-Just Like Yesterday-

538 72 190
                                    

Kim Sohyun mengangkat beberapa novel yang sudah hampir satu tahun tersimpan rapat di laci nakas sudut kamarnya. Menyisakan sebuah buku diary warna merah jambu. Dia ambil setelah meletak tumpukan beberapa novelnya di atas meja laci.

Rindu,hanya rindu yang ingin gadis itu tunjukan dengan mengambil lagi wadah yang dulunya selalu ia gores kisah menggunakan tinta pena dengan tangannya.

Tidak langsung membuka. Mengelusnya perlahan, seolah itu adalah benda paling rapuh yang ia miliki. Tapi kenyataannya memang benar. Hanya itu yang tersisa dan tidak tau sampai kapan ia masih bisa memilikinya, jika hanya sebatas kertas. Yang mesti sudah tersimpan se apik mungkin, lama-lama juga akan termakan waktu dan rayap tanpa di sadari.

Janji akan menemui nyatanya sudah dua tahun ia lewati tanpa di penuhi. Pembohong, adalah kalimat sematan yang selalu ia  umpatkan jika mengingat wajah pengucapnya. Sohyun sudah hampir mati menahan rindu. Menjalani musim panas,hujan,semi dan salju sendirian. Menggila meski sekedar membuka chat lama terakhir sebelum tanpa sebab kontak miliknya sudah di blokir.

Kata-kata cintanya masih terasa hangat dan menggebu. Ketika pemilik nama Bee💜  di kontaknya ,begitu sangat meyakinkan dan bersemangat, saat meminta dia untuk menunggu dengan embel-embel kata sebentar lagi.

Tapi begitu lama atau bahkan tidak akan pernah.

Hyun-panggilan akrabnya sudah beranjak dari depan laci di sudut ruang itu, sambil menenteng diary warna merah jambu. Keluar kamar, teras rumah akan menjadi tujuannya. Membawa teman mengurangi sendu untuk menilik kisah lalu, Gadis itu tidak lupa meraih secangkir cokelat panas di atas meja dapur, yang sudah ia buat sebelumnya.

Teras depan rumah...

Beralas keramik yang rasanya dingin. Hyun mendudukan bokong dan menaruh diary di sebelah kanannya. Gadis itu melipat kaki,sejenak mengawasi jalanan di luar pagar rumah yang sedikit lenggang sore hari,sambil menyeruput sedikit cokelat panas yang masih cangkirnya ia pegang.

Menghela napas panjang. Hyun mengganti cangkir cokelatnya dengan buku diary yang dia bawa. Tanda ia siap mengarungi jalan yang lama tak dia sambangi.

Gadis itu mulai membuka sampul bukunya. Langsung mendapati tulisan namanya sebagai awalan. Tanda bahwa benda itu adalah miliknya.

Srekk

Telunjuk jarinya mulai membuka lembar berikutnya. Menemukan goresan awal dari kisah pertama yang tercurahkan.

Tidak ada tanggal. Di  bagian atas kertas berwarna sedikit kuning kecokelatan itu. Dirinya  hanya memberinya judul sebuah pertemuan.

Sebuah awal yang tidak pernah ia bayangkan akan menjadi jalan untuk kisah berikut-berikutnya.

Saat hembusan angin sore menyapa wajahnya,kedua bola mata Sohyun memejam.

-,-

Kedua bola mata bulat itu terbuka. Tapi ini bukan Sohyun yang ada di depan teras rumah, membawa sebuah diary warna merah jambu dengan di temani segelas cokelat panas.

Mengenakan atasan warna cream dan bawahan rok span yang dipadukan sepatu fantofel senada warna hitam. Itu adalah bulan ke 10, gadis itu menjadi pegawai yang bertugas di bagian resepsionis, sebuah hotel bintang lima dengan nama Seoul Avenue.

Just Like Yesterday🍁Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang