*****
Cerita ini hanya karangan dan imajinasi penulis, kejadian dan kehidupan yang ada dalam cerita ini tidak ada hubungannya dengan kehidupan asli dari member BTS yang dipakai untuk visual di sini. Jika ada kesamaan nama; tokoh dan tempat. Itu murni tidak ada unsur kesengajaan.
© itsnayn9/2021
******
Apa pertemuan kita hanya sebuah kebetulan, atau hanya sekedar skenario yang diciptakan oleh semesta?
🥀🥀_
____________________________________
****
"Ya Tuhan! Anak nakal ini masih saja berdiam di kamar, oh ataukah ia belum bangun?" gumam ibu yang masih terdengar olehku.
Langkah kaki itu mendekat ke arahku seraya menyibak selimut yang masih membungkus tubuhku karena posisi yang masih sangat nyaman. Namun, tak berselang lama ... "Kau ini mau jadi apa?! Matahari sudah naik tapi kau belum juga beranjak dari tempat tidur dan mandi?" Ibu mengusap wajahnya kasar.
Aku beranjak ke kamar mandi menghiraukan sejenak kalimat-kalimat yang sudah seperti sayur yang terus diputar berulang-ulang untuk menu makan setiap hari. Tak lupa untuk membersihkan kamar terlebih dahulu usai mandi dan siap-siap untuk bertemu ibu kembali di meja makan. "Haruskah aku memakai headset?"
Tidak sopan sekali kau ini. Dia ibumu ingat!
Baiklah, mari memulai hari dengan sarapan bukan dengan senyuman karena berpura-pura mempunyai semangat tinggi dan bahagia juga membutuhkan tenaga. Meskipun aku tidak tahu nanti ibu memberi pidato apa lagi di meja makan.
"Kau..." Ibu menunjukku.
Nah, kan. Baru saja kakiku melangkah mendekati ibu bahkan duduk saja belum kata awal yang ibu ucapkan bagaikan peringatan saat aku tidak mengerjakan PR saat sekolah menengah pertama.
"Bisakah kau membiasakan bangun pagi? bagaimana kau bisa cepat mendapatkan pekerjaan jika semangatmu saat pagi hari tidak ada, hm? setiap hari kebiasaanmu bangun siang, menonton acara tidak jelas, tayangan sekelompok pria yang bernyanyi dan menari, juga menulis di handphone yang bahkan ibu tidak tahu kau menulis apa. Kau ..."
"Ibu, aku akan mendapat pekerjaan hari ini juga."
Aku segera memotong ucapan Ibu. Sedikit tidak sopan memang, dan jawabanku sedikit berani sekali pada Ibu. Batinku sebenarnya menjerit, surat lamaran pekerjaanku yang sebelumnya saja belum ada yang menerimanya. Aku belum tahu ke mana mencari pekerjaan sekarang. Mungkin karena aku hanya lulusan sekolah menengah atas, bukan sarjana.
Kulihat Ibu berhenti bicara. Setidaknya, aku bisa sarapan dengan tenang.
"Nak, maaf jika ucapan Ibu selalu kasar padamu dan selalu membebanimu. Tapi, Ibu hanya tidak ingin kau menjadi gadis yang pemalas dan tidak mempunyai masa depan yang cerah. Jadi Ibu memintamu untuk mencari kerja, dan maaf Ibu tidak bisa membuat dirimu melanjutkan pendidikanmu dulu."
Tanganku terhenti yang sedari tadi sedang menyuapkan makanan pada mulutku. Setegas dan se-cerewetnya ibuku, aku tahu ia hanya ingin mendidikku dengan baik. Aku tahu perjuangan ibu dulu saat membesarkanku seorang diri, perih. Kulihat, Ibu sedang tertunduk sendu dengan mata yang berkaca-kaca. "Ibu, tidak perlu bersedih dan mengingat hal itu. Aku akan membantu Ibu untuk mencari pekerjaan, dan aku janji segera mendapatkan pekerjaan hari ini juga. Percayalah, Ibu."
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐋𝐎𝐕𝐄 𝐇𝐈𝐌 ✓
Short Story- 𝐒𝐇𝐎𝐑𝐓 𝐒𝐓𝐎𝐑𝐘 - (𝐜𝐨𝐦𝐩𝐥𝐞𝐭𝐞𝐝) "𝐃𝐢𝐫𝐢𝐦𝐮 𝐚𝐝𝐚𝐥𝐚𝐡 𝐛𝐞𝐧𝐭𝐮𝐤 𝐧𝐲𝐚𝐭𝐚 𝐝𝐚𝐫𝐢 𝐤𝐞𝐢𝐧𝐝𝐚𝐡𝐚𝐧 𝐝𝐚𝐧 𝐟𝐚𝐭𝐚𝐦𝐨𝐫𝐠𝐚𝐧𝐚 𝐬𝐞𝐬𝐮𝐧𝐠𝐠𝐮𝐡𝐧𝐲𝐚. 𝐓𝐞𝐫𝐢𝐦𝐚 𝐤𝐚𝐬𝐢𝐡 𝐬𝐮𝐝𝐚𝐡 𝐡𝐚𝐝𝐢𝐫, 𝐦𝐞𝐬𝐤𝐢 𝐡𝐚𝐧𝐲�...