©Toxic.
Jsobe"Ikutin aja maunya, umur kan ga ada yang tau."
- Jiselle.
•••
Vincent:
Aku lagi freeclass
Pulang sekolah kerumah, mumpung ada nenek doang.
13:40Jiselle melirik guru di depan dan melihat Pak Rizal masih fokus mencatat tulisan di papan bor.
Spontan dia menghela nafas dia bisa membalas pesan Vincent kalau begitu, dengan cepat Jiselle mengetik untuk membalas pesan kekasihnya.
Vincent memang gegabah dan engga tangung-tanggung. Jiselle yakin cowoknya itu tau kalau konsekuensi apa yang Jiselle dapat kalau ketauan menggunakan ponsel saat belajar. Namun Vincent sepertinya tak mengidahkan itu, cowoknya itu terlalu terpusat pada apa yang dia inginkan.
Sangat egois.
Jiselle:
Engga mau, aku capek lagi engga mau main.
13:41
Send.Katakan Jiselle perempuan bodoh, karena salah satu kebodohannya adalah dia memang sudah melepaskan kesuciannya untuk Vincent di masa SMA.
Itu yang pertama, lalu yang kedua adalah dia yang masih bertahan dengan hubungan yang dia tau sudah tak sehat, ketiga dia terlalu mempercayai sebuah hal yang belum ada kepastian.
Lagi-lagi itu semua karena Jiselle sudah terjebak dalam kehidupan Vincent begitupun kepercayaan miliknya walaupun masih tanpa kepastian Vincent akan menikahinya kelak. Jiselle justru memakai kepercayaannya untuk tetap bertahan dengan Vincent.
Karena cuman hal itu agar Jiselle tak merasa sia-sia. Walaupun memang Vincent sepatutnya harus memang bertahan dengannya.
Vincent memang yang membawa dirinya keterjerumusan dalam belengu dosa. Namun Jiselle yakin bahwa Vincent mencintai Jiselle lebih dari apapun walaupun sifatnya yang terkadang banyak salahnya.
Lagi-lagi Jiselle selalu memaklumi itu dalam hatinya, meski kadang tak nyaman namun bagaimana lagi? Nasi sudah jadi bubur dan sudah Jiselle bilang bukan di awal bahwa dia engga mau ini menjadi sia-sia.
Ponselnya kembali bergetar namun kini Pak Rizal sudah menyelesaikan penulisannya.
Jiselle menggigit bibir mungilnya Vincent itu bukan orang yang mau dia harus mengerti orang lain. Justru sebaliknya anggap saja Vincent egois namun hal itu sudah jadi santapan biasa bagi Jiselle.
Dan kali ini dia semakin cemas saat saku roknya kembali bergetar panjang.
Vincent menyepam dan Jiselle tak bisa berkutik barang sedikit pun karena tubunya kini menegang saat melihat pak Rizal yang juga sedang beradu pandang dengan emerlad miliknya.
"Jiselle, kamu engga sedang menahan sesuatu kan? Seperti menahan PUP?" Tanya pak Rizal polos, alis tebalnya naik satu.
Namun ucapanya sontak membuat semua yang ada di kelas tertawa.
"PUP gila jangan di tahan nanti jadi eek batu!" Omel Ranum teman sebangku Jiselle.
Jiselle menggeleng kepada Ranum
Ko ini jadi di tuduh pup sih, pada percayaa aja lagian! -Jiselle.
"Bukan pak, bapak salah paham." Jelas Jiselle namun nampaknya Pak Rizal masih belum percaya namun sedetik kemudian Pak Rizal mengangguk dan memberi peringatan tenang di kelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
HEAVENLY✔
FanfictionVincent Sylvain. Dia bahkan tak pantas di sebut manusia dan bukan pacar yang baik untuk Jiselle Dan Jiselle dengan segala kenaifan nya menyebut Vincent Demon. Iblis dari segala iblis dengan perilakunya yang senantiasa menyeretnya dalam kegelapan ber...