CHAPTER 3

13 1 0
                                    

Tiba-tiba, terjadi kekacauan di Amihanan.

" Maaf tuan, kenapa semua warga panik. " Aku bertanya pada warga setempat.

" Ada kebakaran tuan. " Warga tersebut terlihat sangat panik.

" Memangnya rumah siapa? "

" R-Rumah... Nona Alfreda "

Alfreda? Siapa dia? Kenapa semua warga begitu panik? Apa dia orang penting di negeri ini? Kebakaran yang lumayan besar, tapi tidak sampai merembet bangunan lain. Aku bersama Eginhardt membantu warga memadamkan api dan barang-barang yang masih bisa diselamatkan.

(Tandu yang membawa Alfreda lewat ketika Manfried sedang sibuk membantu warga. Dia tidak sadar bahwa puan yang selama ini dia cari melintas di belakangnya)

Ketika aku membersihkan puing-puing kebakaran, aku menemukan sebuah kotak. Mungkin ini barang berharga pemilik rumah. Aku akan menyimpan ini sampai aku tau siapa pemilik rumah itu.

" Tuan Manfried, sebaiknya kita segera bergegas menuju istana. Tak lama lagi rapat akan dimulai. " Eginhardt mengingatkanku perihal rapat itu.

Pasti sangat membosankan. Kenapa aku yang ditugaskan hadir dalam rapat ini? Kenapa bukan kakak saja si? Setelah kekacauan tadi, warga kembali melakukan rutinitasnya. Aku teringat dengan kotak tadi. Apa isinya? Setelah rapat, aku akan mengeceknya.

* saat diperjalanan menuju istana kerajaan Amihanan *

Kerajaan Amihanan tidak sebesar kerajaan Amon. Bangunan istananya juga terlihat sederhana. Tapi, entah kenapa suasana di negeri ini sangat berbeda. Baru beberapa jam disini, aku sudah merasa sangat nyaman. Semoga saja suatu saat, aku bisa menetap disini. Bersama puan itu tentunya. Lama-lama aku kecanduan puan yang tak jelas keberadaannya.

Setibanya di istana, aku dan Eginhardt langsung bergegas menuju ruang rapat untuk memenuhi permintaan istana.

Rapat akan segera dimulai. Aku dan Eginhardt diperlakukan sangat istimewa. Rasanya, di kerajaan Amon tidak seperti ini.

" Mohon maaf kepada semua tamu kerajaan. Rapat kali ini akan kita tunda beberapa hari karena putriku mengalami musibah. Rumahnya terbakar. " Raja Bernard Femlee, pemimpin kerajaan Amihanan memberi tau pengunduran rapat.

Sia-sia sekali perjalananku. Jauh-jauh kesini, ternyata rapatnya ditunda. Tapi, tak semuanya sia-sia. Negeri ini benar-benar negeri impian. Aku bisa tinggal beberapa hari disini, menikmati semuanya.

" Tuan Manfried, maukah kau mengunjungi danau Müritz. Saya dengar, itu danau paling indah di negeri ini. "

Sepertinya tawaran Eginhardt kali ini meyakinkan. Biasanya, dia selalu menjahiliku. Sesekali aku ingin melepas penat dari kehidupan kerajaan. Ternyata, Eginhardt tidak bohong. Danau ini benar-benar indah. Aku membayangkan seperti apa matahari terbenam disini. Sayangnya, aku harus menunggu 2 jam lagi. Tapi tak apa menunggu demi sesuatu yang indah. Walaupun itu belum pasti.

Aku kembali teringat tentang kotak yang ku temukan di rumah yang terbakar tadi. Apa isi kotak ini? Mungkin isinya foto-foto keluarga kerajaan. Rumah itu kan dimiliki oleh putri raja.

" Foto ini... ini kan ... "

Tiba-tiba ada orang yang menepukku dari belakang. Suara perempuan.

" Hai tuan Manfried...

TANZEN - MANFRIED OLIVERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang