1

34 7 0
                                    

asabelliaa

Ini pagi keduaku di Korea.

Aku bangun sekitar pukul enam. Sedikit memaksakan diri untuk pergi ke kamar mandi, menyikat gigi dan mencuci muka lalu mengganti piyamaku menjadi satu setel jas dan celana dasar panjang berwarna putih.

Udara hari ini begitu dingin, suasananya sangat cocok untuk kembali berkemul dalam selimut, namun pekerjaan hari ini memaksaku untuk menolak rasa kantuk.

Aku turun ke lantai dasar dan keluar dari apartemen, menatap ruas jalan di depanku. Ini masih pagi, tapi orang-orang sudah berlalu lalang di trotoar yang lebar. Satu-dua kendaraan melintas pelan. Beberapa orang juga bersepeda, menderu halus. Rencananya, aku akan membeli sandwich dan kopi hangat selagi menuju ke tempat kerja.

Akhirnya keputusanku jatuh kepada sebuah restoran Amerika di sudut jalan. Tempat tersebut terlihat tidak terlalu ramai dan bernuansa hangat. Bangunannya didominasi oleh warna abu-abu dan dipadupadankan dengan berbagai macam tanaman hijau serta lantai beton.

Saat aku sedang mengantri untuk memesan, seseorang menepuk pundakku dari belakang.

"Maaf, kau menjatuhkan ini."

Aku berbalik dan melihat seorang pria yang sedang menyodorkan dompet kecilku yang berwarna merah muda dengan motif beruang.

"Ah, terima kasih." Aku membungkuk sebagai tanda terima kasih dan mengambil dompet itu dari tangannya. Jujur, aku tidak sadar jika aku menjatuhkannya. Entah bagaimana ini bisa terjadi, karena kurasa dompet itu tadi kuletakkan di dalam saku jasku.

Pria yang berdiri di depanku itu juga sedikit membungkukkan dirinya sebagai balasan ucapan terimakasihku tadi.

Dari penampilannya, aku bisa menebak bahwa dia mungkin saja bukan dari kalangan atas. Postur tubuh pria itu sangat bagus dan cukup tinggi, ia mengenakan sebuah mantel hitam dengan kemeja putih lusuh yang tidak ia selipkan ke dalam celananya, rambutnya panjang dan keriting, poninya dibiarkan menutupi sebagian matanya, ia juga membawa sebuah payung berwarna biru, cantik sekali.

"Sebagai tanda terima kasih, aku ingin membelikanmu sebuah sandwich. Kau suka sandwich apa?" Itu kalimat spontan yang aku keluarkan karena aku merasa tidak enak sudah merepotkannya.

Beberapa detik pria itu hanya terdiam dan hanya memandangiku. Aku ingin menawarkannya sekali lagi, namun setelah kuperhatikan aku menyadari bahwa pria ini terlihat sedikit gelisah karena ia terus menarik ujung kemejanya.

Aku sedikit merasa khawatir. "Kau tak apa apa, kan?"

"Aku tidak apa- apa, aku hanya i-"

"V!"

Kami berdua sama-sama menoleh saat seseorang berteriak memanggil pria di depanku ini.

Sepertinya pria di depanku ini bernama V dan yang memanggilnya adalah teman akrabnya karena penampilan mereka berdua hampir sama, hanya saja teman V terlihat lebih rapih dibagian rambutnya.

"Siapa?" Tanya teman V itu saat melihatku.

Aku bermaksud untuk sedikit membungkuk dan memperkenalkan diriku, tapi V malah menahan pundakku.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 07, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The UnderworldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang