Prolog

439 29 2
                                    

~~•~~

"Irina, jangan pernah lepaskan mantel ini dari tubuhmu. Apapun yang terjadi, jangan lepaskan. Tetap berada di rumah bibi Grisel-"

"T-tapi kenapa, ibu? Ibu akan pergi kemana? Aku mau ikut." Anak gadis itu tampak kebingungan dengan raut wajah ibunya yang panik sekaligus banjir air mata. Ia tak tahu menahu tentang apa yang terjadi pada ibunya. Karena sebelum ia dibawa ke rumah bibi Grisel, ia sedang tertidur dan langsung digendong oleh ibunya itu.

Leony semakin deras mengeluarkan air matanya setelah melihat anaknya merengek ingin ikut bersamanya. Lidahnya kelu untuk mengatakan apa yang sebenarnya terjadi padanya. Selain karena Irina masih berumur 7 tahun, masalah yang Leony emban terlalu berat untuk gadis kecil itu. Sebaik apapun ia menjaga air matanya, tetap runtuh ketika melihat raut wajah polos anaknya yang memohon untuk ikut dengannya. Leony menurunkan tubuhnya menyamakan tinggi anaknya dengan bertumpu pada lutut.

"Irina, dengarkan ibu. Irina adalah anak yang baik, anak penurut, dan anak yang kuat. Tumbuhlah dengan baik dan jangan membantah apa yang dikatakan bibi Grisel. Ibu akan pulang sebentar lagi. Jangan khawatir. Irina tidak boleh nakal, ya." Dengan penuh kekuatan Leony mengatakan itu pada anaknya. Ia tidak bisa lagi berada di sini. Ia harus segera pergi dari kediaman Grisel.

Ia bangkit dari duduknya dan berpamitan pada Grisel dengan terburu-buru. Ternyata sedari tadi pun Grisel sudah menangis melihat ibu dan anak ini berinteraksi untuk yang terakhir kalinya. Grisel tetap memegangi bahu Irina yang ingin melepaskan diri dan mengejar ibunya yang menghilang dibalik pintu kayu itu. Entah kemana ibunya pergi. Irina hanya menangis meneriaki ibunya di dalam pelukan Grisel.

Terus berteriak hingga akhirnya Irina bangun dari tidurnya. Ah, mimpi itu lagi. Entah sudah berapa kali Irina memimpikan masa lalunya yang selalu berakhir menyedihkan. Terkadang bangun dengan cara seperti itu ia menjadi kesal sendiri. Apa tidak ada mimpi lain yang lebih menyenangkan untuknya?

Irina menghela napasnya dan mulai beranjak dari kasurnya. Melihat jam kecil di meja yang menunjukkan pukul enam. Entah enam sore atau enam pagi. Di kota bawah tanah ini tidak mengenal itu semua. Ia pergi menuju kamar mandinya untuk membersihkan badan dan mungkin ia akan pergi ke tempat kerjanya hari ini. Ia melihat intens pantulan dirinya yang terpampang pada cermin di hadapannya. Dengan tatapan sendu, ia berbicara pada dirinya sendiri.

"Irina, kenapa kau masih hidup sedangkan keluargamu tak tersisa lagi di dunia ini? Ah, tidak. Namaku Leony sekarang. Jangan ada Irina. Jangan ada Klein."

Ya, Irina bukan lagi Irina. Ia akan hidup dengan nama Leony sekarang yang notabene adalah nama ibunya. Dalam pikirnya, Irina hanya serpihan kesedihan hidupnya.

"Aku... Leony Kriss."

~~•~~

Prolog nic waw. Ga bingung kan engga? Hehehee. Semoga suka. Pertama kalinya bikin fanfict. Apalagi ini fanfict AOT. Huhuuu. Semangaattt
>_<
5 Maret 2021

IKIGAI | Levi Ackerman Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang