1.Drama pagi

30 7 0
                                    

Maaf baru sempwt updet...terima kasih buat kakak semua yang bersedia sudah melihat ceritaku apalagi sampai membacanya...

"Saya terima nikah dan kawinnya Emilia .....

"Percaya sama Aku kalau kita akan bahagia, kita bina rumah tangga kita dengan cinta,"

"Aku sayang banget sama kamu Emut ku....

Seorang wanita terbangun dari tidurnya dengan nafas terenggah, Dengan masih duduk diatas tempat tidur Emilia mengusap wajah kasar mengacak rambutnya sendiri.

"Ahhkk...kenapa sih, mimpi itu harus datang lagi sekian tahun sudah berlalu tapi kenapa akhir-akhir ini dateng lagi ya?" gumam Emilia. Biasa teman-temannya memanggil nya Emi atau Emil kecuali keluarga yang memanggil nya.

"Lia...lu udah bangun belom, udah siang nih!" suara seseorang mengetuk pintu dan memanggilnya.

"Iya...." balas Emi.

Karena mendengar suara ibu yang membangunkannya, Emi menyingkap selimut dengan malas turun menuju kamar mandi ingin buang air kecil yang sudah tidak bisa di tahan. Emi berdecak kesal saat melihat pintu kamar mandi masih tertutup.

"Egiiii....! cepetan lu itu ngapain sih di dalem lama banget?" teriak Emi memanggil Egi adiknya yang berusia 14 tahun dan bisa di katagorikan anak paling jahil di sini. Ini lah yang tidak Emi suka jika di pagi hari selalu berebut  kamar mandi, rumah nya lumayan besar tapi hanya memiliki dua kamar mandi satu nya lagi dekat dapur untuk mencuci.

"Egi..!" kembali Emi berteriak sambil menggedor pintu, memang hari ini Emi masuk kerja agak siang jadi tidak perlu takut terlambat.

"Lama banget lo, tenggelam lo di dalam?" ucap Emi  dengan nada kesal begitu Egi keluar. Sedangkan Egi hanya tersenyum melewati kakaknya.

Namun tiba-tiba Emi kembali berteriak. "Egi...... jorok banget sih lo!"

Dengan kesal Emi menuju ruang makan menghampiri Egi. Begitu mendekat tanpa basa-basi di jewer kuat telinga adik nya itu.

"Aduh...duh..duh..sakit kak. Iya ampun!" Egi berusaha melepaskan diri dari kakaknya.

"Ini anak ribut terus dari tadi." Firdaus atau pak Uus, bapak dari kedua nya berkomentar santai. Karena baginya kelakuan kedua anaknya yang bagai kucing dan anjing itu sudah biasa.

"Ini Pak, si Egi habis BAB tapi sengaja nggak di siram."

"Ooh. Tapi sekarang udah lo siram belom?" tanya bapa santai sambil meniup kopinya sebelum di minum.

"Ya udah lah, kan Aku yang siram."

"Berarti bereskan masalahnya, udah nggak bau lagi," ucap bapa.

Mendengar ucapan bapa Egi tersenyum penuh kemenangan, sedangkan Emi memutar bola matanya, merasa percuma mengadu karena tanggapan bapa nya yang biasa saja.

"Udah...pagi-pagi mah enak nya sarapan jangan ngomongin t*i, jorok." ucap Farida, yang Emi sebut sebagai ibu ratu.

Emi sudah malas berdebat lagi karena rasa lapar begitu melihat nasi goreng yang menggugah selera ada di hadapannya. Namun baru suapan pertama Emi merasakan ada yang berbeda dengan rasanya, tidak memperdulikan suapan yang pertama dia kembali mencoba yang kedua, tapi rasanya tetap sama.

"Ini mulut bapa atau nasi goreng nya yang aneh. lo pada ngerasain kaga?" Bapa yang pertama menyadari itu pun bertanya.

Emi dan Egi kompak mengangguk.

"Bu. Tadi waktu membuat nasi goreng udah ibu cobain belom?" tanya Emi.

"Udah, kenapa emang?" ibu bertanya kembali.

"Rasa nya hambar gimana gitu ya Bu?"

Ibu tersenyum dengan cengiran tanpa dosa. "Ibu kira kalian nggak bisa merasakannya, itu bumbu di dapur semuanya habis jadi goreng nasinya cuma pake kecap sama telor."

"Pantesan rasanya cuma bau telor, udah ah. Aku sarapan di sekolah saja," ujar Egi beranjak dari duduknya menyalami ketiganya sebelum pergi.

"Udah, makan aja jangan di buang pamali buang-buang nasi," komentar bapa tetap makan nasi gorengnya dengan lahap, karena sebenarnya bapa yang sudah tahu gimana istrinya jadi walaupun tidak enak tapi bapa harus tetap memakannya sampai habis.

Sedangkan Emi menarik nafas pasrah, dia merasa pagi nya sangat tidak beruntung hari ini. Ibunya yang terkenal dengan kepelitannya, dan ini lah salah satu contoh kecilnya.




Rasa ini yang tertinggalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang