dua

653 93 9
                                    

Pagi harinya,

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi harinya,

Mark terbangun lebih awal dari pada pemuda yang usianya lebih muda 2 tahun darinya. Mark harusnya bergegas kembali ke rumahnya dan bersiap pergi ke kampus karena hari ini ia ada kelas pagi, tetapi yang ia lakukan malah asyik mengagumi pahatan Tuhan yang tersaji di depannya. Tangannya bergerak ingin menyentuh, sekedar merasakan bagaimana jika indra perabanya menelusuri kulit putih lembut itu. Namun urung, Mark memilih beranjak dari tidurnya.

Mark hanya bangun, terduduk tapi tidak bergegas pergi, entah mengapa rasanya ingin lebih lama berada di tempat nyaman ini. Kembali menoleh ke arah si april, Mark menghembuskan nafasnya mengapa juga ia bisa sadar dengan perasaan asing yang selalu ia rasa setiap bersama Jeno, menyebalkan.

Dugh!

"YAK! Jeno!" mark berteriak keras saat sesi melamunnya malah dihadiahi tendangan oleh Jeno.

"Eoh?" Jeno yang setengah sadar membuka matanya mencoba membiasakan cahaya yang menyerbu masuk, kepalanya ia tegakkan untuk melihat siapa yang meneriakinya pagi ini.

Mark meringis sambil mengusap pantatnya yang sukses mencium lantai.

"HAHAHA! Ngapain lu,Kak?" Jeno malah menertawakan Mark tanpa rasa bersalah.

Mark berdiri sambil mengusap-usap bokongnya. "Keterlaluan lo masa pagi-pagi gue dikasih tendangan, kalau kecupan enak. Mana sakit banget anjir, minta maaf sini."

Jeno membangunkan tubuhnya jadi duduk, tawa renyahnya masih terdengar di ruangan yang didominasi warna putih tulang dan coklat itu. "Ya mana gue tau lo yang gue sepak. Di dalam mimpi gue nendang bola kok."

"sialan lo."

"Ya maaf deh, Kak."

"Ga ikhlas banget minta maafnya?"

Jeno memicingkan mata sipitnya. "Ya Yang Mulia Seo Minhyung, saya siap dipancung!" Jeno berlaku seperti seorang penjahat pada masa Joseon.

"kalau di cium siap?" godanya.

Seketika sebuah bantal melayang di depan wajah Mark. "Noh cium bekas iler gue."

Mark tertawa keras karena berhasil menggoda Jeno pagi ini. Dapat ia lihat wajah si taurus itu kini memiliki semburat merah dengan wajah cemberut andalannya. Ketahuilah mark sangat gemas dan ingin menciumnya, tapi ia kubur semua ingin itu. Mark tak ingin semua berubah jika Jeno tahu yang sebenarnya.

"Ga berenti ketawa pacarnya Lucas!"

Seketika Mark terdiam sambil menatap Jeno tajam. "Homo anjir."

"ya terus kenapa? Emang kalian sahabat perhumuan kan?"

"Kira-kira dong Jeno sayang, ya kali gue sama Luke. Bisa dicakar deretan selirnya." Mark mengambil ponselnya di meja belajar Jeno. "Gue pulang dulu, Bebe. Jangan kangen."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 09, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

La FamiliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang