Pixie Lott - Everybody hurt sometimes.
Setelah tamparan disekolah, Ardan hanya bisa tertawa saat lagi-lagi ayahnya memukul dirinya yang baru saja ingin merebahkan diri. Hidupnya melelahkan dan meskipun begitu sang ayah tampak tidak peduli sama sekali. Bahkan ingin istirahat sebentar saja tampak mustahil bagi Ardan.
Melihat respon sang putra, Rio kian berang. Tangannya sudah kembali terangkat namun segera dihentikan oleh sang istri. "Kamu itu apa-apaan sih! Aku ngelahirin dia susah payah bukan buat dipikulin kaya gini!! Sekali lagi tangan kamu mendarat ketubuh Ardan mas, aku lebih milih kita cerai!!" sang mama langsung menarik Ardan begitu menyelesaikan kalimatnya. Dia mungkin sama kecewanya dengan Rio, namun apa yang dia lakukan terhadap Ardan tetaplah salah.
Tujuan Tami sekarang hanyalah satu. Rumah orangtuanya. Melihat kekesalan Rio pada Ardan yang tidak ada ujungnya hanya akan menyakiti ketiganya nanti, jadi lebih baik jika mereka meninggalkan rumah untuk saat ini. Setidaknya sampai Rio menyadari bahwa Ardan tetaplah putra bungsunya.
"Pasang safety belt nya." Ardan geming, membuat mama menghela nafas dengan sedih. "Denger ucapan mama Ardan!"
Airmata lolos membasahi pipi Ardan sampai mama jadi menyesali perbuatannya barusan. "Mama ga maksud bentak kamu." Tami akhirnya ikutan menangis, apalagi setelah melihat bekas tamparan pada pipi putranya. Dia meraih tubuh Ardan untuk dia rengkuh. Sungguh semua yang terjadi hanyalah takdir buruk semata dan Ardan, mama juga yakin kalau Ardan sama terlukanya seperti mereka.
***
"Lo tau apa yang lebih mengerikan dari zombie?" Jonan menyenggol lengan Nafis, sedang mencari partner untuk menggoda Ardan. "Gatau." Nafis menggeleng. "Gue juga gatau." saut Rendi. Kantin ramai namun telinga Ardan terasa berdengung sampai akhirnya dia benar-benar tidak mendengar apapun. Wajahnya pucat dan yang ketiga temannya lakukan hanya bisa menghela nafas frustasi.
"Ya ni anak." tunjuk Jonan akhirnya. "Wajahnya lebih jelek ketimbang zombie." Ardan masih tidak merespon dan kali ini mereka benar-benar khawatir akan keadaannya.
"Woy Dan!" Rendi menepuk bahunya kenceng.
"Kenapa?" tolehnya dengan wajah bingung.
Rendi memasang wajah galaknya, menatap Ardan dengan pandangan tak suka. "Abisin makanan lo!!" katanya dingin. Ardan hendak protes namun keburu kicep saat Rendi mengancamnya dengan serius.
"Lo tiap telat poin lo tetep ga gue kurangin selama enam bulan belakangan, kalau ayah lo tau gimana ya respon beliau?"
Walaupun terpaksa, pada akhirnya Ardan berhasil menghabiskan makanannya.
Untuk kali ini Rendi berhasil dengan jurus andalannya. Besok-besok gantian Jonan dan Nafis yang memikirkan cara agar Ardan tetap makan meskipun cowok itu enggan.
Renata yang tak sengaja menatap Ardan dari kejauhan juga ikut menghela nafas. Kejadiannya sudah berlalu lama, namun dampaknya masih terpampang jelas didepan mata. Ardan yang biasanya ceria, kini berubah bak mayat hidup. Dia tidak tega melihatnya.
Renata meraih ponselnya, mengirimkan beberapa pesan untuk mantan pacarnya itu.
"Everything will be okey Dan."
KAMU SEDANG MEMBACA
THE PLAYLIST
FanfictionTidak ada lagi musik rock, tidak ada lagi musik yang membuat ayah naik pitam. Sejak bertemu dengan Ardan, playlist Airin berubah menjadi lagu-lagu sendu penuh kesedihan. ----- dimulai 7 november, 2023.