Lelaki dihadapannya berkemeja putih tanpa baju dalam, rambutnya kaku dengan jelly rambut yang kebanyakan, sehingga tampak basah dan kaku, berdasi warna oranye menyala dengan kerah kemeja yang berdiri tegak tak tergoyahkan. Bermata agak sayu karena kelopak atas matanya diujung agak menurun, bola matanya hanya terlihat sebagian. Bibirnya tebal berwarna hitam yang bukan karena nikotin, bibirnya berkilau karena memakai lipsgloss, jika terseyum ujung kedua bibirnya berkerucut seperti bulan sabit, seperti tokoh Mr. Joker di film Batman. Dengan kemeja putih yang tipis memperlihatkan siluet badannya yang gemuk dan membuat kemejanya serasa sempit, bulatan teteknya yang hitam terlihat jelas dan menjijikkan. Wajah lelaki itu mengingatkan pada kenangan masa lampau yang sangat tidak ingin diingat.
Yogi menatap lelaki dihadapannya dengan penuh tanda tanya dan serba salah, harus tersenyum atau cemberut? Wajah lelaki dihadapannya ini kembali muncul tanpa diduga, dengan segudang rasa yang membuih menghantarkan kesumat masa lalu yang belum tuntas dilumat.
Dengan setengah hati diterimanya jabatan tangan lelaki itu. Tangannya masih sama besar dan gempal dengan jari-jari yang penuh seperti mayat yang baru diketahui seminggu setelah pembunuhan. Senyum pun terpaksa disunggingkan untuk sekedar berbasa-basi. Yogi segera mencabut jabatannya karena tangan lelaki itu sama sekali tidak membuat Yogi nyaman.
Namanya Berny Sangkara. Lelaki tua berumur hampir pensiun, sekitar lima puluh tahun tapi dandanannya seperti anak muda berumur dua puluh tahun. Kebanyakan gaya dan kebanyakan model. Yogi tahu betul siapa lelaki dihadapannya, Yogi hapal betul lelaki macam apa yang ada dihadapannya. Dia adalah lelaki yang pernah membuat hidupnya susah sekian tahun lalu! Dan dia adalah manusia yang paling tidak ingin ditemui atau bertemu seumur hidupnya lagi. Cukup sekian tahun lalu saja tahu dan kenal dengan lelaki bernama Berny Sangkara! Tapi sekarang? Lelaki itu berdiri dihadapannya dengan raut wajah menyebalkan dan memuakkan. Pertanyaannya kenapa Yogi dipertemukan kembali dengan lelaki sialan ini?!
Yogi segera pergi setelah bersalaman dengan Berny, dia menuju ruangannya yang terletak di ujung, dengan wajah was-was dan segudang dendam, Yogi menarik napas dan menghempaskan badannya di kursi putarnya yang terasa keras. Dia berusaha menenangkan diri untuk tidak terlalu emosi menghadapi masa lalu yang tiba-tiba muncul dihadapannya. Kehadiran Berny yang secara resmi akan menjadi atasannya sejak hari ini menggantikan Pak Edward yang mengundurkan diri karena harus pindah ke Australia menyusul isterinya yang sudah berada di sana enam bulan terakhir.
Yogi benar-benar harus menyiapkan mental menghadapi Berny. Karena Yogi tahu betul siapa Berny. Lelaki itu hampir membuatnya meringkuk di kantor polisi, gara-gara urusan rumah tangga lelaki bernama Berny itu. Berny pernah membuat dirinya kalang kabut karena menghadapi permasalahanya.
Yogi berpikir keras akan bagaimana nanti menghadapi atasan barunya dengan rahasia permasalahan yang pernah dialaminya? Yogi merasa perusahaan ini salah menerima orang untuk menggantikan Pak Edward. Kenapa harus manusia bernama Berny? Kenapa tidak yang lain? Apakah pihak direktur tidak mewawancarai latar belakang Berny sebelum diterima menjadi Branch Manager di perusahaan ini? Kenapa harus Berny??
Yogi menerawang sendiri di ruang kerjanya yang didominasi warna abu-abu, meja kerjanya berhamburan kertas-kertas kerja yang belum ditandatangani, komputernya berganti dengan slide gambar wajah anak-anaknya, pulpen ditangannya diputar-putar tanda kebingungan yang tiba-tiba saja membuat resah. Tubuhnya digoyang-goyangkan di kursinya, matanya menatap ke arah kalender di bulan terakhir, Yogi mengingat-ingat kapan tepatnya kejadian yang menggetarkan kehidupannya sekian tahun lalu dengan Berny yang sekarang akan menjadi atasannya? Hati Yogi semakin tak menentu, kalau saja Novi staffnya yang mengingatkan bahwa ada telepon masuk dari luar. Yogi menerima dengan malas, dia hanya menjawab oke...oke..tanpa kata lainnya lagi, kemudian telepon ditutup kembali dan kembali Yogi berpikir soal Berny? Sial! Kenapa lelaki itu begitu menguras pikirannya sore hari ini!
Yogi segera membuang pikiran buruknya soal Berny. Yogi berharap sikap Berny tak seperti apa yang dia pikirkan, Yogi berharap nantinya Berny tak membahas masa lalu, apalagi membuat perhitungan. Semoga!
Yogi bangkit dan meneruskan pekerjaannya yang belum rampung, jam sudah lewat dari jam 4 sore, masih 45 menit waktunya menyelesaikan tugas-tugas yang berserakan di meja kerja. Yogi ingin segera pulang dan tak mau ikut berbasa-basi dengan Berny yang sedang berbicara dengan Pak Edward dan temannya yang lain.
Panggilan Pak Edwar tak dapat ditolak. Meski Yogi berkali-kali bilang sebentar, tapi Novi staffnya lah yang berasa dikejar-kejar oleh Pak Edward, lama-lama Yogi tak kuasa terus menghindarinya, akhirnya dengan malas Yogi menghadap Pak Edward, Berny, Lingga, Toro, Chandra tengah duduk-duduk di ruang Pak Edward yang sedang bercerita tentang perusahaan ini dan perkembangannya. Tatapan Berny langsung menuju mata Yogi, dengan wajah antara senyum dan sebal, Yogi sedikit berdegup entah karena tatapan Berny atau karena ketakutannya sendiri terhadap Berny.
Pak Edward meneruskan ceritanya soal perkembangan perusahaan ini, yang lain menimpali sedikit-sedikit. Terutama Lingga-lelaki oportunis merasa paling berperan dengan hadirnya pengganti Pak Edward. Yogi dapat membaca betapa sumringahnya Lingga dihadapan Berny yang akan menjadi atasannya. Lingga tanpa ditanya Pak Edward pun, selalu mengeluarkan kata-kata pendekatan dan selalu merasa tahu soal perkembangan perusahaan ini, padahal bagiannya adalah mengurus karyawan yang berjumlah 300 karyawan dan mengurus perizinan yang selalu telat dia urus. Tapi dihadapan Berny, Lingga mampu memperkenalkan dirinya dengan bangga dan yaitu tadi oportunisnya keluar!
Ketika pertanyaan diajukan ke Yogi soal berapa banyak supplier yang ada sekarang, Yogi berkomentar seadanya, suaranya sedikit agak tersedak karena sorot mata Berny selalu tertuju pada mata Yogi. Sedikit-sedikit kemudian Yogi selalu berusaha menelan ludahnya yang susah ditelan, seperti ada duri yang menyertainya. Satu harapan Yogi semoga Pak Edward dan teman-temannya tidak memperhatikan terhadap perubahan suara Yogi yang sedikit gemetar dan terganggu dengan masalah menelan ludah.
Tapi tidak bagi Berny, lelaki yang akan menjadi atasannya itu malah menatap Yogi dengan tajam dan sengaja membuat Yogi gerogi setengah mati. Matanya yang aneh itu membuat Yogi tak nyaman, bibir hitam yang mengkilatnya diusap-usap dengan lidahnya yang genit, entah kebiasaannya atau hal baru Berny mengusap-usap bibirnya dengan lidahnya, padahal dulu sepertinya Berny tak 'segenit' sekarang?.
Pak Edward segera mengakhiri perbincangan di sore hari yang terasa panas meski berpendingin 20 derajat. Yogi segera menuju ruangannya kembali, membereskan mejanya, mematikan komputer lalu meraih kunci mobilnya dan pergi dengan wajah sama sekali tidak nyaman. Toro yang meminta tumpangan terpaksa ditolak, Yogi terburu-buru meninggalkan kantor dengan rasa yang seperti ingin dia ledakkan. Semua karena Berny.
Diperjalanan Yogi terus berpikir kenapa harus Berny? Kenapa harus lelaki itu? Kenapa dia dipertemukan dengan lelaki bernama Berny Sangkara alias Mr. Joker!!
♪
KAMU SEDANG MEMBACA
Lelaki Dititik Nadir
Fiction généraleLelaki bernama Yogi dgn sekuat-kuatnya mempertahankan keluarganya, dengan mengambil jalan terkelam, menjadi lelaki yg menjual pernikahan palsu untuk sahabatnya, hanya karena sahabatnya ingin punya anak dari rahim istrinya sendiri, lalu menjadi pelak...