1. Keharmonisan

3 1 0
                                    


"Kelurga adalah permata yang harus dijaga keharmonisannya. Bercanda walau balasannya bukan tawa melainkan senyum yang terlontar itu sudah cukup untuk menjaga keharmonisan dalam keluarga"

Alarm handphone berbunyi keras ditambah dengan nada bising ibu disaat subuh selalu membangunkan tidurku yang nyenyak.

"Candra. bangun udah subuh tuh!" Ibu membangunkan tidurku yang nyenyak dengan nada a yang panjang.

Ratna Sari Dewi ia adalah malaikat tanpa sayap yang di tugaskan Allah untuk melahirkan ku. Berhidung mancung berkulit putih dengan senyum yang manis dengan kepala yang selalu dibalut kerudung.

Dengan mata yang sedikit melek aku berkata
"Iya, ini udah bangun kok bu"

"Mandi, solat, abis itu sarapan"

"Iya Bu iya"

Aku Candra Harun lahir dari pasangan yang halal yang tentunya sudah menjadi pasangan suami istri. Ayah Ibuku bukan keleng-kaleng memproduksi ku hinggu aku menjadi anak yang kadang-kadang penurut dan kadang tidak.

Bergegas ke kamar mandi dengan mata yang terbuka sedikit, jalan pun masih meraba tembok sebab takut jatuh, karena jatuh kelantai itu sakit tak seperti jatuh cinta yang menyenangkan.

Selesai mandi aku mengambil wudhu dan menjalankan solat subuh dirumah, walau ada doa yang tak ku hafal aku tetap menjalankannya.

Menengadah kepada Allah SWT untuk meminta perlindungan serta meminta rezeki yang berlimpah adalah doa yang sering aku panjatkan.

Aku bersyukur lahir di bumi sebab bumi ini indah, andai kata aku lahir di mars pasti aku tak tau bumi terlebih orang-orang bumi ingin pindah ke mars yang pastinya aku di jajah oleh makhluk bumi nantinya.

Ayah pernah bilang "kamu beruntung lahir di bumi sebab jika kamu lahir di mars ayah ibumu bukanlah kami" lucu memang tapi garing.

Harun Husein ia adalah ayahku, lahir di bumi yang tentunya laki-laki terhebat yang selalu aku jumpai di kala pagi dan malam, dan kadang full di hari libur. Kumisnya yang tebal menambah kegagahannya.

"Wah, ada semur jengkol nih" ucapnya ayahku "Candra ayo sarapan, ibumu masak semur jengkol nih" sambungnya sambil berteriak memanggilku.

"Iya sebentar lagi pake seragam" ucapku yang masih prepare.

Setelah semuanya siap aku bergegas menuju meja makan.

"Wah enak nih ada semur jengkol" ucapku "yah ayah udah abis aja makanannya, tambah lagi dong temenin Candra sarapan" pintaku pada ayah

"Iya ini ayah mau tambah sedikit lagi. Abisnya masakan ibu kamu enak sih" sambil melirik ibu yang tersenyum.

"Ah ayah bisa aja" ucap ibuku

"Ibu gak sarapan?" Tanyaku pada ibu

"Ini mau sarapan, nunggu kamu dulu biar bareng-bareng sarapannya" jawabnya "ayah kamu tuh gak sabaran langsung makan duluan aja" lanjutnya menatap ayah

"Ini semur jengkol menggoda bu, ibu kan tau ini kesukaan ayah sama Candra" senyum Pepsodent terlontarkan dari ayah

"Sabar atuh ayah, kan Candra nya belum gabung tadi" ucap ibu

"Udah-udah ah mau sarapan nanti keburu telat sekolah nih" karena jam sudah sedikit siang aku memotong percakapan mereka.

Baru beberapa suap aku memakannya temanku sudah menyebut-nyebut namaku

"Assalamualaikum, Candra" sambil mengetuk pintu rumah "Candra" lanjutnya

"Wa'alaikumussalam, iya Dam sebentar" jawabku

"Bu aku berangkat ya" ucapku pada ibu

"Abisin dulu sarapannya" jawabnya

"Itu Damar udah jemput, takut telat"

"Yaudah iya tapi nanti sarapan lagi ya di kantin. Jangan lupa loh" ucapnya sambil menyodorkan uang saku.

"Hati-hati dijalan, jangan kencang-kencang bawa motornya" ucap ayah

"Iyaa yah" jawabku "yaudah ya Candra berangkat. Assalamualaikum" ucapku sambil mencium tangan kedua orang tuaku.

"Wa'alaikumussalam"

"Kita berangkat ya. Pak, Bu" ucap Damar kepada ibu dan ayahku.

Damar Dinata sahabat karib sedari SMP seperti saudara tapi bukan adik ataupun kakak  hanya sekedar sahabat tapi seperti saudara. Kulit putih serta rambut yang selalu rapih membuat dirinya terlihat tampan apalagi saat melihat alisnya yang tebal, ahh andai aku seperti dia yang selalu terlihat rapih.

"Hati-hati di jalannya ya Damar" ucap ibuku

"Iya Bu" jawabnya "assalamualaikum" lanjutnya

"Wa'alaikumussalam" jawab ayah dan ibuku.

.
.
.
.
.

Lanjut di bab selanjutnya ya readers.
Jangan lupa vote and komen juga. Makasih

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 15, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

CandRistaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang