1. awal

14 4 0
                                    

"Aku memimpikan itu lagi?" Tanyanya saat terbangun dari tidurnya "apa yang sebenarnya terjadi?" Tanyanya lagi pada dirinya sendiri.

Ya, dia adalah Mai. Mai Thitiwat Prachaya biasa di panggil Mai, laki-laki tampan yang mempunyai senyuman manis, dia adalah mahasiswa dari universitas terkenal di Indonesia. Mai juga memiliki adik bernama Mhen Thitiwat Prachaya.

"Ini dia Mahasiswa tahun keempat kami dari fakultas elektro, yang menunjukkan kepada kita cara menggunakan sistem elektronik" ucap dosen perempuan "guna melindungi kita dari pencurian" ucapnya lagi kepada orang-orang yang berada di kampus.

Iya, saat ini Mai, dan teman-teman kampusnya sedang berada di salah satu aula yang berada di lingkungan kampus nya. Dimana Mai dan teman-temannya sedang melakukan ujian presentasi dengan alat elektronik nya, dimana alat elektronik ini bisa membuka mobil yang terkunci tanpa menggunakan kunci mobil sendiri.

"Mai" panggil teman Mai, yang berjalan ke arah Mai.

"Iya, kenapa?" Tanya Mai kepadanya.

"Bolehkah kau memperkenalkan diri kepada mereka semua?" tanya teman Mai sambil menunjukkan handphone nya kepada Mai. Memberitahu bahwa dia sedang memvideokan presentasi Mai tadi.

"Untuk apa?" Tanya Mai

"Agar kau bisa terkenal". Jawabnya lagi

"Owh tidak bisa". Tolak Mai kepada temannya "baik seharusnya saya harus pergi". Ucapnya lagi sambil berjalan meninggalkan temannya.

***

Di ruangan rumah sakit, tepat nya di tempat untuk donor darah. Mai tengah duduk tenang di atas kursi.

"Kau lagi?". Tanya seorang suster yang tengah berjalan masuk ke arahnya dan menutup pintu ruangan.

Ya, suster itu sudah kenal dengan Mai. Karena setiap pulang kuliah, Mai selalu datang kerumah sakit untuk mendonorkan darahnya. Sehingga suster tersebut sudah tidak asing lagi dengan Mai.

"Halo". Sapa Mai kepada suster tadi.

"Halo". Balas suster itu "tak pernah melewatkan kesempatan" ucapnya lagi sambil mengambil sarung tangan medis.

"Ya" ucap Mai.

"Berapa banyak hari ini?". Tanya suster yang siap mengambil darah Mai.

"Sebanyak yang ku bisa". Jawab Mai yang siap mendonorkan darahnya.

"Baiklah". Ucap suster tersebut sambil menaruh jarum suntik di lengan Mai.

Selagi menunggu selesai donor darah. Mai duduk dengan tenang dan rileks sehingga dia memejamkan mata sejenak. Dan suster yang tadi membantu Mai untuk donor darah meninggalkannya sendirian di ruangan tersebut.


-Mai Thitiwat Prachaya-




Derum suara motor memasuki pekarangan rumah terdengar sangat jelas bahwa itu adalah Mai. Mai yang setiap kali pulang kuliah selalu berkunjung kerumah sakit untuk mendonorkan darahnya. Akhirnya dia sudah sampai di rumah saat ini.

"Ayah". Panggil Mai yang baru saja sampai dan turun dari motornya. Tak lupa juga iya melepaskan helm yang tadi di pakainya. "Aku akan bantu" ucapnya lagi sambil berjalan ke arah ayahnya yang sedang memperbaiki salah satu mobil pelanggannya.

Yah, Ayah Mai adalah seorang pemilik bengkel mobil di rumahnya. Karena usia ayahnya semakin tua, dan tidak bisa lagi berjalan cukup jauh, jadi ayah Mai akhirnya membuka usaha bengkel mobil di rumahnya. Yah walaupun dia sudah cukup tua, tapi setidaknya banyak orang-orang yang selalu memperbaiki mobilnya di bengkelnya ini. "Bengkel Mobil Tew".

Mai Thitiwat PrachayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang