Tiga hari berselang, Arka sukses meledak walau ditahan sendiri karna gadis kelewat ceria bernama Nana- Nana itu terus saja merecoki hari-hari tenang Arka
Mulai dari sapaan berlebihan di pagi hari,menanyakan kampusnya dimana, sapaan sore hari, dan pertanyaan-pertanyaan tidak penting lainnya. Ingin rasanya Arka menyumpal gadis itu dengan tisu, kalau itu Ara atau Nanad sudah Arka getok kepalanya.
Lalu mamanya yang ternyata dekat pula dengan ibu Nana dengan seenaknya mengatakan akan membuka lebar-lebar pintu rumah jika saja gadis itu ingin berkunjung, dan gadis itu tentu mengiyakan di minggu pagi yang harusnya Arka habiskan dengan tidur bermain game lalu mengerjakan tugas kuliahnya di malam hari.
Dasar gadis pengganggu!
"Di kampus kak Arka ada jurusan arsitektur gak?" mengingat satu-satunya kemampuan diri hanyalah menggambar, Nana merasa jurusan itu mungkin saja cocok dengan hobinya pula. Mendesain membuat sketsa dan lain sebagainya cukup menarik bagi Nana.
"Gak tau" Arka menjawab pendek, seandainya mata mamanya tidak mengintainya dari kejauhan, Arka sudah melarikan diri ke kamar dari tadi.
Kepalanya terasa pusing mendengar kecerewetan Nana yang tiada henti
"Kok gak tau, kan kakak kuliah disana" wajah Nana nampak terheran, ia mendongak pada Arka yang duduk di sofa sementara Nana lebih nyaman selonjoran di karpet
"Gue disana mahasiswa, Bukan rektorat atau dosen, jadi gak tau dan gak minat cari tau!" sarkas, Nana awalnya sempat kaget. Wajah boleh tampan, tapi kalimat yang keluar dari bibir manis Arka justru pedas sekali, seperti samyang yang diberi bon cabe level neraka.
"Ya biasa mahasi__
"Lo bisa diem gak? capek gue denger lo ngomong mulu" Arka bahkan tidak menatap kearah Nana, berharap gadis itu tersinggung lalu pulang, tapi tidak perlu ada adegan lari-lari sambil nangis karna ini bukan sinetron.
"Ya maaf kak, masa mau duduk aja gak ngobrol, emang kita patung di apartemen store apa". lalu tawa Nana berderai, Arka justru menghela nafas. Dari sekian banyak karakter manusia, kenapa Arka harus punya tetangga dengan jenis seperti Nana begini?
Bikin repot tau ngak!
"kak Arka punya pacar gak?" Arka tidak niat menjawab, ia biarkan pertanyaan Nana menggantung sampai Intan mama dari Arka muncul dengan sepiring kue ditangan.
"Lagi seru nih kayaknya, emang lagi ngobrolin apa?"
Seru dari hongkong! Arka mendengus apalagi nada bicara mamanya kelewat ceria.
"Banyak tante, ternyata ngomong sama es susah juga ya" intan dan Arka sama-sama mengernyitkan dahi seakan Nana sedang bicara bahasa paling asing dari yang asing.
"Maksudnya?" karna tidak ada tanda-tanda Arka akan bertanya, maka Intan turun tangan.
"kak Arka tante, dingin banget kayak es balok. Jangan dingin-dingin dong aku gampang pilek soalnya" Arka speechless. Membiarkan suara tawa Intan menggema di seluruh penjuru ruang tamu, Arka makin merasa bodoh, kenapa pula ia harus memenuhi kemauan Intan menemani gadis sinting ini? katanya sih tadi cuma sebentar taunya lama, selama nunggu jodoh.
Arka bangkit tanpa kata, menghiraukan panggilan bertubi dari Nana atau Intan yang masih berusaha menghentikan tawa.
"Jangan diambil hati ya Na, Arka memang begitu orangnya" masih ada sisa-sisa tawa disela ucapan Intan
"iya ya Tan? emang sodaranya yang lain juga gitu? atau turunan dari papanya Arka mungkin" jiwa kepo Nana mengambil alih
"Enggak, Arka doang kok yang sok cool. Yang lain mah biasa aja" Nana mangkuk-mangkuk, Arka justru keren dengan diam begitu, padahal seharusnya karna dia anak bungsu, jadinya dia manja. Tapi daripada manja, Arka justru judes.
"Gak papa, sebenarnya Arka baik kok asal kamu tahan aja sama mulut siletnya dia" mungkin memang sudah bawaan dari lahir, karena Intan sendiri pun sampai sudah maklum akan sikap judes dan pedas anaknya.
"Tapi Arka kayaknya gak suka sama aku Tan" Intan mengibaskan tangannya ke udara
"Baru juga berapa hari kamu kenal Arka" padahal biasanya sehari saja orang-orang sudah menjauh dari Arka, takut salah tindakan dan berujung di maki sampai mampus. Sejauh ini yang bertahan baru Ara dan Nadia saja.
"Iya ya? tenang tante. Aku orangnya setia" mereka lalu tertawa, Belum pernah ada gadis yang terang-terangan menyatakan suka pada anaknya begini. Apalagi durasi perkenalan mereka juga tidak panjang, didukung sikap Arka yang minta di tabok saking ramahnya pada Nana.
"Sering-sering aja main kesini"
"oke tante dengan senang hati" siapa yang akan menolak tawaran menarik macam tadi, Nana seakan mendapat lampu hijau dari calon mertua.
KAMU SEDANG MEMBACA
EUNOIA
ChickLitKalau Arka yang judes dan sarkas lalu bertemu dengan Nana yang ceria dan berhati selembut gulali? Apakah akan mengubah Arka?