Chapter 13

4.3K 287 2
                                    

Happy reading...

"Apa kabar? Sahabat lama."

Seseorang masuk ke dalam ruangan Phat, ia berjalan perlahan sambil memamerkan senyuman yang sulit diartikan.

"Sahabat apanya?! Apa kita pernah bersahabat?" ketus Phat. Ia mendecih pelan lalu tertawa sinis.

"Kau jahat sekali. Kenapa jarang mendatangi ruanganku? Apa kau sudah lupa padaku?" tanya nya santai pada Phat. Lelaki itu sedaritadi memasukkan kedua lengannya kedalam saku celana miliknya, kesannya agak terlihat angkuh.

"Tentu saja tidak, tuan Korn." Phat duduk di sofa panjang itu, tepat dihadapan Korn.

Korn adalah direktur utama, dan Phat adalah ketua departemen pemasaran disana. Mereka sempat berteman sebelum keduanya dinaikkan jabatan oleh CEO yang sebelumnya.

"Tidak. Aku hanya sibuk dengan pekerjaanku saja." Korn mengangguk.

"Baguslah, lain kali aku akan menaikkan gajimu," canda Korn, disana Phat hanya tersenyum mendengarnya.

"Bagaimana perasaanmu setelah naik jabatan menjadi seorang direktur utama?" Kini giliran Phat yang bertanya.

"Tentu saja senang! Ah, maksudku siapa yang tidak menginginkan ini. Meskipun aku tahu pekerjaan dan tanggung jawabnya lebih besar dari pekerjaanku sebelumnya. Tepat dimana tempatmu duduk sekarang."

"Mungkin sebentar lagi aku akan menggantikan posisimu, jika kamu tidak bisa duduk di kursi besar itu lagi." Korn terdiam. Namun di detik berikutnya Phat mencairkan suasana dengan tertawa terbahak.

"Kenapa wajahmu serius begitu? Apa kamu menganggap candaanku itu sungguhan?"

"Ah, dasar gila kau! Jantungku hampir saja copot. Aku sangat terkejut, aktingmu hampir saja membuatku percaya dengan mudah."

"Haha, polos sekali kau ini."

"Ya sudah aku pergi kembali ke ruanganku, masih banyak pekerjaan yang harus aku bereskan."

"Silahkan.." Korn pun pergi darisana. Menyisakan Phat yang tersenyum penuh arti.

Dulu sebelum menjadi CEO di perusahaan J ini, Korn sempat menjabat jadi ketua departemen pemasaran seperti Phat sekarang. Dan Phat dulunya adalah seorang karyawan biasa/bawahannya Korn.
...

Apo saat ini sedang menunggu kedua adiknya, sebelumnya mereka sempat berjanji akan bertemu di suatu tempat untuk membicarakan sesuatu.
"Phi Apo!" teriak Bow memanggil kakak kesayangannya itu.

"Pow.. Bow.."

Mereka mendatangi sebuah Cafe. Sebelum memulai pembicaraan, Pow dan Bow memesan makanan dan minuman terlebih dahulu.

"Ditunggu pesanannya.."

"Terimakasih!" ucap Bow.

Setelah pesanan datang, mereka langsung menyantap makanan itu.

"Ada apa kalian mengajakku bertemu? Kenapa tidak ke rumah saja?" tanya Apo bertubi-tubi.

"Tidak apa-apa phi, kami hanya ingin mengobrol diluar saja. Mungkin jika di rumah ada phi Mile, kami takut mengganggu."

"Ya sudah, langsung saja pada intinya. Kalian ingin apa?"

"Begini, phi. Bulan depan Bow lulus sekolah. Katanya Bow ingin melanjutkan kuliah." Pow berbicara dengan sedikit takut pada kakaknya itu, begitupun Bow yang hanya bisa diam dan menyimak mereka berdua mengobrol.

"Kamu ingin kuliah Bow?" Bow mengangguk.

"Ya kuliah saja," lanjut Apo.

"Tapi phi.." Pow masih membantu Bow untuk berbicara pada kakak mereka.

"Kalian tidak usah khawatir tentang biaya. Phi akan membiayai kuliah kalian."

"Tidak phi, Bow saja. Aku tidak termasuk." Apo mengerutkan keningnya. Sebenarnya Pow sudah lulus dari tahun kemarin, namun ia belum melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi. Katanya Pow ingin bekerja dulu.

"Kenapa Pow? Lebih baik kamu ikut saja kuliah dengan Bow. Untuk biaya, phi akan membiayai kalian berdua, tenang saja.."

"Tidak phi, aku masih ingin bekerja. Biar Bow saja yang kuliah, dan mungkin aku juga akan membantunya nanti." Apo pasrah, ia menuruti keinginan adiknya itu.

"Ya sudah, kamu bebas melakukan apa saja. Asalkan kamu tidak membuat masalah. Dan kamu Bow, nanti phi akan mengantarmu untuk daftar ke universitas yang kamu mau." Bow mengangguk. Hari ini anak cerewet itu tidak banyak bicara seperti biasanya.

"Kenapa Bow diam saja hari ini? Biasanya dia paling berisik daripada kamu, Pow!"

"Ah itu.. Katanya Bow takut dimarahi phi. Makanya dia diam." Pow menjelaskan alasan kenapa Bow sedaritadi diam saja.

"Hehe, ya sudah aku akan bawel lagi sekarang. Karena phi ternyata tidak marah padaku."

"Kenapa aku harus marah?"

"Itu karena kita takut merepotkanmu phi, kan phi pernah bilang kalau sekarang aku tanggung jawabnya phi Pow bukan phi Apo lagi. Tapi mengingat pekerjaan phi Pow sangat payah, aku yakin ia tidak akan mampu untuk membiayaiku."

"Dasar tidak tahu diri!" Pow sedikit memukul lengan Bow, mereka berdua akhirnya ribut.

"Sudah, sudah.."

"Pow.. Bow.. Phi waktu itu bilang begitu bukan berarti phi lepas tanggung jawab phi seutuhnya terhadap kalian. Ini hanya saja, phi tidak bisa tinggal dengan kalian lagi dan menjaga kalian sepanjang waktu. Jika urusannya untuk membiayai kalian, phi akan mampu sampai kapanpun, selama phi masih bekerja. Karena phi juga tidak mungkin meminta uang pada phi Mile."

Pow dan Bow mengangguk, sekarang mereka mengerti dan tidak akan salah paham lagi.

"Terimakasih banyak phi!" Pow dan Bow memeluk erat phi kesayangan mereka itu.

Apo sangat menyayangi kedua adiknya itu, karena sejak remaja ia sudah merawat kedua adiknya seperti anaknya sendiri. Itu terjadi karena mereka ditinggal pergi oleh kedua orang tuanya, entah dosa apa yang sudah Apo lakukan pada mereka sehingga Apo yang harus menanggung semua itu sendirian.
...

Mile sudah sampai di perusahaan milik temannya, ia akan membahas sesuatu dengan Korn.

"Silahkan masuk, tuan! Tuan Korn sudah menunggu didalam." Sorn mempersilahkan Mile masuk kedalam ruangan Korn.

Saat Mile sudah masuk kedalam ruangan Korn, ia dipersilakan duduk. Mereka disuguhi teh hangat oleh Sorn, lalu sekretaris Korn itu pergi ke ruangannya.

"Ruanganmu sangat luas, bagus dan nyaman. Ini baru pertama kalinya aku kemari," ucap Mile sambil melihat ke sekeliling.

"Bisa saja kau, Mile. Kemarin ruanganmu juga sangat nyaman dan elegan. Memang setiap perusahaan memiliki citranya tersendiri, terlihat dari bagaimana mereka menempatkannya."

Mile hanya tertawa mendengarnya."Haha, kau benar Korn."

"Sudah lama kita tidak mengobrol santai seperti ini. Lebih baik kita sedikit berbincang sebelum membahas pekerjaan dan bisnis," ucap Korn. Namun Mile menghentikannya, karena ia ingin segera menyampaikan hal itu.

"Tunggu! Aku ingin berbicara sesuatu padamu, Korn."

Lalu dengan telaten Mile menjelaskan pada Korn bahwa ia tidak bisa membeli lahannya itu, ia telah meminta izin pada sang istri namun dilarang. Mile harap Korn bisa mengerti.

Korn terdiam sebentar setelah mendengar hal itu. "Ah, sekarang kau sudah punya istri jadi harus segala izin dulu. Haha, tidak apa-apa aku akan menawarkannya pada yang lain, santai saja."

Mile sedikit lega mendengarnya, kemudian mereka melanjutkan perbincangan tentang masalalu mereka berdua.
...

To be continued.

Jangan lupa tinggalkan jejak ya guys, di vote dan boleh banget buat comment. Thank you ♡

DADDY [MileApo]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang