satu

933 108 17
                                    

"Jen, kita sahabatan aja yah," ucap pemuda itu pelan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Jen, kita sahabatan aja yah," ucap pemuda itu pelan.

"Kenapa? gue ga mau, Jaem!" balasnya tegas, enak saja bilang Cuma sahabatan. Apaan menolak dengan alasan itu, cih basih!

"Tapi lo ga bisa maksa gue dong, pokonya kita sahabatan atau lo ga bakal pernah ketemu gue lagi!" ancamnya.

"Tapi gue ga bisa Cuma jadi sahabat lo aja, gue mau kita ada ikatan, sejenis pacaran. Biar kalau gue cemburu ada alasan." Sinar mata indahnya meredup saat menyuarakan niatnya, jujur saja Jeno sangat menyukai sahabatnya ini. Kebersaman mereka menciptakan rasa di hati jeno hingga hari ini ia berani menyuarakan isi hatinya.

"Ga bisa Jeno." Jaemin berdiri. "Gue ga punya perasaan lebih sama elo, lagi pula..."

" Oh JENO!!!!!"

Jaemin langsung berdecak kesal mendengar teriakan yang memanggil nama Jeno, Jaemin sangat yakin selanjutnya akan ada sahutan dari suara bass yang ga kalah menjengkelkan. Sedangkan Jeno sudah menyumpal telinganya dengan kapas, tersenyum pilu karena sebentar lagi akan ada betle rapp dadakan.

"PARK JAEMIN!!!"

Tepat setelah dua suara gorila ngamuk itu terdengar dibarengi kedatangan dua lelaki yang hampir sama tingginya. Jaemin menerima kapas dari Jeno, memasangnya ke telinga dan mulai menyimak kesunyian yang membuat satu komplek akan menutup pintu rumah dan gorden mereka.

Start

"Jeno sudah berapa kali ayah bilang berhenti main dengan Jaemin. Ayah tidak setuju kamu bermain dengan anak si sialan itu!"

"Jaemin kamu punya banyak teman kenapa masih mempertahankan dia sebagai teman kamu. Daddy tidak pernah suka kalau kamu terus main sama dia apalagi sampai kalian ada perasaan. Lihat ayahnya yang seperti mayat hidup itu."

"HEH! Tiang berjalan apa maksudmu mengatai saya mayat hidup? Apa anda tidak punya kaca di rumah?"

Si daddy Jaemin mengeluarkan kaca besar, sepertinya kali ini ia sudah siap untuk bertempur. "Nih ngaca, anda itu mirip mayat hidup!"

"Oalah ngajak ribut ya!" ayah Jeno menyingsingkan lengan bajunya menunjukkan ototnya yang siap menghantam rahang daddy jaemin.

"Anda pamer?" kini daddy jaemin ikut memamerkan ototnya, siap baku hantam seperti biasa.

Jaemin dan Jeno hanya memandang lelah kedua pria dewasa yang tidak pernah akur itu, persis seperti dua ibu-ibu yang memperebutkan barang di pasar. Keduanya hanya menyimak sampai sesi baku hantam selesai dan mereka ditarik pulang ke rumah masing-masing.

"Anak anda itu yang mendekati anak saya!"

"Anak sama ayah sama genjen, heh Sehun anda tidak mendengar atau tuli, tadi Jeno mengajak putra saya pacaran?"

"Apa hak lo ngatain putra gue ganjen!?" ayah Jeno sudah naik pitam, ia langsung menerjang tubuh besar ayah Jaemin.

Tidak tinggal diam daddy Jaemin membalas serangan itu, dan terjadilah gulat dadakan seperti biasa di bawah pohon mangga depan rumah pak RT. Bentar lagi juga di sidak kedua bapak tanpa istri ini.

La FamiliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang