prolog

1 0 0
                                    

"papa! aku tuh udah gede sekarang ya, udah SMP." Ucap Kanzah sambil setengah berteriak karena papanya baru saja memberitahu kalo jadwal antar jemput Kanzah akan berlaku seperti biasa walaupun gadis itu sudah mau masuk SMP.

"Baru. Mau. Masuk." ucap papanya tegas membuat gadis itu menghela napas kasar. "pa aku mulai masuk tuh lusa ya" ucap kanzah tidak mau kalah, siaran TV yang sedang berputar di depan mereka tidak dihiraukan Kanzah meskipun itu acara pencarian bakat idola cilik favoritnya. 

"gini ya kanza putri anak papa yang cantik, kamu kalo ngga dianter jemput terus perginya gimana? pulangnya sama siapa?" tanya papanya dengan sabar mengahdapi putri satu-satunya ini. 

"aku ngga papa kalo cuma dianter, tapi dijemputnya itu loh. kan aku udah SMP pa." rengek Kanzah lagi. 

papanya tak lagi menanggapi rengekan putrinya, keputusannya tidak bisa diganggu. 




"Kanzah!" teriak Nabila sambil melambaikan tangannya mengajak Kanzah yang baru turun dari mobil untuk masuk gerbang bersama dengannya. 

"sumpah. deg degan ngga sih pertama kali masuk sini pake baju putih biru?" ucap nabil bersemangat saat mereka memasuki gerbang SMP Bina Bangsa. 

"iya bil. gue pikir gue yang aneh ternyata lo juga aneh, kita ngga normal perasaan yang lain biasa aja." jawab Kanzah kemudian mereka tertawa bersama.



"Bil itu kakak kelas kok mirip Rio ya?" tanya Kanzah saat mereka pergi ke kantin. "Rio mana zah?" tanya nabila bingung sambil mengedarkan pandangannya mencari sosok yang dimaksud Kanzah. 

"Rio Idola Cilik, bil." jawab Kanzah sambil memutar kepala nabila ke arah yang ia maksud. "oh, kak Surya maksud lo?" tanya Nabila santai.

"Ha? namanya Surya? pantesan silau banget ngeliatin dia. Jadi surya buat gue sabi kali hhaha." ucap Kanzah tertawa sendiri.

"Banyak saingan lo kalo yang itu mah." ucap nabila lagi, menarik tangan Kanzah untuk duduk di salah satu meja di sudut kantin. 

"kenapa emang bil?" tanya Kanzah lagi tanpa melepas pandangannya dari Surya. "lo tau dong kak nisa yang satu sd sama kita dulu?" tanya nabila yang dijawab dengan anggukan oleh Kanzah.

"tau kan dia cantiknya gimana?" tanya Nabila lagi yang kembali dijawab dengan anggukan oleh Kanzah. "Dia saingan lo. Terus itu juga." lanjut nabila lagi sambil menunjuk ke seorang gadis dengan wajah blasteran yang duduk tidak jauh dari surya. 

"Lisa, keturunan australia." jelas Nabila sambil setengah berbisik di telinga Kanzah. "sama ada satu lagi. Nah itu dia." lanjutnya sambil menunjuk ke arah pintu masuk kantin segerombolan siswi kelas delapan masuk membuat pandangan semua orang yang ada di kantin ke arah mereka. Seolah ada kipas yang mendramtisir gerakan masuk mereka dengan rambut yang terurai indah.

"Yang jalan paling depan, Bella. Anak ketua yayasan, cantik, pinter, cuma rada pedes omongannya. jelas Nabila memberikan kuliah singkat untuk temannya yang berniat untuk menyukai pangeran sekolah. 

"kok lo bisa tau banyak gitu? kan kita masuknya barengan bil." komen kanzah yang baru sadar kalau temannya ini mempunyai informasi yang hampir lengkap. 

"kalo lo mau gue bisa kasih tau facebooknya." lanjut Nabila lagi membuat Kanzah terperangah. larat ucapannya yang tadi, informasi yang dimiliki temannya memang sangat lengkap.



setelah pertemuannya  di kantin dengan sang pangeran sekolah surya. Kanzah kembali beberapa kali berpapasan dengan cowok itu saat ke masjid, saat dirinya berada di koperasi sekolah juga. hingga tanpa sadar dirinya memperhatikan apa yang biasa dilakukan surya saat jam istirahat. 

letak kelasnya yang sanagt strategis baginya untuk mengawasi Surya memberikan keuntungan. Karena kelas ini adalah satu-satunya jalan yang bisa dilewati anak kelas Surya untuk ke kantin, ke wc, pun ke koperasi bahkan saat sepulang sekolah juga. dari jendela kelasnya pun Kanzah dapat memperhatikan Surya saat jam olahraga.

beberapa kali dirinya sengaja pergi ke koperasi saat melihat Surya pergi kesana seorang diri. Walaupun saat sampai disana pun dirinya hanya bisa menunduk tanpa bisa menegakkan kepalanya sampai Surya pergi. Berpura-pura menunduk memilih pena yang akan dibelinya, kemudian kembali lagi ke kelas.

"masih Zah?" tnya Nabila melihat sahabatnya menegakkan tubuh untuk melihat Surya yang sedang jam olahraga di lapangan. "Ha? ah, iya hehe"

"susah bil. daya tariknya itu lo kuat bener. Ngga bisa gue ngga ketarik kek ada magnet gitu lo." jawab Kanzah dengan matanya yang tak lepas dari Surya.

"terus lo ngga ada niatan gitu buat ngedeketin dia?" tanya nabila lagi. 

"ha? ngedeketin? aduh bil, liat muka dia tiap hari aja gue seneng pake banget." ucapnya kemudian kembali duduk. 

"lo tau?"

"ngga"

"itu cahaya pindah ke komplek rumah gue." ucap Kanzah sambil memeluk temennya. "keknya emang semesta tuh ngasih gue izin buat gue bisa ngeliat dia. Lo tau kan kalo sholat jumat anak cowo pasti lewat depan rumah gue. aduh sumpah seneng banget ahh!" teriak Kanzah diakhir ceritanya.

"hei hei chill out. Ini kita udah kelas delapan, bentar lagi dia tamat." ucap Nabila mengingatkan

"gapapa, jadi gue bisa tau ntar masuk SMA mana." ucap Kanzah optimis dengan keinginannya. selama sekolah yang dituju bukan di luar kota papa nya pasti memberikan izin.


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 16, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SURYA NYA KANZATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang