Kelahiran sang Protagonis Pria

77 14 5
                                    


Angin berhembus sejuk menerbangkan dedaunan yang berada ditanah. Memindahkan daun-daun itu dari tanah, kemudian jatuh di atas permukaan danau.

Seorang pemuda berusia akhir 22 tahun sedang fokus membaca bukunya dengan damai. Buku bersampul putih dan bertuliskan "Love You, Lilian" itu dibacanya dengan seksama. Mata pemuda itu mengikuti baris demi baris yang dibacanya, senyumnya merekah saat matanya sampai di salah satu baris, berbinar-binar.

"Jadi, Lilian. Maukah kau menjadi pendamping hidupku?" Louis berlutut dihadapan Lilian, dia mengulurkan tangannya. Dengan disaksikan oleh semua orang yang sedang berada di Aula dansa istana saat itu.

Lilian mengerjapkan mata tidak percaya, sementara aula dipenuhi oleh suara bising yang terdengar antusias, menunggu jawaban dari gadis bersurai coklat itu.

"S-saya.." Bibir merah muda gadis itu tak mampu berkata-kata.

"Maukah kau menjadi ibu dari anak-anak kita kelak?" Senyum manis terpatri di bibir pemuda itu. Dia menatap gadis dihadapannya penuh cinta.

Mata Lilian berkaca-kaca, tak sanggup mengungkapkan rasa haru yang dia rasakan saat ini. Dia membalas tatapan pemuda yang ada di hadapannya dengan hangat.

Senyum muncul di bibirnya, Lilian mengangguk sambil berkaca-kaca. Di dalam hatinya, dia memantapkan jawaban yang akan dikatakannya. "Ya, pangeran. Saya.. bersedia."

Sontak, semua orang yang ada di sana bertepuk tangan bahagia melihat pasangan itu.

Louis segera berdiri dan memeluk Lilian dengan erat. "Terimakasih, Lilian." Gadis itu membalas pelukan Louis dengan hangat pula. Louis membisikkan sesuatu padanya, "Lilian, aku.. mencintai- Ah tidak. Aku benar-benar mencintaimu."

Wajah Lilian memerah, dia sangat bahagia. "Ya, pangeran. Saya juga.. sangat mencintai anda."

Louis melepaskan pelukannya, dia mendekatkan wajahnya ke Lilian. Lilian menatap lurus ke dalam mata pemuda itu.

Cup

Louis memberikan kecupan hangat di bibir Lilian.

Mereka kemudian melanjutkan pesta dansa, dan berbahagia.

--- T A M A T ---

***

Puas membaca, pemuda itu menutup rapat bukunya. Kemudian meletakkan buku itu di sampingnya. Kedua tangannya diangkat ke atas, dia bediri menegakkan punggungnya yang terasa pegal.

"Hah.. mau dibaca berapa kali pun, novel ini memang yang terbaik!" Dia berseru sambil menormalkan kondisi tubuhnya yang terasa pegal karena berada di posisi yang sama saat membaca novel.

"Lilian memang gadis yang cantik.. dia bahkan mampu meluluhkan 5 laki-laki beserta sang antagonis." Pemuda itu kembali duduk di kursinya.

"Yah.. memang terlalu biasa jika dia berakhir dengan sang putra mahkota. Tapi setidaknya itu lebih baik daripada dengan Ryan si penggoda itu. Aku tidak yakin apakah Lilian akan bertahan dengannya. Dan juga jika dia bersama Andrean yang ceroboh. Termasuk juga Stephen yang posesif. Bersama putra mahkota memang keputusan yang tepat! Aku setuju denganmu, kakak penulis." Pemuda itu manggut-manggut sendiri atas perkataannya.

I'm the Male Lead?!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang