Cinta adalah tindakan melakukan, bukan memiliki. – Marko Petkovic
________
Seperti kebanyakan kisah lainnya, Nada mengenal Jeje karena mereka satu SMA. Jeje yang merupakan adik kelasnya di SMA itu sama saja dengan adik kelas lain di matanya. Tidak ada yang spesial. Toh juga Jeje 2 tahun lebih muda darinya, pikir Nada.
Tidak disangka dengan kepribadian Nanda yang ramah dan Jeje yang begitu baik akhirnya bisa membuat mereka menjadi akrab. Saling mengirim pesan whatsapp yang awalnya sekedar berbasa-basi menanyakan kabar satu sama lain sampai berbicara lewat telepon genggam sampai larut malam membahas tentang teori-teori konspirasi yang ada di dunia. Kadang mereka duduk mengobrol apa saja sambil tertawa bersama. Tidak heran jika banyak yang menganggap di antara mereka ada hubungan yang khusus.
Mereka sudah sangat dekat. Setidaknya bagi Nada. Gadis bernama lengkap Marisa Nada Mandari itu mendapati dirinya jatuh cinta pada Jeje. Tapi, Nada bukan gadis yang berani untuk mengutarakan perasaannya kepada seseorang. Nada tidak percaya diri. Dia memutuskan untuk tetap menjaga perasaannya sendirian. Mungkin bukan sekarang, pikirnya. Sengaja Nada menunggu waktu yang tepat. Menunggu sampai Jeje lulus sekolah, sampai mereka berdua cukup dewasa dan cukup mapan untuk menjalin hubungan yang serius.
Sampai Nada lulus dari SMA dan terpisah kota pun mereka masih selalu bertukar kabar, masih sering berbicara panjang lebar di telepon di malam hari, Jeje juga masih sering mampir ke rumah Nada kalau Nada sedang pulang pas masa libur semester. Kebiasaan yang selama 4 tahun yang tidak berubah itu membuat Nada mantap untuk mengutarakan perasaannya.
“Menurut lo gue bilangnya kapan yah, Ri?” tanya Nada kepada Riri. Teman satu kosannya yang sekarang sedang rebahan di sampingnya.
“Lo bilang bentar lagi dia lulus kan yah? Yaudah abis dia sidang lo samperin aja. Sekalian kan, ngasih selamat,” jawab Riri.
Nada terdiam sejenak. Memandang langit-langit kamar sambil berpikir. “Gitu aja kali yah? Gue susah mau nyari momen soalnya.”
“Hooh dah, gitu aja biar spesial gitu. Ehehe.” Riri cengengesan.
“Masih ada dua bulan sih, gue masih bisa mempersiapkan diri,” ujar Nada sambil meregangkan badannya.
“Bismillah semoga gak digondol orang Jejenya, yah Nad,” ejek Riri.
Nada yang niatnya ingin mengomeli Riri pun tiba-tiba teringat sesuatu. “Eh! Minggu depan dia ulang tahun! Gue baru ingeeeeet,” ujarnya Panik.
“Ah lo mah ngagetin aja sih sat, elah. Jantung gue cuman satu yah. Kalo jantung gue copot gara-gara Jeje, ni mah beneran fix dia emang malaikat. Malaikat maut!” kesal Riri.
“Eh congor lo yah! Ayo bantuin nyari kadooo,” rengek Nada.
“Ogah, mau tidur gue, mau ketemu Oppa gue. Udah janjian mau nongki di mimpi, bye!” Riri beranjak dari kasur Nada dan pergi ke kamarnya. Nada cuman bisa geleng kepala. “Cepat sadarkan teman hamba ya Tuhan.” Dia kembali berbaring dan menatap langit-langit kamar sampai tertidur.
ㅡㅡㅡ
“Lo serius mau ngasih dia kado ni sepatu?” tanya Riri sambil menatap box sepatu yang Nada sengaja letakkan di lantai kamarnya.
“Iya. Kenapa muka lo begitu? Jangan bikin parno ih!” panik Nada.
“Katanya kalo ngasih kado sepatu ke pasangan ituuu, doi bakalan kabur dari lo,” jelas Riri.
“Ah lo mah gitu. Belom juga gue jadi, udah dibikin overthinking aja. Lagian l8o gak mau nemenin gue nyari kado yaudah,” singgung Nada.
“Gak baek dendam sama temen sendiri, ntar pantatnya korengan loh,” ejek Riri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Satu Arah [COMPLETED]
FanfictionKata orang sebaik apapun kita, kita adalah tokoh antagonis di cerita orang lain. Termasuk Julian Jacob, yang ternyata pernah menjadi seorang tokoh antagonis dalam cerita Nada. Cast: -Marisa Nada Mandari -Julian Jacob from (lokaIantheboyz)