• PART 1 : Di gendong

82 2 58
                                    

"Hassel!! Cepetan!!" teriak Geyna.

Geyna terus menarik narik tangan Hassel, agar ia berjalan lebih cepat. Seperti seorang anak yang sedang memegang dan menarik tangan ayah nya untuk membeli es krim.

"Santai Gey, kenapa sih?" ucap Hassel yang masih berjalan dengan pelan.

Hassel menghentikan langkah kaki nya. Mereka berbicara di tepi jalan itu. Berpijak di trotoar dimana ada banyak pohon palem menghiasi. Pagi itu cerah bagai matahari sedang bahagia.

"Iiihh! Nanti kita telat!!"

Geyna mencoba mendorong Hassel agar bergerak maju. Namun tak bisa. Tubuh nya yang mungil tidak sepadan dengan tubuh Hassel yang berisi.

"Berat banget sih lo!! Gua dorong aja gak bisa bisa nih!!" teriak Geyna.

"Salah sendiri punya badan kek anak TK!"

"Iiiihh!! Mana ada!!" gerutu Geyna yang marah seperti anak anak.

Tiba tiba Hassel menatap aneh kearah Geyna, dan membentak nya dengan wajah kaget, "Gey!!"

"Apa?!"

Hassel mencubit kedua pipi Geyna dengan gemas tanpa permisi, dengan tawa yang memperlihatkan gigi putih nya, "Ini pipi atau squishy sih?"

"Auuggh!! Udah Hassel!! Sakit tau!!"

Geyna menangkis tangan Hassel. Melepaskan cubitan itu, ia menyapu pipi nya dengan halus. Sambil menatap tajam ke arah Hassel. Ia kesal bukan main.

"Gara gara lo punya pipi tembem, nih tangan pengen pegang terus!!" gerutu Hassel dengan manja.

"Kok gara gara gua sih?! Salahin mak gua sono! Ngasih daging lebih ke pipi pas berojol!!" bentak Geyna kesal.

"Gey!! Please, gua pengen cubit pipi lo lagi!" ucap Hassel berjalan mendekat dan mencoba mencubit nya lagi.

"Gak boleh!"

"Ayolah sayang,"

"Enggak!!" teriak Geyna dan langsung berlari pergi meninggalkan Hassel.

"Gey!!"

Geyna tak berhenti, ia terus berlari. Meninggalkan Hassel di sana. Kaki nya tak mau berhenti. Geyna tersadari bahwa matahari hari semakin tinggi. Mereka terlalu banyak megabiskan waktu disana.

"Cepetan Hassel!! Kita hampir telat!!" teriak Geyna dari kejauhan.

"Gey! Tunggu gua!!"

🌞🌞🌞


Mereka sudah berdiri di sana. Menatap semua orang yang sedang berkumpul. Depan gerbang sekolah itu para guru akan mencatat siswa yang terlambat.

"Gara gara lo sih!! Telat kan!" protes Geyna.

"Iya.. Iya.. Maaf,"

Mereka mengepalkan tangan di pinggang, bersiap masuk buku hitam. Kini Geyna berjalan maju ke arah depan gerbang.

"Eh.. Eh..!! Lo mau kemana?!" ucap Hassel panik dan langsung menarik tangan Geyna.

"Menerima hukuman," ucap Geyna polos.

"Lo pinter pinter bodoh ye! Yok ikut gua!!" ajak Hassel.

Hassel menarik tangan Geyna menuju gang belakang. Geyna hanya diam dan menatap Hassel bingung. Ia mengikuti setiap langkah kaki Hassel.

Sekarang mereka berdiri berhadapan dengan pagar belakang. Menatap dinding tinggi itu. Pembatas antara SMA dan toko kelontong. Sekitar 4 meter tinggi nya.

"Kita mau apa kesini?" tanya Geyna.

"Tunggu dulu ya," ucap Hassel dan langsung pergi ke suatu tempat.

Tidak berselang lama, ia mulai kembali. Membawa benda dalam genggaman nya. Lalu meletakan nya di sisi dinding itu. Kursi kayu yang berdebu.

"Dah yok manjat!" ajak Hassel yang langsung naik ke atas kursi itu.

Sekali lompatan, Hassel sudah bertengger di atas pagar. Duduk santai di sana. Ia menatap Geyna yang masih berada di bawah.

"Cepetan Gey! Naik sini!"

"Lo lupa? Gua pendek!! Hiks hiks!" ringis Geyna menatap Hassel.

"Eh? Iya gua gak inget!"

"Terus gua harus gimana nih?!!"

Hassel langsung turun kembali. Ia berdiri di samping Geyna. Ia tersenyum simpul menatap Geyna. Sekali lagi membuat bingung perempuan itu.

"Kenapa lo senyum ke gua?"

"Maaf ya gey," jawab Hassel terkekeh.

"Untuk?"

Dengan sigap Hassel memegang tubuh Geyna. Ia mengangkat nya tinggi tinggi. Geyna berteriak meminta untuk di turunkan.

"Huaaaa!! Hassel!! Turunin!"

"Gak! Kita udah telat, cepetan naik ke atas pagar!"

Itu adalah cara terbaik untuk menghidari hukuman. Cara yang sudah turun temurun.

Geyna langsung berpegang di pagar itu. Ia langsung naik ke atas nya. Ia duduk di sana. Sekarang Hassel naik kembali.

Mereka berhenti di sana dahulu. Mengatur nafas. Sambil menatap langit biru di atas mereka.

"Untung lo kagak berat," ucap Hassel sambil tertawa.

"Jangan angkat gua kek gitu lagi!!"

"Iya Iya, gak akan gitu lagi sayang,"

Hassel memutar tubuh nya. Ia langsung melompat dari ketinggian itu. Tanpa ragu. Sekarang ia sudah di bawah sambil menurunkan tas Geyna.

"Yok gey, gua bantu lo turun," ucap laki laki itu sambil merentangkan kedua tangan nya.

"Lo akan tangkap gua kan? Gua gak akan jatuh kan?" ucap Geyna ragu ragu untuk melompat dari sana.

"Lo percaya gua kan? Jadi ayo lompat, gua akan tangkap lo,"

Geyna memejamkan mata nya. Ia berfikir sejenak. Ia langsung melayang turun dari sana dengan lompatan kecil. Tangan yang sama kini selalu memegang nya erat.

"Dah lo sekarang udah aman,"

Geyna membuka mata nya pelan. Ia merasa masih melayang. Tangan itu berpegang teguh di pinggang Geyna.

"Selama ada gua, lo akan selalu aman,"

Sekarang Geyna menatap wajah Hassel yang berada dekat dengan nya. Wajah bak panggeran di negri dongeng. Kini pipi nya memerah. Detak jantung itu kini sudah tak normal. Berdetak kencang ketika berada di dekat Hassel.

"Hmm.. Makasih, bisa turunin gua gak?"

"Gak usah deh, gua suka gendong lo," tawa Hassel.

"Lo mau terus gendong gua sampai ke kelas? Jangan! malu tau. Cepet turunin gua,"

"Ya gak apa apa, gak ada yang akan marah kok nanti,"

Kini sudah tak nyaman rasa nya. Jika ia selalu di perlakukan seperti itu oleh Hassel, lama kelamaan persahabatan ini mungkin akan menjadi cinta. Mata itu terus menatap satu sama lain dengan senyum terukir.

"Heii!! Kalian sedang apa!!" tiba tiba seorang laki laki berteriak.

Dengan sigap Hassel menurunkan Geyna. Mereka membalik badan itu. Dan menatap wajah orang yang memanggi dengan tertunduk.

Mereka sudah ketauan. Kalau masalah telat itu biasa, tapi laki laki itu melihat Hassel menggendong Geyna yang akan membuat masalah besar.

"Maafkan saya pak," ucap mereka kompak dengan wajah tertunduk.

🌞🌞🌞

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 07, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Teman rasa pacarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang