Bab 5

8.9K 1.5K 68
                                    

Ettan bersandar pada kusen pintu dengan tangan berada di dalam kantong celana. Ia menatap papanya yang sedang memakai dasi dengan wajah tanpa ekpresi. Ia membatin, papanya terlihat tampan luar dan gagah. Bertambahnya umur tidak membuat pesona papanya memudar, tapi justru makin terpancar.

Seingatnya, dari ia kecil sang papa tidak pernah membawa wanita ke rumah. Apalagi diperkenalkan sebagai calon mama baru. Ia hanya tahu kalau papanya menjalin hubungan dengan wanita melalui media sosial, atau pun berita-berita di luaran. Selalu ada kasak kusuk tentang papanya yang kaya raya tapi single. Banyak wanita terutama dari kalangan pengusaha dan artis, yang mengaku-aku sebagai kekasih papanya. Namun, tidak satu pun yang pernah dikenalkan padanya. Ettan beranggapan, berita-berita itu hanya angin lalu kalau sang papa tidak konformasi.

“Ngapain kamu lihatin papa? Mau ikut ke pesta?”

Ettan menahan diri untuk tidak mendengkus. Mana sudi ia ke pesta orang-orang tua dan yang pasti akan sangat membosankan.

“Ada nggak yang lebih membosakan dari pada pesta?”

“Ada, main game.”

“Itu kesenangan Papa. Cobalah, buka pikiran.”

“Untuk papa, main game itu buang-buang waktu.”

“Terserah Papa saja. Awas,  jangan sampai dasinya miring.” Selesai berucap ia berbalik dan terhenti saat mendengar teguran papanya kembali.

“Ettan, ada waktu tolong kamu tengok grandma. Dia kangen sama kamu. Katanya sudah beberapa bulan kamu nggak ke sana.”

Ettan hanya  mengangguk kecil, mengingat dalam hati untuk pergi ke rumah grandma. Memang, sudah beberapa lama ia tidak ke sana. Selain sibuk juga karena segan. Ia kurang akrab dengan keluarga sang mama, lebih menyukai anggota keluarga dari pihak papanya. Itu salah satu alasan ia jarang pergi.

Ettan mengawasi dalam diam papanya berangkat ke pesta ditemani sang asisten. Malam ini,  meskipun malam minggu tidak ada bedanya untuknya. Ia tetap di rumah, bermain game. Besar kemungkinan ia akan keluar dan nongkrong di salah satu rumah temannya.

Saat membuka ponsel, matanya tertuju pada notifikasi dari aplikasi Madam Rose. Sudah lama ia tidak membuka aplikasi itu, semenjak ia tahu siapa wanita di balik akun ‘Ratu’. Rupanya, sang sekretarislah yang wanita yang selama ini ia ajak bicara.

Ettan sendiri punya nickname ‘Raja’ di aplikasi Madam Rose dan tertarik dengan pemilik akun Ratu karena menurutnya nama mereka seakan ditakdirkan untuk berpasangan. Siapa sangka, keduanya menjadi akrab satu sama lain, sampai akhirnya ia tidak diperbolehkan lagi masuk aplikasi itu.

Mau tidak mau ia mengakui kalau Ratu memang enak diajak bicara, meski sekarang kalau diingat itu memalukan. Bagaimana mungkin ia berbincang akrab dengan perempuan yang ternyata jauh lebih tua darinya.

Menstarter motornya, Ettan menembus angin malam dan menuju tempatnya biasa nongkrong saat malam minggu.

**

“Kamu mau naik apa, Kak? Apa atasanmu akan menjemput?” Quenara membantu kakaknya merapikan rambut. Menyanggul sederhana dan memberi hiasan bunga-bunga.

“Jangan harap Setan itu akan menjemputku. Malam ini, yang aku harapkan hanya satu, dia nggak ngamuk.”

“Aih, segitunya.”

“Kamu nggak paham, sih. Makanya, aneh aja kamu sama dia bisa akrab di apa itu? Madam Rose?”

“Anaknya’kan?”

“Anak pasti nggak jauh kayak bokapnya.”

Meneggakkan tubuh untuk melihat dirinya terakhir sebelum pergi, Syera merasa puas dengan penampilannya. Gaunnya menutup tubuhnya dengan indah tapi cukup sopan. Malam ini, semoga ia tidak melakukan kesalahan yang membuat malu Gala.

Playfull KissTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang