Chapter 29

35.2K 5.7K 447
                                    

Di pagi hari yang cerah dimana semua orang sibuk menyiapkan sebuah pesta. Cenora dan Aiden sedang bersiap-siap untuk menikmati festival tahunan, mereka memakai pakaian sederhana. Abigail datang dan memberikan keduanya kantong uang untuk belanja nantinya.

Ketiganya langsung berjalan ke belakang bangunan dan melewati lubang di dinding untuk keluar dari sana. Setelah itu berjalan menuruni gunung dan akhirnya sampai di pusat kota. Alun-alun sudah di penuhi dengan dekorasi indah yang dipasang oleh semua orang.

"Bagaimana jika menonton Opera di dekat menara jam saja?" Tanya Aiden pada keduanya.

"Apa di sana tidak ramai?" Cenora yang baru saja selesai membeli roti berjalan ke arah mereka.

"Tidak kok."

Sebelum mereka ke menara jam di sore hari, lebih dulu pergi menikmati beberapa perayaan kecil di alun-alun. Cenora yang bermain memancing ikan sangat serius, dia bahkan hampir melemparkan wadah berisi ikan karena emosi.

Abigail dan Aiden lebih memilih bermain melempar ke arah sasaran yang bergerak. Ketiganya memainkan banyak permainan hingga tak terasa hari sudah malam dan mereka pergi ke menara jam. Cenora di suruh lebih dulu naik karena keduanya akan pergi membeli makanan, Aiden sebenarnya mau tinggal menemani gadis itu karena takut adiknya tidak suka sendirian. Tapi dia di paksa ikut oleh Abigail karena makanan yang akan dia bawa cukup banyak tidak bisa hanya dengan dua tangan saja.

Cenora melihat keduanya pergi dan memilih masuk ke dalam menara. Saat dia melihat anak tangga yang banyak, dia langsung menggunakan kekuatan (Pengendalian angin) miliknya dan terbang menuju puncak menara. Sesampainya di sana dia melihat banyak mesin roda yang bergerak dan jam besar di belakangnya.

Gadis itu berjalan ke arah depan dan melihat seluruh kerajaan dengan baik dan luas. Pemandangan malam cukup indah dengan berbagai cahaya lampu. Saat menikmati pemandangan itu, dia tidak sadar bahwa seseorang sudah berada dalam kegelapan mengawasinya yang perlahan berjalan keluar dengan jubah hitam menutupi kepala dan wajahnya.

Cenora sontak berbalik karena instingnya merasakan bahaya. Melihat sosok asing yang mencurigakan dia langsung mundur dengan waspada.

"Siapa kamu?!"

Sosok berjubah itu berkata. "Aku siapa bukanlah hal penting, Nona muda. Hanya saja aku menginginkan apa yang ada dalam dirimu itu."

"Dalam diriku?" Cenora langsung memasang posisi menyerang dan bersiap untuk bertarung. Pihak lain mengincar dirinya yang menandakan bahwa dia berada dalam bahaya.

"Takut? Benar, takutlah itu lebih menyenangkan saat kamu hampir putus asa..." Sosok berjubah itu mengarahkan cermin di tangannya menghadap ke arah Cenora.

Perasaan gadis itu memberitahunya bahwa ada sesuatu yang aneh dengan cermin itu. Dia langsung membuang tubuhnya sendiri ke belakang dan terjun bebas dari menara jam.

Sosok itu ikut berlari dan melihat ke arah Cenora yang dia pikir akan hancur menjadi muntahan merah. Tetapi yang hal mengejutkan terjadi, cahaya biru muncul dan mengelilingi tubuh gadis itu.

Cenora membuka matanya dan melihat para roh air yang menahan tubuhnya agar tidak jatuh ke bawah. Dia juga melihat ke atas pada sosok berjubah itu yang terlihat seperti seorang wanita dan rasanya dia pernah bertemu dengannya.

Beberapa saat kemudian dia akhirnya menginjak tanah kembali. Gadis itu merasakan tubuhnya sedikit lemas dan akhirnya roboh ke tanah karena dia pikir dia akan mati karena terjun dari ketinggian itu.

"Cenora?!" Sebuah suara muncul yang membuat gadis itu langsung waspada dan berbalik melihat siapau yang mengenalinya.

Saat melihat bocah dengan rambut pirang itu dia langsung rileks dan lega. "Xavier."

Xavier buru-buru berlari dan memeluk tubuh gadis itu, sebelum itu dia seperti melirik ke arah puncak menara dengan tajam, lalu kembali melihat kondisi Cenora.

"Kenapa kamu bisa berada disini? Dimana Abigail dan Aiden?" Tanyanya dengan khawatir.

Cenora perlahan bersandar di tubuh Xavier tanpa tenaga. Dia merasa masih sangat trauma dengan kejadian tadi, beruntung para roh air datang dan membantunya tadi.

"Aku tersesat."

Xavier membawa Cenora ke punggungnya dan membawanya pergi dari tempat itu. Saat keduanya memasuki alun-alun yang ramai dengan penduduk, keduanya juga melihat keberadaan Abigail dan Aiden yang sedang berada di depan kedai makanan.

"Kakak!!" Panggil gadis itu dan buru-buru turun dari gendongan Xavier yang langsung berlari memeluk Aiden dan Abigail, membuat keduanya terkejut.

"Bagaimana kamu bisa disini? Bukankah kakak bilang tunggu saja di menara." Aiden berkata dengan khawatir. "Bagaimana jika kamu diculik tadi?"

Cenora memasang ekspresi sedih. "Aku takut~~"

"Apa kamu takut? Kalau begitu kita menonton saja disini." Abigail berkata dengan lembut.

Saat Cenora berbalik untuk memanggil Xavier, orang itu sudah menghilang. Aiden dan Abigail sepertinya tidak melihat kehadiran Xavier juga tadinya. Ada apa dengan Xavier yang pergi tanpa pamit? Apa dia punya masalah?

"Apa yang sedang kamu pikirkan?" Aiden menggosok kepala adiknya itu.

"Tidak ada."

Setelah keduanya selesai membeli makanan, mereka membawa Cenora pergi menonton Opera. Waktu yang mereka habiskan cukup lama diluar, saat mereka kembali pelayan yang berjaga di depan pintu hampir menangis histeris karena ketakutan menunggu kepulangan mereka.

"Tolong jangan pergi lagi...saya takut jika Tuan besar dan Tuan muda Leo tahu, bisa saja saya di pecat!" Seru Eli ketakutan.

Cenora hanya bisa menepuk bahunya dengan sedikit rasa bersalah. "Maafkan aku."





















B E R S A M B U N G . . . . . .

I'AM [NOT] VILLAINNESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang