Accidental?

82 7 6
                                    

"Honey, siapa anak lelaki yang ada di dompetmu itu?" Tanya Harry, menghampiriku setelah membawakan tasku yang tertinggal. Hari ini pria itu mengajakku kencan dan kami perlu kembali kerumah ketika sudah setengah perjalanan karena tasku tertinggal.

Aku mengabaikan pertanyaan pria beristri itu, melanjutkan langkahku kembali kedalam mobil. Harry segara menyusulku dan memasuki tempat pengemudi dan kembali menuntut jawabanku. Oh tidak ini bahaya. Mungkin dia cemburu atau semacamnya. Jangan sampai itu terjadi! Karena aku tak mau melihat wajah cemberutnya lagi.

Tangan Harry meraih dompetku dari tas yang ada dipangkuanku. Menunjukkan foto yang dimaksud. Tunggu dulu.. Biar kuingat siapa bocah beruntung yang masih setia disimpan dalam dompetku itu..

.

.

.

.

Masih setia menjadi penonton pertandingan sepak bola disini. Padahal tempat penonton yang terisi hanya aku. Dengan mata hanya memperhatikan setiap gerakan bocah itu. Dia tampan dan baik hati. Aku sangat menyukainya. Tapi dia tidak, dia tidak mengenalku. Aku hanya penggemar rahasianya.

Jantungku seolah berhenti melihat bocah itu tumbang. Lawan mainnya mendorong tubuhnya kasar hingga ia tersungkur. Bocah itu tak bangkit lagi! Aku ingin memastikan bahwa dia baik-baik saja. Tapi aku sudah membayangkan hal pertama yang akan diycapkannya. Memangnya kau siapa? Ha! Memangmya aku siapa? Berani sekali membantunya dan bersikap sangat care padanya.

Setelah kejadian itu aku tak pernah melihatnya lagi di hari selanjutnya. Aku sangat marah saat kelompok lawan main bocah itu melecehkan kemampuannya. Dan hal yang membuatku ingin melawannya adalah saat kelompok itu membicarakan, "Jadi dia pindah karena dikalahkan oleh kita? Payah sekali dia,' dengan tawa mengejek.

Tubuhku bangkit dan menghampiri mereka, keduaku sudah mengepal menahan emosi. Tapi beruntungnya bel masuk kelas berbunyi saat tanganku siap melayang pada pipi mulus mereka. Kalian beruntung kali ini, bro!

Wanita cantik-dia adalah guruku- di depan kelasku mengumunkan sesuatu yang membuat hariku semakin menyebalkan, guruku mengumumkan bahwa bocah itu tidak akan pernah datang ke sekolah lagi. Keluarganya pindah keluar negeri. Kali ini aku perlu menerima kenyataan bahwa tidak akan ada penyemangatku untuk datang ke sekolah lagi.

Akhirnya waktuku disekolah berakhir. Tapi parahnya aku malah tetap disekolah hingga anak-anak lain pulang. Menangisi kepergian bocah itu. Bodoh sekali memang. Tapi bagi anak sepuluh tahun yang baru mengenal perasaan suka terhadap lawan jenis itu sangat menyedihkan. Ditinggal cinta pertamanya(?)

Tapi ada sebuah kenangan yang masih tersisa tentangnya. Ada sebuah harapan. Sebuah potret dirinya yang kutemukan di taman bermain tempat biasanya bocah itu berada. Tanpa keraguan, kuambil benda itu. Dan kusimpan baik-baik.

.

.

.

"Dia cinta pertamaku sembilan tahun yang lalu," ungkapku menghindari tatapan si rambut ikal tersebut. Ada jeda panjang, hingga Harry menolehkan kepalaku menatapnya. Bibir tebal itu terangkat, senyuman hangat yang selalu kusukai.

"Glory?" Aku mengangguk dan masih memasang wajah bersalah karena kurasa dia kecewa karena aku mengungkit cinta pertamaku dulu.

"Kumohon jangan marah, Harry Styles," kataku memelas, tapi senyuman di wajahnya semakin lebar. "Kenapa harus marah," Harry menarik daguku dan mencium bibirku singkat. Dan melanjutkan, "Itu fotoku yang hilang saat sekolah dasar dulu,"

Aku mengerjapkan mata beberapa kali kebingungan. Jangan bilang kalau ini nyata! Karena hal seperti ini hanya ada didalam dongeng. "Keluargaku ada urusan bisnis di California, terpaksa aku harus pindah sekolah juga dan foto itu seharusnya adalah foto pasportku."

"Tapi karena foto itu hilang dan keluargaku harus segera pergi jadi aku tetap di New York dan tetap tinggal dirumah lamaku namun aku tidak bersekolah di sekolah yang sama lagi," jelasnya panjang lebar. Aku tak ingin mempercayai itu, sungguh! Tapi melihat wajah bocah dalam foto itu dengan suamiku yang bernama Harry Styles..

Terpaksa aku harus pecaya dan yang bisa kukatakan hanya, "Wow hidupku sudah seperti dongeng keren. Seseorang harus membuatnya menjadi sebuah film!"

Accidental? [one-shot]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang