Meuamai

11 1 0
                                    


Sesosok ringkuh anak adam nampak syahdu dalam keheningan malam, dalam remang-remang ia nampak khidmat,mulutnya komat-kamit melafazakan sesuatu antah berantah, ia memilih tempat sepi yang jarang dilewati para santri, yaitu lantai 4 disebuah asrama yang masih belum rampung, dan belum dapat menaungi santri dari mencekamnya angin malam, toh dinding dan atapnya belum ada, hanya tiang-tiang dan tumpukan batu bata yang belum diikat dengan semen, palingan hanya beberapa santri yang memilih menjemur pakaian diarea tersebut dengan dalih keamanan takut kehilangan, tapi itupun setalah shalat subuh, sedangkan ia berada disana jam 2 malam, anak kesatria mana yang begitu berani berlama-lama ditempat gelap selarut itu, seminggu sudah ia bersemedi disitu, 2 hari yang lalu ia masih ditemani kawan karibnya, tepatnya orang yang memberikan amalan tersebut kepadanya.

“yan,pernah kepikiran tidak kamu bisa kebal dan dapat bertarung hebat?”, zunuyanis yang sembari tadi mencoba menerka-nerka baris kitab fathul qarib agaknya tersentak dengan pertanyaan yang agak ganjil itu
“jangan ngawur kamu dii.., mana mungkin bocah kayak kita bisa hal-hal seperti itu”,
“sssttt…!” hadi mengisyarah dengan tangannya agar zunuyanis mendekatkan telinganya kemulut hadi,
“eh yan, aku ini bisa ilmu kebal loh, kakekku mewariskannya untukku!”, sontak zunuyanis terkejut, tak disangka sahabatnya yang kerempeng dan nampak lemah itu bisa hal yang begitu-gituan,
“serius dii..?” zunuyanis meyakinkan, “ beneran yan” kali ini suara hadi agak datar dengan rada apatis,
“kamu mau tidak? ”, nadanya mulai nyengir setengah meledek, sesungging senyum diiringi anggukan dan kilatan mata yang dipenuhi rasa penasaran dan kekaguman mewakili jawaban “iya !”

......

Memang tidaklah terlalu janggal ditempat yang diembel-embel sebagai kebun syurga, dimana orang-orang yang menuntut ilmu agama termasuk kedalam golongan hamba Allah yang telah menempuh salah satu jalan menuju syurga toh terdapat juga orang-orang yang tertipu oleh iblis,terbujuk oleh rayuan semunya, disamarkan status keiblisan lalu melabeli dirinya dengan jin muslim yang baik dan mau bersahabat dengan orang mau melakukan ritual-ritual yang berbau keagamaan, seperti memulainya dengan basmallah dan terdapat pula bacaan ayat-ayat qur’annya yang disela-selanya diselipi mantra-mantra kemusyrikan, Santri itu tidak tahu apa yang akan terjadi padanya akibat amalan itu, dia hanya dijanjikan akan kebal dan  bisa bertarung secara instan tanpa berusaha keras oleh sahabatnya jika konsisten mengamalkannya,

......

Sesaat kemudian tiba-tiba seakan nampak pada pandangannya seluruh lampu dipondok dari satu asrama bertahap-tahap  mulai dari mesjid, gang al aziziyah, seluruh balai dibelakang mesjid disusul gang serawak hingga seluruh penjuru pandangannya kelam tak bercahaya bahkan temaram bulan telah meredup  gemerlap bintang tak nampak lagi, yang tersisa hanya sebuah senter korek digengamannya, sesaat ia terperanjat dan panik tak keruan
“ ada apa gerangan?” 
sejurus kemudian seakan rentetan cahaya tiba-tiba mengelilinginya kian melebar membentuk pintu-pintu seolah-olah dia sedang berada dalam dimensi lain dialam yang tak pernah ia kenali, sisantri pucat pasi nafasnya tersendat dikerongkongan, badannya bergetar hebat, keringat dingin bersimbah melalui pori-porinya, benaknya merasa inilah akhir perjalanan hidupnya karena yang akan keluar dari pintu-pintu tersebut adalah malaikat maut dan pembantu-pembantunya yang telah siap merenggut dan menyiksa nyawanya yang ringkih akan amalan, maka tanpa semerta-merta spontan tubuhnya bereaksi sendiri mengambil langkah seribu , dalam ketakutan dia pontang panting lari menuju tangga tak terperi sedikitpun ingin menoleh kebelakang, ia berlari lupa ingatan entah bagaimana dalam sekejab ia telah menuruni puluhan anak tangga dan telah sampai didepan maqbarah Abon Abdul Aziz yang merupakan pemimpin pondok sebelum Abu Syaikh Hasanol Basri.
Nafasnya masih tersengal-sengal sarat ketakutan masih nampak jelas dimukanya namun tiba-tiba terbesit sesuatu dibatinnya, “ atau mungkinkah amalanku telah berhasil,” sesaat rasa senang  diiringi penyesalan mulai meresup relungnya “ harusnya  aku tidak panik dan buru-buru lari tadi ” spontan dia melungkupkan tangan kedahinya , diliriknya kemaqbarah Abon Aziz  terbetik dibatinnya ingin mengulangi lagi ritualnya ditempat yang diyakini oleh para santri penuh berkah itu, sejurus kemudian ia telah duduk khidmat, kali ini ia telah bertekat apapun yang terjadi ia tidak akan bergeming  selangkahpun, di gelarnya kertas tadi yang bertuliskan tulisan-tulisan arab campuran latin yang dia sendiri tidak mengerti artinya dia hanya berasumsi apa yang dilakukannya juga pernah dilakukan oleh para ulama-ulama kaliber masa lalu seperti Abuya Muda Wali, Abu Cet Plieng juga Abu Tanoh Abee yang dalam hikayat peperangan Aceh dimasa silam pernah disaksikan oleh puluhan pasang mata tentang keanehan yang tidak pernah dapat dinalar oleh manusia biasa seperti pada saat Abu tanoh Abee menangkap misil yang dilepaskan gerilya Belanda dari pesawat tempur, juga kesaksian pejuang Aceh di perbatasan langkat sesosok berpakain jubah putih yang mirip Abuya Muda Wali mengayunkan pedang begitu tangkasnya sehingga memukul balik  pasukan Belanda, padahai Abuya tidak pernah sejengkal pun keluar dari komplek dayah, bayang-bayang itulah menjadi atmosfer motifasi terbesar bagi zunuyanis sehingga  konsisten melakukan ritual nya, sama sekali ia tidak menyadari bisikan-bisikan itu datang dari iblis, dimodifikasi seakan-akan itu adalah hal yang benar , toh ada ayat-ayat juga.
Malam semakin pekat, deru angin malam membuat santri-santi semakin lelap dalam lamunannya, segala aktivitas telah usai tapi yanis masih saja fokus dengan amalannya,seketeika yanis merapatkan pakaian tebalnya, mulutnya masih komat kamit melafazkan tulisan dikertas itu, pikirannya tidak pernah lekang dari bayangan-bayangan  kesuksesannya sebentar lagi, ditengah kekusyukannya itu, tiba-tiba kejadian seperti tadi terulang lagi seluruh lampu dipondok padam, semburat cahaya muncul dikanan kirinya, cahaya yang membentuk sesosok manusia yang  tengah duduk tawaruk, yanis agak kaget pada awalnya namun cepat-cepat ditepis dan mulai menguasai diri, tapi tiba-tiba seonggok tangan mencengkeram kerah belakang bajunya menariknya dari keluar dari dimensi khayalan iblis tersebut, sontak ia terkejut ditatapnya pemilik tangan itu, teungku Muzakkir sang penjaga dayah.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 09, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MeuamaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang