"Lah, lah kok berhenti?"
Sebuah mobil yang berisikan lima orang itu berhenti di tengah jalanan yang sepi.
"Aih! Mogok nih jangan-jangan," gerutu gadis yang duduk di kursi pengemudi.
"Gak elite banget sih mogoknya, masa tengah jalanan sepi begini."
"Yaudah lah mending kita cek aja," usul Eriska.
Mereka mengangguk, lalu keluar satu persatu. Irina berjalan ke arah depan mobil dan membuka kap depan. Mengecek mesin ada kerusakan atau tidak.
Saat Irina mengecek mesin, Eriska dan tiga lainnya bertugas mengecek ban. Dirasa tak ada masalah apapun, mereka memutuskan untuk kembali masuk ke dalam mobil.
Membalikkan badan, Eriska dikagetkan oleh seorang anak kecil yang penuh dengan darah.
"Astaga, lo siapa!" pekik Eriska
Pekikan Eriska tentu saja membuat yang lain terperangah. Kaget dan bingung tergambar jelas secara bersamaan di gurat wajah keempatnya. Bergegas, mereka menghampiri tempat Eriska berdiri sekarang. Mematung, memandang kaku seorang anak kecil penuh darah.
"Lo siapa?"
Kali ini Irina yang berbicara, mendekat pada Eriska yang sudah bergetar ketakutan.
Gadis kecil itu mengangkat wajah, lalu memandang Eriska dan Irina bergantian. Lalu menundukkan kepalanya lagi.
Merasakan tak mendapatkan jawaban, Eriska memilih berjongkok, mensejajarkan tubuhnya dengan tubuh pendek anak didepannya. Tentu saja, dengan menetralkan degub jantungnya terlebih dulu.
Dengan mengumpulkan keberanian, dan menepis rasa ketakutan. Eriska membuka mulutnya, untuk kembali bertanya.
"Adek, kamu siapa?" tanyanya lembut "Adek ngapain disini sendirian? Terus ini badan adek kenapa berdarah gini?"
Anak kecil itu masih terus menunduk.
"Hah! Punya mulut gak sih lo?!" Bentak Zoya kesal. Disiang hari yang terik dengan posisi terjebak dijalanan yang sepi saja sudah mengundang emosi, dan keterdiaman anak kecil aneh dihadapan mereka ini semakin membuat emosi Zoya tersulut.
"Joy." Peringat Irina
Zoya menatap Irina malas, "Gak gitu caranya" ucap Irina lalu gadis itu mengikuti jejak Eriska. Berjongkok didepan gadis kecil itu.
"Adek gak perlu takut ya, kita bukan orang jahat." kata Irina
"Iya kita bukan orang jahat. Jadi kamu gak perlu takut ya, jadi aku tanya lagi nama kamu siapa?" ujar Eriska
Anak kecil itu perlahan mengakat wajahnya. Menatap takut-takut pada dua gadis dewasa didepannya.
"A-aku.. aku.. Anne kak," ujarnya takut-takut
"Anne?"
Anak kecil yang ternyata bernama Anne itu mengangguk.
"Oke. Jadi Anne kenapa kamu bisa disini?"
Anak itu menangis ketakutan. Membuat mereka menjadi bingung.
"Hey, kenapa?" panik Eriska
"Aku, hikss.. aku.. aku lagi mau liburan bareng papa mama.. hiks.. tapi.. tapi mobil kami dihadang orang.. hiks.. terus orang itu, paksa kami keluar terus mereka pukul mama.. hikss terus papa coba lawan terus terus papa suruh aku lari, hiks.. ak.. ak.. aku lari tapi salah satu dari mereka kejar aku sampe aku.. hiks aku jatuh kesana.." cerita Anne dengan tangisan. Jari telunjuknya menunjuk kearah belakang mereka yang terdapat jalan miring yang cukup tinggi.
Semuanya kompak melotot ngeri, kecuali Zoya. Gadis dengan sapaan Joy itu mendengus, memandang sosok Anne dengan malas.
"Aku gatau lagi setelah itu, soalnya saat aku bangun kepala aku ada diatas batu. Terus aku denger suara-suara jadinya aku samperin suara itu, ternyata suara kakak-kakak" terangnya lagi
"Halah! Lo pasti ngarang kan?" todong Zoya tak percaya
Wenda yang berdiri disebelah kanan Zoya langsung saja memukul lengan Zoya kencang.
"Sakit Wen!"
"Lo tuh kenapa sih, Joy? Gak mungkin Anne bohong. Tuh buktinya kepala Anne ada luka gitu, lagian dia itu anak kecil Joy. Gak mungkin bohong"
"Bisa aja Wen. Kita tuh gak boleh asal percaya aja sama orang" Joy tentu saja tidak percaya. Menurutnya dijaman sekarang anak kecil berbohong itu sudah banyak ditemui.
"Yaudah kalo gitu Anne ikut kakak aja ya. Kakak gak akan nyakitin kamu" kata Eriska lalu mengandeng tangan Anne untuk ikut masuk kedalam mobil.
"Heh! Kagak ada, kagak. Kalo dia orang jahat gimana? Kalo dia psychopath gimana? Pokoknya gak boleh ya!" Protes Zoya, gadis berambut sebahu ini tentu saja tidak mau jika hal-hal yang ia sebutkan tadi terjadi. Jadi untuk itu ia harus menghalangi Eriska mengajak anak yang tidak jelas asal usulnya ini.
Geplakan dikepala kini Zoya dapatkan. "Lo gila? Lo mau ninggalin anak ini disini? Punya hati gak sih Lo!" Bentak Sagita. Dirinya tidak habis pikir. Iya sih, Sagita tau temannya yang satu ini memang tipe orang yang tidak bisa begitu saja percaya. Tapi, ayolah lihat situasi juga.
"Ya kan, kita gak kenal siapa ini bocah"
"Ya ampun Joy! Pokoknya Anne ikut kita," ujar Irina tak mau dibantah
"Gak! Pokoknya enggak! Gu.." bantahan Zoya terhenti ketika Eriska mengeluarkan ucapannya.
"Anne ikut kita! Lagi pula kita mau liburan di Villa gue. Lo gak ada hak larang gue ngajak siapapun."
Zoya mendengus, "Oke! Terserah!" Lalu gadis itu masuk kedalam mobil dan menutup pintunya dengan keras.
Tanpa disadari siapapun, Anne yang menunduk tengah menyeringai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Monster
Horror"ANAK KECIL INI NYEKEK GUE TADI!" "Heh! Lo gila yah? Dia dari tadi nonton sama gue" "GUE SERIUS, KALIAN NGGAK LIAT DIA TADI NYOBA BUNUH GUE HAH?!" "Apaan sih lo, halu yah?" Red velvet semi fanfiction start : 2022 May 14 Jiasylee💚