01

78 2 0
                                    

Di belahan bumi manapan aku kira tak ada satupun orang yang menghendaki hidup miskin dan serba kekurangan, termasuk aku.

Tapi apalah dayaku melawan suratan nasib yang sudah di gariskan tuhan padaku.

Di usiaku yang baru dua bulan lalu genap dua puluh tahun aku telah kehilangan segalanya, keluarga besarku, pacarku yang lebih memilih kakak tiriku, serta ibuku, orang satu satunya yang menyayangiku harus pergi ke surga sebulan yang lalu karena penyakit jantung dan sekarang gubuk reotkupun di sita rentenir karena aku tidak bisa membayar hutang.

Langkahku terseok seok menyusuri jalanan ibukota, bukannya ku lebai biar di kasihani oleh orang orang yang melihatku tapi memang karena aku sudah tidak punya tenaga lagi buat berjalan.

Hari sudah mulai gelap sedangkan aku belum menemukan tempat beristirahat untuk malam ini, rasa cemas dan takutpun kemudian menghantuiku.

Ibukota yang padat dan ramai di siang hari akan berubah menakutkan ketika di malam hari, banyak pereman pereman dan geng motor yang akan berlalu lalang di jalanan.

Mereka berutal dan kejam. Merampok, merampas dengan paksa dan mereka juga pemerkosa dan terkadang tidak segan segan membunuh korbannya dengan sadis. Membuat siapapun akan merasa takut termasuk aku.

Jika di telisik sebenarnya aku memiliki wajah yang cantik, kulitku putih bersih dan tubuhku juga sangat indah bagian dada dan bemper belakangku besar dan kenyal tapi sayang keindahan itu tertutupi oleh penampilan ku yang kucel.

Mengenakan daster kebesaran dengan warnanya yang telah memudar dan rambut panjangku sudah tak beraturan lagi aku lebih mirib gembel saat ini ketimbang gadis cantik.

Jika para pereman menemukanku mungkinkah aku juga akan di rampok, di perkosa dan di bunuh?

Aku tak punya satu sen pun uang atau benda berharga lainnya untuk mereka rampok, tapi bukankah aku masih punya wajah cantik dan tubuh seksi walaupun penampilanku sedikit kucel dan dekil.

Tapi apakah para preman akan memperdulikan itu? Secara orang gila yang berumur 50 tahun lebih pun mereka perkosa, walaupun mereka tidak membunuhnya.

Kemarin saat gubukku belum di sita aku sempat menonton berita itu. Berita ibu lima puluh empat tahun yang mengalami gangguan kejiwaan di temukan tidak sadarkan diri di depan sebuah ruko dalam keadaan telanjang bulat dan di area kewanitaan, dada dan mulut korban di temukan sisa seperma yang mulai mengering.

Bisa jadi aku korban selanjutnya jika aku tidak segera menemukan tempat untuk berlindung.

Tubuhku sudah semakin lemah dari kemarin malam perutku kosong belum terisi sedikitpun sedangkan kakiku sudah sakit berjalan seharian.

"Kemana lagi aku harus melangkah?
Aku tidak punya siapapun lagi di dunia ini. Di jaman sekarang masihkah ada orang baik yang mau membantuku? Jika ada, tolong kirimkan orang itu tuhan" aku berdoa di tengah tengah rasa putus asaku.

Kembali ku langkahkan kakiku berharap dengan keajaiban tuhan setidaknya aku menemukan tempat aman untuk beristirahat.

Dari kejauhan aku melihat sebuah mobil yang di kerumuni sekitar dua puluh orangan. Pakaian orang orang itu hampir sama denganku bahkan ada yang lebih kucel dariku, ada pula yang pakaiannya sudah robek di beberapa bagian. Hanya dua orang yang pakaiannya melebihi kata layak seorang peria yang umurnya kira kira empat puluhan dan seorang gadis manis yang berdiri di sebelah peria itu mungkin umurnya baru tujuh belasan.

Mereka terlihat sedang membagikan sebuah bungkusan dan air mineral untuk orang orang aku yakin jika bungkusan itu adalah nasi.

Aku mempercepat langkahku, akhirnya malam ini aku bisa makan. Sungguh bahagia rasanya melihat bungkusan nasi itu akhirnya aku punya harapan untuk bertahan hidup malam ini.

Berada di depan gadis itu tanganku gemetar menerima sebuah bungkusan dan satu botol air mineral. Semasa hidup ibu pernah mengingatkanku untuk tidak meminta dan mengemis, apapun keadaannya aku harus berusaha dengan tenagaku sendiri menghidupi diri tanpa harus mengemis.

"Ibu, maafkan aku kali ini saja. Aku terpaksa, aku berjanji ini kali terakhirku meminta belas kasihannya orang bu" batinku dalam hati

"Selamat makan" kata gadis itu sambil tersenyum ramah padaku. Sedangkan paman di sebelahnya sebelumnya sudah menyodorkan bungkusan nasi ke padaku.

"Terima kasih" jawabku.

Tiba tiba terbesit sebuah fikiran di otakku, apa salahnya jika ku coba saja. Aku pun kembali menghampiri ke dua orang itu, mereka menatapku dengan heran.

" Maaf saya lancang, saya tidak ingin menerima nasi ini dengan cuma cuma. Tolong jadikan saya pelayan di runah anda. Tidak di gaji pun tidak apa apa yang penting saya bisa tinggal dan makan" ucapku. Aku yakin ke dua orang ini baik, pasti aku akan aman jika tinggal dengan mereka

Dua orang itupun saling pandang satu sama lain sampai akhirnya gadis itupun bersuara.

" Maaf di rumahku sudah ada tiga pelayan " katanya penuh penyesalan, aku bisa melihat dari tatapannya yang tulus.

" Tapi jika kamu benar benar memerlukan pekerjaan kamu bisa bekerja di bar saya sebagai waitrees" Kata paman itu

" Waitrees??? Berarti tugas saya hanya mengantarkan minuman saja?" tanyaku ragu

" Ya, untuk pelayanan yang lebih intim kami sudah memiliki orang orang yang terpilih karena bar kami bar elite banyak artis terkenal dan pengusaha kaya yang datang ke sana setiap harinya" imbuh paman itu

'Orang terpilih??? Berati mereka bukanlah sembarang wanita, melihat penampilanku mana mungkin para artis dan pengusaha akan tergiur padaku' kataku dalam hati

"Baiklah om saya bersedia" jawabku akhirnya

"Jangan panggil saya om! Panggil saya Kak Alan dan ini istri saya Talita"

' Apa istri? Aku sungguh terkejut mendengarnya '

"Selesai kami membagikan bungkusan ini, kamu boleh ikut kami kerumah, istirahatlah beberapa hari di rumah sebelum kakak mulai bekerja. Aku lihat kondisi kakak kurang baik" Gadis itu memanggilku kakak? Tentu saja aku lebih tua darinya.

"Baik terima kasih banyak" ucapku gembira

"Sambil menunggu kami kakak bisa menghabiskan makanan kakak terlebih dahulu"ucapnya lagi

ISTRI RAHASIA BOY BAND TAJIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang