[𝟏]. 𝐓𝐡𝐞 𝐆𝐢𝐫𝐥 𝐁𝐞𝐡𝐢𝐧𝐝 𝐓𝐡𝐨𝐬𝐞 𝐁𝐨𝐨𝐤𝐬

46 8 3
                                    

Gadis yang menempati jenjang sekolah menengah atas tersebut kian melangkahkan kakinya pada atap sekolah, tempat ternyaman ketika ia mencurahkan ide dari kepalanya ke dalam sebuah cerita.

Han Yeorin mendudukan dirinya pada salah satu bangku yang terdapat di atap tersebut. Selagi menikmati semilir angin yang menerpa rambutnya, ia mulai berimajinasi tentang skenario dalam otaknya, "chapter berikutnya sepertinya akan bagus jika kubuat pemeran utamanya mengalami patah hati." Raut mukanya seperti menerka-nerka bagaimana pemilihan kata yang tepat untuk adegan ceritanya.

Tidak ada yang bisa dibanggakan dari kehidupan gadis ini. Lahir dari keluarga serba kekurangan dengan setumpuk hutang yang diperoleh ibunya kian hari semakin menggunung.

Mengandalkan imajinasinya, Han Yeorin berharap suatu saat nanti ia bisa menjadi seperti salah satu penulis terkenal diluar sana. Ia ingin menghasilkan uang sendiri untuk membantu meringankan beban ibunya.

"Kenapa rasanya kurang pas, ya? Apa perlu ku ubah lagi kata-katanya." Ia sedang berkecamuk dengan pikirannya sendiri sambil menatap layar ponsel di depannya.

"YEORIN!"

Gadis tersebut terperanjat ketika mendengar seseorang meneriaki namanya, "ini sudah bel masuk, kau kemana saja?! Song ssaem memintaku untuk segera membawamu kembali ke kelas!"

"Benarkah? Memangnya sudah jam berapa sekarang?" Yeorin berusaha tenang kendati jantungnya sudah berpacu dua kali lebih dari biasanya. Pasalnya, Song ssaem adalah guru paling ditakuti siswa karena sifatnya yang galak.

"Ya ampun, Han Yeorin! Kau ini benar-benar—aish, sudahlah cepat ikut aku ke kelas dan terima konsekuensimu!" Lelaki tersebut menarik tangan Yeorin dan segera menyeretnya kembali ke kelas. Sedangkan gadis itu sedang merapalkan doa dalam hati agar bisa lolos dari hukuman gurunya.

"Taehyung-ah pelan-pelan jalannya, aku takut..."

Laki-laki yang dipanggil namanya hanya memutar bola mata malas, "salah sendiri tidak tahu waktu, lain kali pasang alarm agar tidak kebablasan."

Yeorin pasrah ketika ia sampai di depan pintu kelas. Terlihat raut muka menyeramkan gurunya, "Han Yeorin-ssi, berikan satu alasan bagus mengapa bisa telat ikut kelas saya."

Yeorin membisu ketika dilontarkan pertanyaan itu. Otaknya tengah berpikir bagaimana membuat alasan yang bagus dan dapat dipercaya, "a-anu saya dari tadi berada di ruang kesehatan karena merasa kurang enak badan."

"Oh, benarkah? Tapi tadi ada yang melihatmu sedang asyik di atap sekolah sendirian."

Mati sudah, batin Yeorin.

"Kamu tidak boleh ikut pelajaran saya! Hukumanmu berdiri di luar kelas sampai pelajaran ini selesai!"

Yah, setidaknya ia tidak harus keliling lapangan atau membersihkan kamar mandi, pikir Yeorin.

Taehyung hanya bisa menatap iba pada temannya yang sedang melangkahkan kaki ke luar kelas dengan wajah tertekuk. Merasa kasihan juga tapi mau bagaimana lagi, sudah resiko gadis itu mendapatkan hukumannya.

***

"Yeorin-ah, tunggu aku!" Taehyung berlari menyusul Yeorin di depannya.

Yeorin berhenti melangkahkan kakinya lalu berbalik menghadap laki-laki tersebut, "kenapa kau tidak membantuku saat Song ssaem bertanya tadi?"

Yang ditanya hanya bisa mengerjap kebingungan, "aku harus membantu bagaimana? Lagipula aku juga tidak mau ikut kena hukuman, jadi lebih baik aku diam saja."

Gadis itu memutar bola mata malas. Tidak salah juga sih karena jika dia dalam posisi Taehyung, dia pasti akan sama seperti laki-laki itu—lebih memilih diam daripada membuka suara.

NOVELETTE •||• A Oneshoot StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang