Kinanti memandang pegunungan yang membentang jauh di sepanjang jendela kereta. Pohon-pohon pinus saling merapat tinggi sejajar seperti barisan barikade.
"Hijau yang melahkan," keluhnya dalam hati.Kinanti berbeda dengan manusia kota kebanyakan yang kerap merindukan sejuknya pegunungan. Kinanti lebih memilih pantai untuk mengalihkan diri dari penatnya kota.
Seumur hidupnya, ia telah merasa cukup bahkan muak dengan kehidupan pegunungan, dilingkupi hijau pohon dan tanah yang gembur. Kinanti membenci udara dingin yang mengeringkan kulitnya, bau pupuk tanaman, dan hewan ternak. Di dekat kandang-kandang hewan-hewan itu ia beberapa kali menyaksikan ayahnya bergumul dengan perempuan-perempuan yang membantu pekerjaan rumah ibu. Dan di kebun-kebun yang berhektar luasnya ia kerap mendengar tangisan perempuan yang telah melahirkannya itu.
Kinanti sungguh muak harus menghampiri ingatan masa kecilnya, dan tiga jam ke depan ia akan berhadapan langsung dengan kampung halamannya.
Ini benar-benar siksaan yang berat, keluhnya lagi. Ia mencoba memejamkan mata, menenangkan kepanikannya dan terus memantrai dirinya,"Aku pasti bisa menghadapi semua ini, aku wanita kuat yang telah menerima dan mengatasi banyak luka yang diberikan hidup."
Saat mencoba menenangkan kegelisahan, ia teringat Kala yang telah membuatnya merasa putus asa dengan kehidupan kota. Kinanti lantas memeriksa telepon selularnya, pesan dari Kala sepanjang rentetan gerbong kereta ini. Ia memeriksanya satu demi satu. Kalimat di pesan terakhirnya membuat Kinanti membenci sekaligus merindukan lelaki itu.
"Aku membayangkan esok tanpamu, dan aku masih tak bisa merelakannya. Tapi Kinan, kamu tahu aku tak berdaya, meski berulangkali mencintai dan merindukanmu, aku tak akan pernah bisa membahagiakanmu. Katakan, haruskah aku merelakan dan melupakanmu? Jika itu membuatmu bahagia dan tenang di sana, aku akan mencobanya."

KAMU SEDANG MEMBACA
Sampai Jumpa Bila Senja Tiba
RomanceKinanti terpaksa pulang kampung. Di sana ia harus membuang semua gairahnya sebagai manusia kota dan berkompromi dengan kehidupan desa yang sederhana. Di rumah ibunya yang selalu ramai oleh anak-anak sang kakak, seorang penghuni baru telah lebih dulu...