🌻 One More Chance

4.1K 921 142
                                    

Rasanya sehari ini tidak ada yang berjalan baik. Setelah tadi pagi hampir telat masuk kelas, begitu pulang Karina masih harus dihadapkan dengan mesin motornya yang tiba-tiba tidak mau menyala.

Setelah jutaan kali di-stater dan juga di-engkol tapi tidak berhasil, batas kesabaran Karina akhirnya meledak. Dengan kesal dia nendang-nendangin ban motornya diiringi celotehan penuh sambat. Sampai tiba-tiba suara seseorang terdengar dari belakangnya.

"Emang kalau dimarahin gitu motornya bakal baik lagi?"

Karina menoleh sekilas dan menemukan presensi Ben. Tidak mood bercanda, Karina memilih untuk mengabaikan. Toh dia memang tidak begitu dekat dengan Ben. Walaupun mereka satu kelas.

Ben beringsut mendekati Karina. Lalu tanpa aba-aba, doi menggeser pelan badan Karina dan bepegangan pada stang motor. Sayangnya setelah beberapa kali mencoba, Ben pun tidak berhasil menyalakan si mesin.

"Akinya bermasalah nih kayaknya. Ini aki basah apa kering?"

"Hah?" Karina cengo. Gak ngerti. Karena biasanya kalo motor Karina bermasalah, pasti Jendra yang benerin.

Sadar Karina gak ngerti, Ben pun langsung buka jok motor Karina. Meriksa jenis akinya sendiri. Lalu mangut-mangut.

"Automatic nih, jarang rusak harusnya. Bawa ke bengkel aja dah." saran Ben

Membuat decakan Karina menguar otomatis. "Bengkel jauh nggak?"

"Mayan sih."

Ben mengeluarkan topi dari dalam tasnya kemudian mengenakannya. Cuaca siang itu memang sedang terik-teriknya.

"Lo telpon Jendra deh minta jemput. Ini motor lo, gue aja yang bawa ke bengkel, sekalian gue juga mau kesono ngambil motor."

Mendengar Ben menyebut nama sang mantan Karina langsung kikuk. Dan sebelum lelaki itu pergi, Karina buru-buru menahan lengan Ben.

"G-gue... Gabisa ngubungin dia."

"Lah napa?"

"Baru putus..."

Pupil Ben spontan membesar. Doi jadi merasa sungkan, "Eh, sorry. Gue gak tau."

Karina hanya mengangguk sambil tetap menunduk. Mencoba menguraikan kecanggungan, Ben lantas berkata, "Yaudah lo telpon siapa kek, temen lo kali. Minta tolong jemput, gitu?"

"Enggak usah. Gue ikut lo aja ke bengkel."

"Agak jauh loh."

"Ya gapapa."

Toh Ben tidak punya pilihan lain selain mengijinkan Karina ikut. Lelaki itu menarik topi di kepalanya lalu memindahkannya ke atas kepala Karina.

Bikin Karina menatapnya bingung. Namun Ben tidak mengatakan apa-apa. Setelah itu doi berjalan lebih dulu sambil mendorong motor Karina.

Perjalanan mereka berlalu tanpa konversasi. Apa yang diharapkan dari dua orang introvert jika bertemu? Sampai tau-tau, Ben dan Karina sudah tiba di lokasi bengkel langganan Ben.

"Oit, brader." sapa salah satu montir yang terlihat sebaya dengan mereka.

Dari cara sapa Ben yang bersahabat, Karina berpikir mungkin kedua lelaki itu memang akrab. Belakangan Karina tau nama si montir itu adalah Eric.

"Motor gua udah belom?" tanya Ben.

Eric mengangkat jempolnya, "Aman sentosa. Itu lu bawa motor baru lagi? Mo jual apa gimane?"

"Rusak ini mah. Punya temen gua. Lu cek dah, batiba gak bisa nyala mesinnya."

Pandangan Eric beralih pada Karina yang berdiri di belakang Ben. Canggung, Karina hanya balas tersenyum sopan.

[✔️] Love BombTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang