BROTHER

40 10 4
                                    

Ciiittt

Brak

Suara hantaman yang sangat keras membuat beberapa orang yang berada di dalam truk tiba-tiba merasa gelisah.

"Apa yang anak itu lakukan?" Teriak sang supir truk dengan menarik rambutnya frustasi.

"Ka-kak~"

~

Suara tangis bayi terdengar memekakan telinga anak laki-laki yang sedang menggendongnya dengan berjalan bolak-balik.

Anak itu berdiri di depan pintu sembari menggendong sang adik menunggu kedatangan nenek mereka yang sudah berjanji akan datang siang ini.

Ceklek

"Nenek!" Panggil anak itu ketika seorang wanita tua masuk membawa tas besar berisi keperluan sang adik.

"Akira! Jangan menggendongnya seperti itu, sini berikan pada nenek!" Dengan hati-hati Akira menjulurkan tanganya menyerahkan adiknya pada sang nenek dengan sangat hati-hati.

"Kau harus menggendongnya seperti ini, jika seperti tadi kamu bisa membuat tulangnya bergeser." Jelas sang nenek dengan memperlihatkan cara menggendong yang benar pada Akira.

"Sedari tadi Langga tidak mau berhenti menangis, aku memberinya susu tapi dia tidak mau meminumnya, lalu aku menggendongnya tapi dia malah menangis semakin kencang." Jelas Akira mencoba meyakinkan sang nenek jika ia sudah berusaha menenangkan adik kecilnya.

"Apa Akira tidak mengganti popok Langga?" Akira menggelengkan kepalanya yang berarti ia tidak menggantinya.

Sang nenek menghembuskan napas pasrah. Memangnya apa yang harus di harapkanya pada anak umur 6 tahun itu. Mengurus dirinya sendiri saja masih belum bisa, lalu bagaimana caranya ia bisa mengurus sang adik!

~

"Langga! Langga!" Akira sudah mengelilingi rumahnya tapi ia belum menemukan sang adik yang sedang bersembunyi darinya.

"Aku sudah menyerah, sekarang keluarlah!" Teriakan Akira tidak ada yang menyahuti, ia kembali mencarinya dan akhirnya menemukan sang adik berada di kamarnya dengan buku tebal di pangkuanya.

"Kakak, ini bacanya apa?" Langga berdiri dari duduknya dan berjalan mendekati Akira sembari menunjukan buku yang di pegangnya.

Akira hanya diam menatap tulisan di atas lembaran buku itu dengan mata mengernyit. "Kakak! Ajari aku menulis!" Mendengar permintaan itu mata Akira melebar, ia masih terdiam menatap kosong buku di tangan Langga dengan pikiran yang sama kosongnya.

~

"Horay! Besok aku sekolah!" Sedari tadi pagi, sepulang pamanya dari kediaman Akira, Langga terus saja berteriak, berlarian dan meloncat-loncat untuk menggambarkan rasa bahagianya saat ini karena keinginan terbesarnya sudah tercapai.

"Langga, jangan berlarian kamu nanti bisa jatuh!" Akira sangat sabar menjaga adiknya yang super aktif itu.

"Kakak, tangkap!" Langga naik ke atas kursi, bersiap-siap akan meloncat.

"Langga, ja-" belum selesai Akira berbicara Langga sudah terjatuh dan menangis dengan kencang. "Itulah akibatnya jika Langga tidak mendengarkan kakak."

"Ka-kak." Akira mendekati tubuh Langga, menariknya untuk mendudukanya, kemudian mengelus kaki sang adik.

"Jangan melakukanya lagi ya! Mengerti" Langga menganggukan kepalanya mengerti.

~

"Aku pulang!" Teriak Langga, berlari masuk kerumah langsung menghampiri Akira yang berada di belakang rumah.

BROTHER [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang