Hold On Part 2

80 12 10
                                    

Warning 18+


ah ngapain ya?


Menggesekkan bagian intimnya ke bokong perempuan tersebut, tangannya yang kekar berotot dan bertatto meremas bagian dada perempuan itu dari belakang. Lelaki itu menciumi tengkuk wanita tersebut tanpa ampun. Bodohnya, aku melihat itu dengan jelas. Oke, aku memang gapernah ngapa-ngapain, tapi bukan berarti aku ga paham apa yang terjadi di depanku.

Mukaku mulai merah padam entah tanpa alasan yang jelas, keterkejutanku semakin berlanjut ketika aku merasakan ada seseorang di belakangku yang menempelkan dadanya di punggungku. Nafasku tecekat. Orang itu menutup mataku secara perlahan dengan menggunakan telapak tangannya yang besar, dan membisikkan sesuatu.

"jangan di lihat, ga baik."

Aku mengepalkan tangan seketika. Malu, kaya abis terciduk nonton bokep.

"kamu mau tau ga mereka sekarang lagi ngapain? Saya kasih tau." tanya orang tersebut tanpa menunggu jawabanku. Sempat gelagap ingin menjawab, sosok itu membungkam pergerakan yang hendak aku lakukan dengan melingkarkan tangan satunya di pinggangku sangat erat, yang menciptakan seruan tanpa jarak di tubuh kami masing-masing dan mulai melanjutkan ucapannya..

"laki-laki itu mulai meraba dada wanitanya secara langsung. Tangannya masuk ke dalam baju wanita itu. Kamu bisa dengar desahannya kan?" tidak berbohong, memang begitu yang sedang terjadi. Bisikan sosok itu pada telingaku tidak datar tapi tidak juga menggoda.

"laki-laki itu punya paras bergigi kelinci. Tangannya yang mulai berurat keras mulai turun menjelajahi area kewanitaanya. Sekarang, sedang di sentuhnya dari luar celana dan meremasnya. Kamu mau tau wanita tersebut ngapain?" bodohnya aku mengangguk. Keringat sebutir beras mulai terlihat di pelipisku. Nafasnya yang hangat di area telingaku cukup menyapa desiran gemuruh pada diriku saat ini.

"wanita itu meraba milik sang lelaki secara langsung. Memasukkan tanganya kebalik celana jeansnya tanpa mengubah posisi apapun."

Ahh—

aku membayangkannya, hinga tanganmu berkeringat dingin. Tangan mengepal kuat di kedua sisi paha, kuku jariku mulai menusuk telapak tangan saking kuatnya kepalan tersebut.

Bisikkan itu terus berlanjut. Tak ada godaan pasti dari sosok lelaki yang saat ini sedang mencengkram lingkaran perutku dengan kuat. Lelaki itu terus melanjutkan.

"sekarang, laki-laki bertangan kekar penuh tatto itu memasukan tanganya secara langsung kedalam celana wanita itu dari belakang, mengelusnya secara perlahan. Menggodanya di bawah sana. Sangat-sangat perlahan, sembari memilin putting dadanya di balik baju wanita itu. Kamu bisa dengar kan desahannya semakin memekik tertahan?" tanyanya dengan menempelkan bibirnya di telingaku dari setiap kata yang terucap saat ini.

Fuuuc--

Umpatku dalam hati. Tanganku yang tadinya mencengkram pergelangan tangan sosok itu di pinggang, kini beralih mencengkram tangannya yang sedang menutup mataku. aku ingin melepaskannya, ingin menarik tangan tersebut dan kabur nan jauuuuh dari sana. Namun, apa yang di fikirkan berbanding terbalik dengan tindakanku. Sial, aku malah menggenggam kuat lengan lelaki tersebut dengan hembusan nafas yang tertahan.

"ah, saya melihat tanganya bergerak agak cepat seperti keluar masuk? sepertinya laki-laki itu mulai memasukkan jarinya kedalam---" ga. aku gakuat. Kaya mau pipis, masa aku ngompol? Buru-buru aku berbalik dengan cepat, mendorongnya dengan sekuat tenaga yang sudah di kumpulkan sedari tadi dan kemudian berlari jauh dari tempat tersebut menuju kamar mandi, kamu ingin pipis. kamu ga kebelet tapi kamu rasanya ingin pipis.

Setelah aku berlalu pergi, sosok itu memainkan lidah di dalam mulutnya, kemudian menyunggingkan senyumnya lalu menduduk sesaat dan mengusap bibir dengan ibu jarinya, entah dengan maksud apa. hanya dia seorang yang tau. Kemudian ia menghampiri sepasang mahasiswa tersebut dan berdehem dengan memasang wajah sangat arrogant. Belom juga menolah, sepertinya terlalu asik dengan permainan jari masing-masing. Sosok itu maju selangkah dengan menepuk pundak sang laki-laki yang berhidung mancung tersebut kemudian berdehem kembali.

"nnghh... fuck---" ucap lelaki itu setengah sadar dari maboknya birahi, segera menjauhkan diri satu sama lain dan membenarkan pakaiannya masing-masing. yang laki-laki membenarkan ret sleting celananya, yang wanita membenarkan bra nya.

Lelaki bertatto itu, menggandeng tangan wanita tersebut dengan erat. dan menariknya untuk memposisikan diri di belakang sang lelaki yang tadi sempat ingin menggagahinya. Kemudian tersenyum sinis kepada sosok di depannya. Hanya ada tatapan mata di antara kedua lelaki tersebut, tanpa sepata katapun yang keluar. Gertakan gigi terdengar, rahang masing-masing begitu mengeras.

"Jungkook, ayo.." ajak wanita tersebut, menarik perlahan tangan yang ia genggam. Sumpah demi apapun dia takut banget sama suasana ini. Dia gatau ada apa, tapi dia bisa merasakan atmosfer yang berbeda disini.

Kenapa? Kalo kalian semua mau tau....

Laki-laki bernama jungkook itu berlalu dari hadapan sosok tersebut dengan menarik tangan wanitanya. Namun, baru beberapa langkah, ia memberhentikan langkah kakinya, kemudian berucap.

"kita cukup sampai disini, pak." tatapnya penuh arti namun menusuk.

"kita sudah cukup dari dua bulan lalu, pak kim taehyung." desisnya penuh penekanan. Sorot matanya penuh ancaman, setiap kata ia yakinkan penuh kepercayaan diri

 Sorot matanya penuh ancaman, setiap kata ia yakinkan penuh kepercayaan diri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

HAALOOOOOOOOOO, WKWKWKKWKW

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

HAALOOOOOOOOOO, WKWKWKKWKW. SEGINI PEMANASAN PART 2 NYA YA BUN. SEPERTI BIASA JANGAN LUPA INGETIN DI IG/TWITTER @ONTAHE WKWKKWKWKWKWKWWKWKWKWKWKWKW UDAH DI WARNING, KALO DI WARNING KAN TETEP DI BACA HAHAHHAHA

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 20, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dear, KamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang