Siti mengikat rambutnya yang tergerai. Ia menyapukan lipstik berwarna marun ke bibirnya.
Tap ... Tap ...
Tak lupa beberapa kali memoles bedak untuk sentuhan terakhir.
Ia mematut diri lagi di cermin. Mengibar-ngibarkan rok plisketnya ke kanan dan ke kiri.
"Yap. Sudah cantik." Siti berbisik kepada dirinya sendiri.
Siti melirik jam berwarna hijau di dindingnya, waktu menunjukkan pukul 10.00. Ia kemudian mengecek ponselnya. Seseorang mengirimkan sebuah pesan.
Tuan Putri, aku on the way
Siti tersenyum mungil. Lelaki itu selalu saja mampu membuat hatinya berbunga-bunga. Namanya Gio. Teman kuliahnya dulu.
Gio mulai dekat dengan Siti sebulan setelah acara wisuda. Siti tahu betul Gio menaruh hati padanya, namun ia pura-pura tidak tahu. Sudah sebelas bulan kedekatan mereka, Gio masih saja tidak mengungkapkan apa yang ada di dalam hatinya. Sedang Siti, ia sama sekali tak berniat menanyakan perasaan Gio ataupun berpaling mencari lelaki lain.
Hari ini, salah seorang kawan Siti, menikah. Semalam, ia iseng mengajak Gio. Sebenarnya pergi seorang diri ke acara pernikahan juga tidak masalah bagi Siti. Namun ternyata, Gio menyanggupi.
Mama mengetuk pintu kamar Siti. "Dek, sudah ada Gio tuh di depan."
"Ah yang bener, Ma. Cepet banget tuh anak sampai," ucap Siti kegirangan.
Setelah berpamitan, mereka pun berangkat. Gio terlihat semakin tampan mengenakan batik berwarna merah dan celana panjang hitam. Senada dengan warna dress milik Siti. Padahal mereka tidak merencanakannya sama sekali. "Mungkin jodoh," ucap Siti dalam hati.
***
Suara gamelan terdengar dari tempat parkir. Gio bergegas turun kemudian membukakan pintu untuk Siti. Gadis itu turun secara perlahan. Disambutnya uluran tangan Gio. Mereka pun masuk ke dalam gedung.
Suasana khas Jawa mulai terasa. Dari pintu masuk, semua penerima tamu tampil anggun dengan balutan kebaya berwarna merah muda.
Siti menuliskan namanya di buku tamu. Lebih dalam lagi, ada pagar ayu dan pagar bagus, sebutan bagi anggota keluarga yang berjajar rapi menyambut para tamu. Pagar ayu berisikan anggota keluarga perempuan. Pagar bagus berisikan anggota keluarga laki-laki. Suasana terlihat asri. Dekorasi terlihat kental sekali dengan nuansa Jawa.
"Selamat ya, Jihan," ucap Siti sembari menyentuhkan pipinya pada pipi Jihan, si pengantin wanita.
"Seneng banget kamu bisa dateng, Sit. Itu Gio, bukan sih?" Mendengar namanya disebut, Gio pun mengulurkan tangan memberi selamat pada Jihan.
"Iya, aku Gio. Selamat ya, Jihan," kata Gio.
"Wah, kalian sekarang ...." Jihan menghentikan kalimatnya sambil melirik jahil kepada dua orang di depannya itu.
"Ah, Jihan. Kami hanya berteman," ucap Siti menahan malu. Jihan tersenyum genit.
Setelah menyalami suami dan orangtua mempelai, Siti dan Gio pun berjalan ke arah pondokan makanan. Mereka melewati rombongan penyaji yang sedang menabuh gamelan.
Bisakah kau bantu aku?
Siti berhenti. Sebuah suara didengarnya begitu jelas. Ia menoleh, tak ada seorang pun di dekatnya. Namun suara itu benar-benar jelas dan seolah memang berbicara padanya.
Gio yang melihat wajah Siti yang kebingungan pun akhirnya bertanya, "Ada apa, Sit?"
Siti menggeleng. Ia berpikir mungkin itu hanya halusinasinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MEKAP
FantasyKehidupan Siti tadinya baik-baik saja. Ia jatuh cinta dan menjalani aktivitas seperti makhluk bumi lainnya. Namun suatu ketika, semuanya berubah menjadi kacau balau. Pintu ruang antar dimensi telah dibuka oleh Lipo, salah satu warga dunia Mekap. Sit...