartu nama. Identitas nya kini terbongkar. Seisi kelas baru mengetahui nya.

Hassel Kasvino Jardinata.
Putra Rana Jardinata, pihak donasi SMA Pancawara.

Ya! Ia adalah seorang anak yang berasal dari keluarga terpandang yang selama ini memberikan donasi. Keluarga yang telah membantu SMA Pancawara menjadi salah satu sekolah terbaik di Negara ini.

Para siswa kaget bukan main. Para anggota geng itu kini berurusan dengan keluarga terpandang. Mereka sekarang hanya diam.

Hassel mengulurkan tangan nya kepada Geyna. Membantu nya berdiri. Merangkul tubuh nya menuju keluar kelas itu. Membawa nya ke UKS.

Geyna sudah berada di tangan yang tepat. Tubuh nya dirangkul laki laki itu. Sungguh malaikat tak bersayap. Geyna sekarang tak ragu menatap wajah nya dengan mata berkaca kaca.

"Gua Hassel," ucap nya tiba tiba memutus pandangan Geyna.

Mata yang sama kini saling menatap. Mereka berdiri di tengah koridor itu. Tatapan itu mengartikan semua nya. Percikan kecil menimbulkan sengatan kuat.

"Kita sekarang adalah teman," ucap Hassel sambil tersenyum manis.

🌞🌞🌞

Teman rasa pacarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang