BAB 1 - REINKARNASI

20 3 0
                                    

"ELENORA QUINZA BEAUFORT"

"Dengan ini dijatuhi hukuman mati!"

Aku telah selesai membaca novel 'Aku Yang Pertama' untuk yang ke - 5 kalinya. Novel ini sangat populer dikalangan teman-temanku. Aku memang benar benar sudah hafal alur dari cerita ini. Ini karya penulis terkenal yang paling populer, katanya keberadaan penulis itu pun sangat misterius.

Saat selesai mengerjakan makalah yang akan dikumpulkan, aku merebahkan badanku yang memang terasa agak pegal. Memang aku akui, bakat ku hanyalah dalam hal mengejar deadline tugas yang mepet. Semakin mepet, semakin encer otakku.

Seperti biasanya, saat aku masih ingin begadang, aku habiskan dengan banyak membaca novel. 'Aku Yang Pertama' memang salah satu dari novel yang sering kubaca. Malam ini, aku ingin habiskan dengan membaca novel tersebut. Selesai membaca, aku menghapus cairan bening yang sedari tadi mengalir di pipiku. Aku memang sering menghayati novel - novel yang kubaca. Hingga akhirnya aku sering melakukan ritual berkhayal sebelum tidur. Memang aku sering berkhayal untuk masuk ke dunia novel dan menjadi heroin yang benar benar di dambakan.

Tapi yang paling membuatku kesal adalah 'MENGAPA BISA AKU MALAH BERADA DI TUBUH SEORANG PENJAHAT' saat itu aku memang tidak tau apa yang terjadi.

16 tahun yang lalu

Saat kubuka mataku, aku melihat seorang wanita cantik, dengan surai berwarna rosegold dan matanya secantik kristal berwarna biru pucat seperti salju tengah tersenyum kearahku.

"Eeeuum?" (Siapa?)

"Eghhh egigi blabla?" (Suara bayi?)

"Bayinya sangat cantik, duchess" ujar salah seseorang yang keberadaannya baru kuketahui, usianya terlihat tidak jauh berbeda dengan perempuan cantik yang memiliki mata warna biru seperti salju itu.

"Dia putriku, aku akan memberinya nama ELENORA QUINZA BEAUFORT" ucap pria yang masih tampan di usianya yang terlihat seperti umur 30 an, dengan surai berwarna hitam dan mata yang sangat tajam berwarna perak itu menatapku dengan senyum haru.

Aku yang tak mengerti aku berada dimana pun, seketika ingin menggerakan badan.

"Eh, kenapa aku tak bisa bergerak? Tunggu ada dimana aku?" batinku

"Gadis manis, kemarilah biar paman menggendongmu!" ujar pria yang warna matanya sama dengan pria bermata perak tadi

"Eughh owee owee bababa?" (Eh, aku terangkat?)

Bukannya badanku agak besar ya? Batinku insyekur dengan tubuhku sendiri

"Gugu gugu" (Turunkan aku)

Saat aku terangkat, aku melihat bayangan tubuhku di depan cermin yang ada di depan ku dengan mulut yang menganga.

"APAAAA AKU MENJADI BAYI?"

Flashback end

"Waktu begitu cepat, tidak terasa aku menjadi Elenora didalam novel 'Aku Yang Pertama' dan sudah kulalui 16 tahun ini" ujarku sambil menatap cermin

"Dua tahun lagi, semuanya akan dimulai, aku benar benar harus bertindak sesuai rencana dengan sedikit tidak sesuai alur novel agar ceritanya tidak melenceng jauh" ujarku frustasi

Sebenarnya aku hanya ingin menjadi gadis dengan hobi rebahan yang punya banyak duit untuk membeli apapun yang kuinginkan. Tapi mengingat kejadian tragis yang menimpaku, aku mengurungkan niatku. Aku banyak berlatih pedang, berpanah dan juga kemampuan senjata lainnya. Semua latihan fisik banyak kuasah, beladiri termasuk ke dalam list yang harus kupelajari. Aku pun banyak memasukan asupan materi seperti mata pelajaran sosial politik ke otak ku yang terbilang bodoh ini. Aku memang melakukan pencapaian banyak hal selama 16 tahun. Ini semua kulakukan demi bertahan hidup.

Saat hari pertunangan dan pernikahan ku tiba, aku harus bersiap untuk bercerai dua tahun selanjutnya. Aku sudah membuat rencana untuk menghindari kematianku seperti yang ditulis di novel. Aku akan bercerai dengan baik baik dan membiarkan heroin bersatu. Memang itu rencana ku, untuk tidak ikut campur dan berurusan dengan heroin sebisa mungkin.

"Kakak!" suara kedua adik kecil ku memecahkan lamunanku

Memang aku memiliki dua adik kecil berumur 4 tahun dan 6 tahun untuk saat ini. Keluargaku, ayah, ibuku termasuk adik adikku saat kejadian itulah yang tetap mendukungku di saat hari kematianku. Keluargaku rela mati hanya untuk membelaku. Aku menyayangi keluargaku, makanya aku akan menjaga mereka dan berjanji pada diriku sendiri untuk membuat kedudukan ayah semakin kuat dan kokoh. Aku tidak ingin mengecewakan mereka.

"Kak" ujar adik kecil perempuan ku sambil menggucang tubuhku

"Kak, kenapa suka sekali melamun sih?" ucap adikku dengan paras tampannya sambil menggembungkan pipinya.

"Ada apa kenapa kalian kemari? Bukannya, kakak bilang untuk menunggu di kereta kuda saja" ujarku tersadar dari lamunanku kembali sambil mengelus surai kedua adikku yang berwarna rosegold sama seperti ku yang juga memiliki bola mata berwarna perak, menandakan keturunan Duke Beaufort, nama ayahku.

"Cepatlah kak, ayah dan ibu menunggumu!" ujar adikku sambil menggandeng tanganku menuju keluar mansion putih yang masih berdiri sangat kokoh, walaupun bangunan ini sudah cukup tua.

Memang benar, aku membenci hari ini hari dimana perjodohanku akan dimulai. Upacara kedewasaan konyol ini yang mengantarku pada kematian.

Tiba saatnya aku di istana yang terbilang cukup luas dan megah ini. Aku masih berada di kereta kudaku bersama salah satu dari ketiga pelayanku, yang bernama 'Myrthle' yang terpaut usia 14 tahun, dua tahun lebih muda dariku.

Aku memakai dress berwarna biru pucat seperti warna mataku di bagian bawahnya yang agak mengembang dengan kerah yang membentuk 'V' dipadukan lengan pendek yang berbentuk balon yang mengembang dengan beberapa pita dan hiasan sederhana lainnya di sekitar dress ini untuk membuat aksen sederhana dan elegan sekaligus. Desain ini memang di rancang khusus untuk keluargaku.

"Mrythle, aku akan membuat relasi dan koneksi disini, kamu bisa menikmati kue yang ada disana jika kamu mau" ujarku dengan mata yang sambil melihat kesana kemari dari para bangsawan bangsawan yang berbincang bincang.

"Saya akan menemani nona saja" ujar Mrythle sambil tersenyum memperlihatkan deretan gigi giginya

"Baiklah, ikuti aku" ucapku sambil pergi ke sebuah circle perkumpulan para bangsawan kelas atas

Rencanaku berhasil dengan lancar. Aku sukses mendapat perhatian dan relasi dari para bangsawan bangsawan kelas atas ini yang akan mendukung posisi keluargaku. Saat sudah merasa puas, aku beralih mencari orang tuaku yang sedari tadi mengobrol dengan grand duke Norfolk beserta istrinya serta keluarga kerajaan Edinburg. Sedangkan adik - adikku sudah kembali ke mansion, yang katanya sudah mengantuk berat.

"Dimana ibu dan ayah? Aku rasanya ingin segera pulang" ujarku dengan terus berkeliling istana mencari keberadaan mereka

Saat aku membalikan tubuh, kepalaku tertabrak dengan sesuatu yang seperti sekeras tembok. Aku pun mengangkat kepalaku keatas, terlihatlah seorang pria dengan wajah yang dibentuk seperti pahatan yang sempurna, memiliki rahang yang keras dan rambut hitam yang menggoda dengan mata merah yang menyala, membuat aksennya bertambah sangat sexy berkali kali lipat.

"Apa yang barusan kupikirkan, dasar pria tampan memang sangat menggoda" batinku dengan mulut yang masih menganga sedari tadi dan tidak melepas pandanganku darinya

"Ah, maaf" ujarku sambil menghapus air liurku yang hampir berjatuhan dan mengalihkan pandangan mataku darinya

"Sial sial sial, apa yang kau lakukan elen? Mengapa sampai mengeluarkan air liur, sungguh memalukan" batinku sambil menggelengkan kepalaku

"Ehem" ujarnya

"Salam Yang Mulia Putra Mahkota, Semoga berkah kerajaan Ediburg selalu bersamamu" ujar Mrythle, yang tidak kusadari sudah ada disampingku, setelah tadi meninggalkanku untuk mengantar kedua adikku ke kereta kuda.

"Putra mahkota? Sial"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 21, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AKU YANG PERTAMA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang