"Aku tidak tau harus memulai dari mana, semua yang aku lakukan terasa sia-sia"
04 Desember 2020
"Selamat pagi" sapa ramah seorang pembersih taman kepada pemuda yang baru saja tiba, si pemuda membalas tak kalah ramah juga senyum yang tak pernah luntur ia tunjukan kepada setiap orang yang ia jumpai" selamat pagi juga pak kwon" jawabnya sambil berjalan menuju pak kwon yang kebetulan dekat dengan sebuah kursi yang terdapat sebuah meja di depannya. Ciri khas sebuah meja taman yang biasa di gunakan tempat duduk bagi pengunjung taman yang bisa menampung 4 orang dengan 2 bangku kursi panjang yang saling berhadapan.
"06.30, dan tak pernah berubah, nak seokjin pasti bangun sangat pagi setiap hari" tanya ramah pak kwon kepada seokjin.
"Tidak terlalu pagi juga kok pak kwon, Seokjin hanya terlalu bersemangat untuk menyelesaikan buku bacaan yang seokjin bawa, katanya pagi hari sangat bagus untuk melakukan sesuatu yang di sukai" jawabnya sambil mengeluarkan apa yang ia bawa di dalam tas hitamnya.
Kim Seokjin, seorang pemuda berusia 22 tahun, usia yang cukup untuk berkerja atau melakukan hal-hal yang kebanyakan pemuda di lakukan. Menghabiskan banyak waktu dengan bersenang-senang atau mengunjungi banyak tempat bersama teman. Tapi tidak dengan seokjin, ia hanya menghabiskan banyak waktu hanya untuk pergi ke taman di pagi hari, lalu pulang dan berdiam diri di kamarnya seharian penuh.
Hampir setiap hari seokjin datang ke taman ini, tepat pukul 06.30, tak pernah lebih sedikitpun, selalu tepat waktu, dari awal pemuda itu datang, 2 tahun lalu. Padahal tak ada seorangpun setiap pagi di waktu yang sama datang ke sebuah taman. Tapi Seokjin, seorang pemuda dengan sebuah pensil, sebuah buku gambar dan sebuah novel yang selalu ia keluarkan di dalam tas hitamnya selalu datang.
"Apa tak apa jika nak seokjin setiap pagi pergi dari rumah?" Tanya pak Kwon, sembari menyapu daun yang berjatuhan.
Seokjin menggelengkan kepalanya,lalu tertawa hambar," Tidak, tidak apa-apa" kepalanya tetap tertunduk dan tangannya sesekali membuka lembar demi lembar kertas novel yang ia bawa.
"Tapi nak seokjin tak lupa untuk berpamitan kan? Apa nak seokjin selalu sarapan ketika meninggalkan rumah?"
Seokjin menengadahkan kepalanya, ia melihat bagaimana pak Kwon dengan pakaian hangatnya sedang menyapu daun yang berjatuhan. Ini musim gugur, pasti banyak daun yang jatuh. Ia jadi teringat bagaimana pertemuan pertamanya dengan pak kwon 2 tahun lalu, di musim yang sama.
Pak kwon, orang pertama yang tersenyum ramah kepadanya di hari yang seperti mimpi buruknya saat itu. Seokjin yang kehilangan banyak mimpinya, cita-citanya. Ia yang putus asa dan kecewa, pergi meninggalkan rumahnya. Berjalan jauh dalam keadaan kacau, dan berhenti di taman ini. Beruntung pak kwon menemukannya yang sedang berjongkok dengan kaadaan kacau. Beliau yang menenangkan seokjin, memeluk seokjin layaknya seorang anak. Sejak kejadian itu Seokjin menganggap pak Kwon adalah pahlawannya, pahlawan pertamanya, yang menanyakan apakah seokjin baik-baik saja, selama 20 tahun hidupnya, seokjin baru merasakan bagaimana rasanya di perhatikan dan di tenangkan.
"Nak seokjin?" Tanya pak Kwon sedikit khawatir, melihat seokjin yang sedari tadi melamun,
"Nak?", Tanya nya sekali lagi namun tetap, seokjin tak bergeming. Akhirnya pak Kwon memutuskan menyentuh pundak seokjin, Seokjin kaget tentu saja, sedangkan pak Kwon hanya terkekeh melihat wajah kaget Seokjin." Aku memanggilmu berulang kali tapi nak seokjin tak mendengarnya, makannya bapak menyentuh pundakmu, Maaf mengagetkanmu"
" Ah-,haha", Seokjin tertawa canggung, karena kedapatan melamun "Tidak perlu meminta maaf pak kwon, harusnya seokjin yang meminta maaf karena tak mendengar," Akunya sembari tersenyum kikuk. Pak kwon hanya tersenyum, lelaki yang sudah berusia senja itu selalu berhasil membuat hati seokjin menghangat, nasihat-nasihat yang ia berikan untuknya selama 2 tahun ini, selalu berarti, dari setiap kalimat yang ia ucap, senyum yang tak pernah luntur, juga sambutan serta ucapan selamat jalannya yang hangat, membuat seokjin terasa memiliki rumah untuk di jadikan tempat pulang.
KAMU SEDANG MEMBACA
warmest Wishes
RandomJika kisah hidupku di jadikan sebuah drama, drama apa yang cocok menggambarkan kisah hidupku? Lalu karakter seperti apa yang akan aku perankan? Apa seorang pecundang yang tak bisa menyelesaikan setiap masalahnya? Atau si penakut yang tak bisa mengam...