⃝༘⃕ 07

6.7K 1.1K 179
                                    

Manik merah menatap tajam bawahan setianya yang kembali tanpa membawa perempuan yang dia suruh.

"Kau gagal?"

Uraume menunduk, memegang tangannya yang terluka karena sabetan dari pedang para penyihir. "Maafkan saya tuan," lirihnya pelan. "Perempuan itu dilindungi penghalang kuat yang langsung mencabik roh terkutuk begitu mendekatinya."

Hela nafas kasar keluar dari mulutnya, "siapa yang berani memasang penghalang pada perempuan itu?"

"Laki-laki, manusia bernama Hayate." jelas Uraume. "Dia yang memasangnya."

Sukuna menyeringai didalam kegelapan. Beberapa tengkorak manusia tersebar dikakinya. "Kebetulan aku cukup lapar saat ini." seringainya semakin lebar. "Aku bisa memakan tiga orang itu, langsung."

Uraume merasakan gigilan pada punggungnya, perempuan itu akan menjadi santapan sang tuan. Uraume menunduk undur diri, meninggalkan tuannya yang tersenyum remeh.

.
.
.

Tiga orang, satu sibuk membuat sesuatu dan dua lainnya melihat dengan mata berbinar ingin tahu apa yang dibuat gadis didepan mereka.

"Nee-san," panggil perempuan berambut kuncir dua. "Nee-san itu penyihir seperti ayah ya?"

(Y/n) yang merasa dipanggil melirik kebelakang. Senyum tipis diwajahnya terpoles indah, "tidak, aku bukan penyihir. Aku manusia biasa, Yuna-chan."

Yuna adalah adik dari Hayate, jodohnya. Baru berusia enam tahun dan punya banyak keinginantahuan yang membuat (y/n) sedikit kewalahan karena Yuna terus memintanya membuat sesuatu yang baru selama satu minggu ini.

Tangannya menggulir ikan yang didapat Hayate bersama minyak kelapa yang dia dapatkan kebetulan dihutan. Ada beberapa pohon kelapa yang ditunjukkan Hayate.

"Kuharap rasanya sesuai ekspektasi." bisik gadis itu.

Matanya menatap Hayate yang berbinar menunggu masakan yang hampir matang. (Y/n) memasukkan rosemary dan membuat Hayate juga Yuna mengerutkan keningnya.

"Kenapa kau memasukkan rumput kedalamnya?" tanya Hayate bingung.

(Y/n) mengembangkan senyumannya, "ini bukan rumput biasa, ini bisa digunakan sebagai pengharum makanan."

Hayate membulatkan bibirnya, "ohh~"

(Y/n) mengangkat potongan ikan itu dengan hati-hati dan menyajikannya diatas piring tembikar.

"Silahkan dinikmati, aku harap kalian menyukai rasanya." ulas gadis itu tersenyum.

Hayate dan Yuna dengan semangat memotong ikan dan memakannya. Yuna menatap (y/n) berbinar dan mengacungkan jempolnya. "Rasanya sangat enak kak!"

Ketiganya duduk memutari meja dan memakan makanan yang dibuat (y/n). Senyum puas muncul dibibirnya, tapi tak lama karena dia mulai merasakan getaran kecil disekitar mereka.

"Ge-gempa?!" pekik (y/n) melindungi kepala Yuna dari hantaman barang-barang yang jatuh. Kepalanya terbentur sebuah baru besar dan mengeluarkan darah segar, membasahi setengah wajahnya.

Gadis itu sedikit mengaduh kesakitan karena batu itu. Hayate panik dan langsung menutupi luka (y/n) dengan kain.

"Kau tidak apa-apa?!" tanya Hayate.

Bibir (y/n) mendesis, rasa sakit menimpa kepalanya. Matanya mengerjap menatap siluet besar bertangan empat.

"Sepertinya kau cukup bersenang-senang disini ya?"

Suara serak yang berat membuat (y/n) membulatkan matanya. Menatap mata merah yang memandangnya tajam.

"Su... Kuna?"

Langkah kaki berat menuju (y/n), Hayate dan Yuna membuat (y/n) bisa melihat wajah datar yang memandang ketiganya bengis.

(Y/n) langsung bergerak memasang badannya untuk melindungi Hayate dan Yuna.

"Kenapa kau melindungi manusia-manusia itu?" tanya Sukuna. "Aku lapar dan aku ingin memakan mereka," Sukuna menatap (y/n) tajam.

"Siapapun selain mereka," ucap (y/n) cepat. "Kumohon, biarkan mereka pergi."

"Dan kau akan menggantikan mereka huh?" tanya Sukuna. Keempat matanya bisa melihat (y/n) yang menggigit bibirnya.

"Ya."

Sukuna menautkan alisnya, "kenapa?"

"Hayate... Takdirku."

Mendengar itu, Sukuna mencengkram erat tongkat besi miliknya. "Takdirmu? Laki-laki itu takdirmu, kau bilang?"

(Y/n) mengangguk, "ya, dan sesuai perjanjian kau boleh memakanku sekarang."

Sukuna mencebik kesal dan menarik (y/n) dari Hayate. Tangannya mengangkat (y/n) kebahu agar lebih mudah membawa perempuan itu.

Sukuna menatap dua orang yang tersisa datar, "kalian beruntung kulepaskan. Aku punya urusan dengan perempuan ini." Sukuna membawa (y/n) yang tidak bisa memberontak karena kepalanya pusing.

"Uraume," panggil Sukuna. "Penjarakan kedua orang itu dibawah kuil."

Uraume menunduk dan membekukan kaki Hayate dan Yuna.

(Y/n) bergerak mencengkram bahu Sukuna, "tunggu! Tolong lepaskan mereka!"

Sukuna menyeringai, "kalau kulepaskan, tidak akan ada lagi yang bisa kujadikan penjamin agar kau tidak kabur lagi."

(Y/n) meringis pelan, bibirnya tak bisa lagi menjawab ucapan Sukuna. Darah dikepalanya masih menetes. Kedua telinganya ditangkup oleh sepasang tangan dingin.

Mata (e/c) menatap siapa yang yang menyentuh kedua sisi telinganya. Rasa sakit dikepala perlahan menghilang, digantikan rasa dingin yang menyerang tubuhnya secara perlahan. Rasa kantuk muncul, membuat (y/n) lunglai dan tertidur dibahu Sukuna.

Sukuna hanya melihat apa yang dilakukan bawahannya tanpa ada niatan membuka mulut. Kakinya berjalan meninggalkan Uraume yang kini sibuk memindahkan Hayate dan Yuna.

Sukuna memasuki kuil dengan (y/n) yang tertidur dibahunya. Tangannya menghempaskan pelan tubuh (y/n) keatas futon dialtar. Kakinya bergerak menuju sudut ruangan dan menunggu gadis itu bangun. Kepalanya memikirkan segala hukuman yang bisa dia berikan kepada gadis itu agar tidak berpikiran untuk kabur darinya lagi.

.
.
.

.
.
.

.
.
.

T
B
C

.
.
.

.
.
.

San: chapter depan kayaknya... Uhuk...

.
.
.

.
.
.

See you next chapter 🌚

7 Februari 2021

✔꒦ ͝  Wishes (R. Sukuna x Reader) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang