saturday

1K 166 16
                                    

Pagi ini, Soobin terbangun dengan merasakan sedikit pegal pada leher bagian kirinya.

Dia mengerang sedikit, tidak terbiasa dengan rasa tidak nyaman di lehernya. Meski begitu, ia memelankan erangannya ketika menyadari tangan kirinya berada dalam dekapan seorang pria dengan badan lebih kecil darinya. Alih-alih kembali merasakan sakit, Soobin malah tersenyum sambil mengerjap-erjapkan matanya untuk memperjelas pandangannya.

Bangun tidur disambut wajah pasangannya yang masih tertidur pulas itu adalah salah satu mimpinya yang menjadi kenyataan. Soobin tidak pernah menduga bahwa pemandangan di hadapannya sekarang benar-benar ia alami ketika semasa ia masih berpacaran, hampir di tiap harinya ia selalu membayangkan terbangun di sisi Taehyun.

Kang Taehyun adalah seluruh hal yang ia cita-citakan.

Tamat kuliah, seorang Choi Soobin berhenti menjadi idealis. Tidak akan bisa lanjut hidup jika ia memasang mimpi terlalu tinggi. Dulu harapannya bertumpuk; ingin jadi ini, ingin jadi itu, ingin punya ini, ingin punya itu. Begitu ia menemukan Taehyun yang menjadi pelengkap hidupnya, Soobin mengurangi semua keinginannya dan mengerucut menjadi satu.

Ia sekarang hanya ingin menua bersama dengan Taehyun.

Pikiran super romantis dan klise miliknya itu malah membuat Soobin tertawa sendiri--merasa geli. Orang lain yang mendengarkannya jelas akan merasa geli dengan pikirannya yang sangat bucin ini. Kenyataannya, yang Soobin harapkan memang hanya itu--tentu selain berusaha memberikan Taehyun yang terbaik.

"Mas aneh banget pagi-pagi ketawa--hoamm."

Soobin membulatkan matanya ketika ada suara lirih terdengar. Dia bisa melihat Taehyun mengeratkan dekapannya pada tangan Soobin dengan kernyitan di matanya yang masih terpejam. Kedua tungkai Taehyun sendiri merenggang. Suaminya itu sudah bangun ternyata.

"Mukamu lucu pas baru bangun, Dek." Soobin terkekeh lembut. Tangannya yang bebas dari pelukan Taehyun terangkat untuk mengelus surai lembut milik Taehyun. "Makanya aku ketawa."

"Emang mukaku lucu ya, Mas?" tanya Taehyun. Nada suaranya masih mengantuk dan sedikit serak. Menggemaskan sekaligus seksi, Soobin mendadak ingin sekali menciumnya.

"Banget. Saking lucunya pengen aku gigit aja pipimu, kutelen, kusimpen di perut," jawab Soobin dengan sedikit ngaco. Taehyun meresponnya dengan dengusan geli yang pelan.

"Aku jadi eek dong nanti."

"Ya kurang lebih gitu, deh."

Sekali lagi, Taehyun mendengus geli. Namun, pemuda bertangan kidal itu lebih memilih kembali memejamkan matanya.

Dia menarik agar tubuh Taehyun lebih dekat dengannya--harum tubuh Taehyun di pagi hari selalu memberikan sensasi yang menyenangkan baginya. Matanya melirik jam dinding yang ada di kamar mereka. Pukul enam pagi. Masih terlalu dini untuk bangun dan mengawali hari. "Mau lanjut tidur, Dek?"

Taehyun mengangguk kecil. Pucuk rambutnya menggelitik dagu Soobin yang mulai ditumbuhi sedikit rambut janggut. "Bangun jam delapan aja," gumam Taehyun dengan nada sedikit merajuk. "Nggak apa, kan, Mas?"

Soobin mengelus pucuk rambut Taehyun sambil menciumi kening pria itu.

"Iya, nggak apa. Selamat tidur lagi, Cupcake."

.

 
Setelah menghabiskan sarapan mereka--hanya roti bakar dioles dengan selai cokelat ditemani dua potong cheesecake yang minggu lalu Soobin bawa dari kantor, mereka memilih menghabiskan waktu untuk bersih-bersih rumah hari ini.

Bukan berarti Taehyun tidak membersihkan rumah. Soobin tahu Taehyun adalah pasangan yang baik--menjadi suami pekerja domestik di rumah adalah keputusannya ketika mengharuskan work from home di tengah pandemi. Tidak jarang Soobin pulang kerja dengan keadaan Taehyun yang lelah karena harus mengimbangi tugas kantornya dan membereskan rumah.

Monday to Sunday • bintaeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang