Ternyata belajar benar-benar melelahkan.
Kalian tahu?
Sejak 2 jam yang lalu, Aku maraton menulis materi pembelajaran yang menumpuk dari beberapa minggu lalu.
Memang sih, ini salahku karena tidak sesegera mungkin mengerjakannya. Tetapi, you know lah masalah bermalas-malasan anak rebahan yang tidak patut dicontoh namun sulit untuk dihindari.
Dan yaahh ... terkadang aku begitu.
Kuhelakan napas lelah lalu melakukan peregangan hingga beberapa sendi berbunyi. Saat hendak menulis kembali, ponselku berkedip-kedip menandakan bahwa ada yang mengirimkanku pesan.
Namun setelah membaca isinya, seketika aku langsung terkesiap di tempat.
Dahlia:
Prita
Bantu kerjain pr Bhs. Indo dongTidak! Ini bencana!
Oke-oke. Barusan aku terlalu hiperbola mengatakan bahwa pesan dari Dahlia—temanku—akan membuat bumi goncang-ganjing.
Memang benar hal itu membuatku sedikit terguncang. Sebenarnya bukan masalah besar sih, hanya saja saat ini beberapa bagian pikiranku tengah berperang akibat beberapa kata yang Dahlia ketik dalam kolom pesannya.
Kira-kira seperti ini perdebatan diantara mereka.
"Heh! Si Dahlia kirim lo pesan cuma ada butuhnya doang! Dipikir lo apa gitu pas dia butuh datengnya ke lo!"
"Hey! Yang namanya bantuin orang harus ikhlas. Kita jangan berharap timbal balik dari si Dahlia. Yang ada kalau kita begitu, nanti kita juga yang capek sendiri berharap sama manusia."
"Tapi nantinya si Dahlia bakalan kebiasaan butuhnya doang ke si Prita! Nah! Yang ada tuh, si Prita bakalan capek ngeladenin si Dahlia yang cuma ada butuhnya doang!"
"Kalau Prita capek, tandanya dia mengharapkan Dahlia timbal balik ke dia. Kan udah dijelasin kalau kita berharap kepada sesama manusia bakalan capek sendiri. Karena mereka gak seperti yang kita harapin sama yang kita mau."
"Tapi ujung-ujungnya kita juga bakalan kesel sendiri sama si Dahlia!"
"Kan dibilangin kalau ngebantuin orang harus ikhlas dan jangan pernah berharap timbal balik sama orang. Bakalan gak ada ujungnya kalau kita berharap timbal balik gitu. Kita serahin semuanya sama Tuhan. Dan sekali lagi jangan pernah mengharapkan timbal balik."
Aku terdiam. Itu memang benar. Dan sering aku alami.
Ikhlas. Iya, itu kuncinya!
Dan jangan pernah mengharapkan timbal balik. Karena memang benar itu bakalan buat kita capek sendiri.
Beberapa menit kuhabiskan untuk berpikir lalu aku mengangguk ketika telah menemukan jawaban dari perdebatan antarkubu kedua belah pikiran yang berbeda-beda pendapatnya ini.
Iya, Aku harus segera membalas pesan dari Dahlia dan membantunya mengerjakan tugas yang kurang ia mengerti.
Prita:
Mana soal yang kurang lo pahami?
Siapa tau gue bisa bantu lo
Itupun kalo gue bisa :D
HeheheAku terkekeh sendiri saat membaca pesan terakhir yang kukirimkan pada Dahlia.
Dan kuhabiskan waktu beberapa menit untuk bertukar pesan dengan Dahlia. Sampai ia benar-benar memahami soal yang kurang dipahami lalu mengucapkan terima kasih padaku setelahnya.
Aku tersenyum. Hatiku juga menghangat dan melega. Ternyata ikhlas tak sesulit yang dikira.
Karena saat kita membantu ataupun menolong seseorang, kita tidak harus mengharapkan timbal balik.
30/01/21
—Selesai—
A/N:
Terinspirasi dari kisah nyata yang emang bener-bener sering kita alami.
Hayooo, siapa yang sering ngalamin hal kayak gini?
Kita mencoba untuk ikhlas, yuk!
KAMU SEDANG MEMBACA
Tidak Harus Timbal Balik
Historia Corta[1/1] "Bantu kerjain pr Bhs.Indo dong." Tubuhku seketika menegang membaca beberapa patah kata yang beberapa menit lalu dikirimkan oleh temanku. Dan sekarang masalahnya, apa yang harus aku lakukan?