CHAPTER 1

41 2 0
                                    

Tirai yang menjulang tinggi dibukakannya. Pagi-pagi sekali aku sudah dibangunkan oleh pengawalku, Eginhardt. Katanya akan ada perjamuan kerajaan. Ya, sebentar lagi kakakku akan menjadi raja menggantikan ayahku. " Ayo tuan Manfried Oliver, kita harus bersiap untuk perjamuan kerajaan. " Membosankan.

Aku bergegas mengenakan pakaian kerajaanku dan minum secangkir teh yang telah disediakan oleh pelayan kerajaan. Eginhardt telah menungguku didepan pintu kamarku.

" Tuan Manfried, kau lama sekali, rapat pertemuan kerajaan akan segera dimulai. "

Aku pun berdecih dan memasang muka masam karena betapa membosankannya hidup dalam penjara kerajaan.

Pagi ini terasa agak berbeda. Kerajaan mulai di penuhi oleh kereta kuda dari berbagai macam kerajaan negeri seberang. Ruang rapat mulai dipadati para raja serta pengawalnya dan siap untuk perjamuan kerajaan. Ini semua karena kakakku akan diangkat menjadi raja Amon.

" Kenapa bukan aku saja? Katanya harus anak pertama. Padahal aku lebih hebat darinya. Ini sungguh tidak adil. "

Setibanya di ruangan rapat, Aku melihat kakaku sudah menungguku dan dia tersenyum seolah-olah meledekku. Sombong sekali dia, mentang-mentang akan menjadi seorang raja, " sangat menjijikan " ucapku. Kakakku hanya tertawa karena melihat sifatku yang masih kekanak-kanakan dan tidak berubah sejak kecil. Aku memilih duduk di tempat yang agak jauh dengan kakakku.

* beberapa menit kemudian *

Aku mulai bosan mendengarkan silsilah kerajaan, pembagian wilayah lah, ini itu lah, entah apa lah, itu benar-benar membosankan. Tiba-tiba terlintas dalam benakku untuk kabur dari rapat itu. Aku berusaha mencari celah agar bisa kabur dari mereka.

" Aku harus lewat mana ya? " pikirku.

Ternyata setelah ditelusuri, ada suatu gerbang belakang yang penjagaannya kurang ketat. Aku pun kabur lewat pintu gerbang tersebut dan berhasil.

" Oh Tuhan akhirnya aku berhasil lolos dari rapat bodoh itu. "

Aku berjalan-jalan di perkampungan, menikmati kebebasan. Banyak sekali kereta kuda yang melintas. Tapi, ada satu kereta yang membuatku terpana. Siapa puan itu? Gaunnya membelai panjang, rambutnya terikat, dihiasi dengan mahkota yang anggun. Tidak salah lagi, dia salah satu tamu kerajaan. Aku harus menemuinya nanti.

" Hai tuan Manfried, sedang apa kamu disini. " Ujar sosok laki-laki yang tiba-tiba membisik dari belakang dan dia ternyata Eginhardt.

" B-Bagaimana bisa kau menemukan aku disini, Eginhardt bodoh! "

" Kau masih berkata diriku bodoh sementara aku berhasil menemukanmu disini tanpa sepengetahuanmu Yang Mulia Tuan Manfried Oliver... " jawab Eginhardt dengan cerdiknya membalikkan perkataan Manfried.

(Sedikit cerita tentang Eginhardt : Eginhardt memiliki nama panjang Eginhardt Bardolf yang artinya kekuatan dari sebuah pedang dan serigala yang pintar. Seorang pengawal pribadi berasal dari Ksatria Bangsa Paxton wilayah timur Amon dan merupakan pemimpin dari kesatria Bangsa Paxton. Ia ditugaskan oleh Raja Daniel Oliver untuk menjaga sekaligus menjadi penasihat Pangeran Manfried Oliver)

" Ah sial! Padahal aku ingin sekali bebas dari penjara bodoh itu! " ucap diriku dalam hati.

Aku terpaksa kembali ke rapat kerajaan.

Malampun tiba, dansa dimulai. Aku melihatnya. Aku melihat puan itu berdiri di sudut sana. Aku harus menghampirinya. Aku menghampirinya dengan ragu. " Ah tidak-tidak, aku adalah seorang pangeran calon penerima tahta ke 2 kerajaan Amon " ujarku agar aku terlihat percaya diri.

" Prrraangggg... "

Sial, aku menabraknya. Aku malah menumpahkan anggur ke gaunnya.

" Maaf anggurku membuat gaunmu basah. " Kataku.

Dia hanya tersenyum. Senyumannya lebih memabukkan dari pada anggur yang ku minum. Aku ingin membelainya. Tiba-tiba aku ditarik oleh seorang wanita untuk diajak dansa.

" Hai yang mulia, kau begitu tampan, mari berdansa denganku. " Ucap wanita itu sambil menarik tanganku dan memegang wajahku.

" Persetan wanita jalang. " Dalam hati ku

Hari ini sangat sial. Aku sangat penasaran dengan puan itu.

" Apakah aku bisa berjumpa lagi dengannya? Siapa dirinya? Mengapa aku terpana? Mengapa aku selalu memikirkannya? Kau begitu cantik nona. " ujarku dalam hati.

Setelah pesta, aku menggoreskan tintaku pada secarik kertas, menulis bait per bait tentang puan itu, kemudian menggulungnya dan mengikatnya dengan pita merah lalu ku ikatkan pada kaki merpati, dan menerbangkannya. Aku harap, merpati itu dapat menemukannya.

" Nona, apakah ini yang dinamakan cinta pada pandangan pertama? "

TANZEN - MANFRIED OLIVERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang