Bip bip ... Layar mulai meredup. Lipo mematikan beberapa mesin.
Mesin-mesin itulah yang menghubungkannya dengan manusia Bumi bernama Siti.
"Bagaimana jika dia bukan orang yang tepat?" tanya Aishido pada Lipo.
"Aku yakin dia orang yang tepat. Semua takdir ini telah membawa kita pada dia, Ais," ucap Lipo sembari meneguk segelas cairan serupa tinta. Cairan itu memiliki aroma yang lezat dan harum seperti kopi. Di Mekap, minuman itu bernama mour.
"Kau sendiri, bagaimana Ais? Apakah kau siap jika dia bersedia bertukar tubuh?" lanjut Lipo. Lelaki itu membaca wajah Aishido yang mulai gundah.
"Entahlah Lip. Aku ragu." Gadis berkulit putih dan berwajah manis itu menyandarkan tubuhnya ke dinding. Pikirannya jauh menerawang.
"Kau tidak percaya padaku, Ais?" kata Lipo menyelidik.
"Aku sepenuhnya percaya padamu. Kau kakakku, kau tidak mungkin menempatkanku dalam kondisi bahaya. Hanya saja, apakah kau pikir ini akan berhasil?" Aishido menatap mata kakak lelakinya dengan tajam.
"Kita membutuhkannya, Ais." Lipo mendongak seolah berusaha melepaskan beban berat yang ada di pikirannya.
Ais mengangguk. Ia paham betul apa maksud kakaknya itu.
***
Aishido meracik makanan dan minuman untuk upacara adat nanti malam. Beberapa gelas mour sudah tertata rapi. Di samping gadis itu, duduk seorang wanita paruh baya dengan rambut warna kelabu. Telinganya tumbuh semakin panjang ke atas, bukti bahwa makin menua usianya. Aishido memandang wanita itu dalam-dalam. Ada sesuatu yang menyesakkan di dadanya yang kemudian berhasil mendesak sebuah bulir hangat menetes dari sudut matanya. Wanita bernama Pounde itu melirik ke anak gadisnya. Betapa terkejutnya ia mendapati air mata menetes deras di wajah anak gadisnya itu.
"Ais, kau kenapa?" tanya Pounde sembari mendekat ke tubuh Ais. Dirangkulnya tubuh anak bungsunya itu.
"Aishido takut tak dapat melihat Pounde lagi." Gadis itu makin sesenggukan. "Ais, sayang Pounde."
"Kenapa Ais bilang seperti itu? Ada apa? Coba ceritakan pelan-pelan." Pounde mengelus rambut berwarna hijau milik Ais.
Lipo yang mendengar samar-samar pembicaraan mereka berdua bergegas menuju dapur. "Ais, ikut aku sekarang!" perintah lelaki itu.
Aishido menghapus air matanya kemudian mengekor langkah kakaknya itu. Di padang hijau tak jauh dari rumah mereka, Lipo menghentikan jalannya.
"Apa kau berniat memberitahu Pounde?" tanya Lipo dengan sorot mata marah.
"Memangnya kenapa? Aku takut berpisah dengan ibuku. Kenapa harus aku, Lip? Kenapa?!" Lipo terkejut dengan respon adiknya. Ia pun luluh. Dipeluknya adik satu-satunya itu.
"Maafkan aku Ais, aku membiarkan kau seperti ini. Jika boleh diganti, aku pasti memilih untuk menggantikanmu menjadi yang terpilih. Kau, dan gadis bumi itu, adalah harapan bagi Mekap. Hanya kau yang bisa bertukar tubuh dengannya. Bukan aku. Bukan Pounde. Bukan pula Tetua kita, Bidack."
"Aku tahu. Aku juga tidak akan rela jika kau yang pergi ke bumi, Lip. Aku akan sama kehilangannya."
"Percayalah padaku, Ais. Aku tidak akan membiarkanmu dalam bahaya." Detik itu Lipo merasa sedikit takut. Adik perempuannya itu tidak pernah serapuh ini.
***
Upacara adat penguatan tubuh dimulai. Aishido dan beberapa ksatria wanita lainnya mempersiapkan diri. Mereka duduk mengitari batuan api dengan aroma wangi yang semerbak. Bidack, Tetua adat Mekap, sudah terlebih dulu meramu wangi-wangian pada malam sebelumnya. Diendapkan kemudian mengerak membentuk batuan. Batuan bunga itu, atas sihir Bidack secara perlahan mengeluarkan api. Api itulah yang nantinya disesap oleh Aishido dan beberapa ksatria lainnya untuk penguatan diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
MEKAP
FantasyKehidupan Siti tadinya baik-baik saja. Ia jatuh cinta dan menjalani aktivitas seperti makhluk bumi lainnya. Namun suatu ketika, semuanya berubah menjadi kacau balau. Pintu ruang antar dimensi telah dibuka oleh Lipo, salah satu warga dunia Mekap. Sit...