0.8

2.6K 324 35
                                    

Entah bagaimana pula, Ella dan Sabian berakhir berdiri berdampingan, keduanya diam, sama sekali tidak memiliki keinginan untuk membuka pembicaraan. Karena memang mereka tak saling kenal juga.

Ella sendiri sesekali melirik Sabian, pria itu cukup menarik sebenarnya setelah Ella tau Sabian bukanlah brandalan.

“Omongan bokap gue tadi jangan dengerin.” Celetuk Sabian tiba-tiba. Hal tersebut agak mengagetkan Ella. Karena sudah beberapa menit berdiri berdampingan; akhirnya Sabian berbicara dan dialah membuka pembicaraan duluan.

“Haha, yakali, bokap lo becanda doang pasti.” Jawab Ella. Dia menatap depan, memperhatikan kedua orang tuanya berbincang dan tertawa. Sabian kembali diam, cowok itu menyenderkan tubuhnya ke dinding, “Gue pengen ngerokok.” Gumam Sabian pelan.

Ella yang mendengar gumaman pria itu mendongak agar bisa menatap wajah Sabian. “Mau gue temenin?” tawar Ella. Sabian menoleh, menunduk sedikit. Sejujurnya, Raven tadi memang menitipkan Ella pada Sabian karena Raven merasa jika Ella di biarkan——akan ada hyena yang mengincar anaknya itu.

Sabian tidak bisa menolak, Riohard sangat senang dan berakhir mereka berdua berdiri di sana.

Ella merasa pengap, dia tak terbiasa melihat banyak orang begini, rasanya sesak, Ella tak sanggup berlama-lama menghirup oksigen yang sama dengan banyak orang. Menawarkan menemani Sabian adalah satu-satunya cara Ella untuk kabur.

“Lo mau kabur?” Sabian terkekeh pelan, dia mengangguk menyetujui tawaran gadis di hadapannya. Ella mencebik, mudah sekali Sabian menebak niatnya.

Keduanya berjalan bersama menuju taman, mencari bangku kosong kemudian duduk, Ella menarik nafas lega, dia mendongakkan kepalanya, menatap langit gelap, angin semakin dingin, kulitnya beberapa kali merinding ketika menerima terpaan angin.

Sabian melirik, dia melepaskan jas yang sedang ia kenakan, meletakkan ke atas paha Ella, tanpa berbicara lebih lanjut, Sabian malah membuka bungkus rokok dan mengambil satu batang dari sana.

Menyelipkan ke bibirnya, korek api dia hidupkan, menyulut api untuk membakar ujung rokok.

Ella sendiri memakai jas milik Sabian, tidak ingin menolak kebaikan yang pria itu berikan, tidak baik, bukan.

Ketika hendak menghembuskan kepulan asap dari mulutnya, Sabian akan mengibas-ibaskan tangan, berusaha agar asapnya tak mengenai Ella.

Di mata Sabian, Ella itu terlihat sangat kecil dan mungkin menyimpan banyak penyakit, dia selalu tak bersemangat. Ella mana tau apa yang Sabian pikirkan, dia menikmati keheningan itu sampai tanpa sadar menyenderkan kepalanya ke pundak Sabian——Ella tertidur, tidur seakan pingsan.

Pemuda yang menopang kepala Ella sampai menjatuhkan rokoknya sangkin kagetnya. Sabian menghela nafas, bingung, bagaimana menjelaskan kepada orang tua gadis itu tanpa di curigai.


Nemesis

Sakit, Ella merasa tubuhnya remuk, sesak, dia tidak bisa bernafas secara leluasa. Rasanya benar-benar menyakitkan, kelopak matanya cukup berat.

Tidak bisa mendeskripsikan rasa sakit yang dia rasakan. Kulitnya seakan sedang tertusuk ribuan jarum, Ella merasa jika dirinya di ambang kematian. Tenggorokan miliknya serasa panas, kegelapan masih melanda penglihatannya,
Menggerakkan tangan saja Ella tak bisa, rasanya ingin menangis. Ella berharap ada seseorang untuk menyadarkan Ella secepatnya. Dia sudah tak sanggup.

Nemesis [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang