•
•
•Kelopak mata si gadis bergerak pelan. Terbuka perlahan menampilkan berlian coklat indah nan memabukkan. Netranya berpendar melihat sekeliling. Mencoba mengenali tempat yang terasa familiar.
Setelah kesadaran sepenuhnya hadir. Maira mencoba bangkit dari rebahnya. Mencoba menopang tubuh dengan tangan mungil yang terlihat getir kehilangan tenaga.
Sakit menghantam kepala tiba-tiba. Menguak ingatan kejadian sebelum tidur lelapnya. Otaknya hanya memfokuskan memori pada si tampan yang menggelitik rasa kagumnya.
Usaha keras ia lakukan untuk mengenyahkan pikiran tentang sang insan yang selalu menggoda iman itu. Namun apa daya ketika skenario unik sudah dicipta."Gimana? Udah baikan?"
"U-udah kak, ini udah mendingan."
"Baguslah kalo gitu. Oh iya ini ada titipan mukena dari temen kamu. Buat sholat katanya."
Tak ada sahutan dari si gadis. Hanya temu pandang antar netra indah itu yang menjadi jawaban.Maira mengambil mukena yang diberikan oleh Arza. Ada kata yang ragu untuk tersampai. Terlalu sungkan keluar sebagai kalimat tanya, hingga mulut memilih diam pada akhirnya.
Tanpa ada ucap kata, Arza berlari dengan tergesa. Meninggalkan Maira yang terdiam seorang diri. Tanpa penjelasan hingga membebani Maira dengan kebingungan.
Hembusan nafas pelan ia loloskan. Perilaku si tampan terlalu abstrak untuk ia jabarkan.
Belum sempat tungkai si manis menyentuh dinginnya pijakan. Derap langkah cepat menarik perhatian.
"Maaf lupa, ini jilbab baru buat kamu. Itu jilbabnya kotor gak bisa dipake buat sholat kan?"
Maira menatap sang senior dengan pancaran bingung yang kentara. Jelas sekali ribuan tanya sedang membombardir kepalanya.
"Itu jilbab kamu kotor bekas darah, kamu gak bisa shalat kalo pakaian kamu kotor kan? Jadi ini kakak beliin jilbab baru."
Ada rasa asing dari antah berantah yang bertamu. Tanpa sungkan ia menyapa hati hingga membawa gelenyar aneh yang merasuk dada.
Maira hanya mampu mengangguk. Ia bingung untuk merespon perlakuan Arza. Rasanya logika sudah tak mau bekerja sama."Udah sana kamu shalat dulu, kamu belum makan kan? Kakak beliin dulu ya."
Tanpa menunggu jawab dari sang lawan, Arza pergi keluar dari ruangan berbau obat itu. Kembali meninggalkan si manis yang berusaha keras menyadarkan diri untuk kembali pada warasnya.
♦
♦Di setiap sujud ia jatuhkan seluruh hatinya pada Sang Kuasa. Untaian puja tak pernah bosan terucap dari bibir madunya. Dengan tulus setiap doa meminta Ridho-Nya.
"Ya Allah, atas segala baik-Mu terimakasih. Puja pada-Mu akan selalu abadi dalam hati. Tak ada kata pudar untuk cinta kepada-Mu."
"Ya Allah, terimakasih untuk selalu usap peluh yang ku keluhkan. Terimakasih untuk setiap masalah yang datang kemudian Kau enyahkan. Terimakasih telah menjadi sandaran yang mengetahui segalanya, tanpa pernah menolak pinta. Kau adalah sebaik-baiknya pulang untuk setiap hamba."
Setiap insan pasti tahu, cengkrama dengan Tuhan adalah hal paling menenangkan. Berbagi cerita tentang kejam dunia. Atau berbagi keluh kesah setelah lelah betopeng tenang saat semua tak baik baik saja.
"Udah selesai shalatnya?"
"Udah kak."
"Ohh iya ini makanan buat kamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
|| Singgah ||
Teen Fiction"Mereka adalah larik sajak dari Sang Pencipta Berperan dalam cerita romansa buatan Sang Kuasa Mereka adalah si egois yang memaksa singgah menjadi sungguh" •Gambar bukan milik pribadi• •Cerita asli 100% buatan sendiri• •Jika ada kesamaan cerita atau...