Prolog

1.7K 185 108
                                    

Sinar matahari pagi memancar terik, menyinari barisan panjang dari ratusan lelaki berseragam sama di tengah lapangan yang luas. Suasana sangat sunyi dan tenang.

Hari ini merupakan hari pertama semester satu, jadi lah semuanya khusyuk dalam melaksanakan upacara. Suara bariton seorang pemimpin barisan pun terdengar mengawali.

Tapi di antara semua keheningan itu, tiga pria dengan usia 25 tahun serta berparas manis melangkah antusias memasuki gedung sekolah.

Mereka adalah Park Jimin dengan anting dan surai blonde, Min Yoongi dengan mata sipit dan surai hitam, serta Kim Seokjin dengan tubuh semampai dan surai kecokelatan. Ketiganya merupakan alumni angkatan ke-72 di Sekolah Kepemudaan ini.

Ya, sekolah khusus pria.

"Dunia militer itu melelahkan. Kenapa aku tidak terlahir sebagai wanita saja?" Keluh Jimin ketika mereka memasuki lift. Seokjin terkekeh pelan. "Kodrat," balas Yoongi datar membuat Jimin manyun sensi dengan tangan bersidekap.

"Ya itulah mengapa aku bilang kenapa aku tidak terlahir sebagai wanita saja!"

Dua bulan lalu mereka baru saja menyelesaikan program wajib militer. Setelah kembali menumbuhkan rambut di kepala mereka yang sempat botak, mereka memutuskan untuk bertemu di sekolah ini.

Tak lama lift terbuka. Ketiganya keluar dan berhenti melangkah. "Mau ke mana?" tanya Seokjin seraya menatap dua sahabatnya. Jimin pun memutuskan dengan cepat, "ruang biografi! Aku penasaran bagaimana wajah adik kelas kita."

Setelahnya Jimin melangkah menyusuri lorong diikuti dua pria lainnya. Tempat ini sepi. Tentu saja, karena seluruh warga sekolah tengah melaksanakan upacara.

Jimin, Seokjin, dan Yoongi memasuki sebuah ruangan dengan dinding kaca yang menghadap ke lapangan serba guna. Ratusan foto siswa menempel di dinding, dan di tengah ruangan itu ada beberapa rak yang berisikan buku biografi siswa.

Tiga pria tersebut mulai mengelilingi ruangan, seolah memilah wajah para pria yang bisa menaut hati mereka. Tapi Jimin hanya terus berdecak kesal, dia itu sensian.

"Kenapa adik kelas kita semua terlihat seperti ahjussi, sih? Boros sekali wajah mereka," sungut Jimin. Seokjin tertawa mendengar betapa sinisnya Jimin dan menjawab, "yang tengah kau lihat itu angkatan 78. Zamannya berbeda dengan zaman di saat kita masih disini. Semakin modern, Jimin."

"Tapi 'kan tetap saja mereka masih berusia di bawah dua puluh. Tidak seharusnya mereka segagah itu," kesal Jimin tanpa alasan. Seokjin hanya menanggapinya dengan kekehan dan mengusak surai Jimin gemas.

Sedangkan Yoongi, dia tidak mendengarkan dan malah fokus menatap dua bingkai foto yang bersebelahan. Seokjin yang menyadari Yoongi menatap foto itu lamat - lamat pun memanggilnya.

"Yoon?"

Yoongi menoleh dan menatap Seokjin dengan kedua alis terangkat. "Kau kenal dua siswa itu?" sambung Seokjin.

Anggukan diterima. Jimin yang penasaran pun menatap dua bingkai yang menjadi sasaran fokus Yoongi. "Siapa itu? Wajahnya mesum," celetuk Jimin.

"Ini Kim Taehyung atau Vante, dengan gelar The Prettiest Creature," jawab Yoongi sambil menunjuk foto sebelah kanan.

"Ini Kim Taehyung atau Vante, dengan gelar The Prettiest Creature," jawab Yoongi sambil menunjuk foto sebelah kanan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bukan itu. Sebelahnya. That man," Jimin menunjuk foto sebelah kiri.

Yoongi pun menjawab, "ah, itu Jeon Jungkook atau Justin dengan gelar The Finest Hare. Dia pratama."

"P-pratama? Pratama inti?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"P-pratama? Pratama inti?"

"Iya."

Jimin tersenyum senang, seketika bahunya terangkat. Ia bertepuk tangan seraya melangkah anggun menuju dinding kaca, memindai lapangan untuk mencari Jeon Jungkook yang menjadi pemimpin upacara.

Matanya sontak menyipit dengan seringai seram ketika Jungkook ditemukan dengan mudah karena posisinya. Jungkook tampak begitu tegap dengan seragam dark olive itu. Otot dadanya membuat Jimin menjilat bibirnya sendiri.

Jungkook seolah berkilauan berkat bulir keringat yang disinari mentari. Kulit ia terkesan eksotis karena warnanya kecokelatan. Sangat jantan.

"Wah, dia panas," gumam Jimin.

Mendengarnya, Yoongi mengerling malas dan melanjutkan kegiatannya untuk menelisik wajah adik kelas di dinding. Sementara Seokjin, dia bertanya, "kau akan membuatnya jatuh cinta seperti korbanmu yang lain?"

Jimin tersenyum. Ia berbalik anggun seraya bersidekap. "Tentu saja."

•••

to be continued...

Lanjut atau tidak, ges?

⬇️⬇️⬇️

That Man | KookminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang