Kalau gak tahu harus mulai dari mana,
mulai dengan berhenti lebih dulu dari yang sudah.Kupikir tadinya cara paling mudah melupakanmu adalah dengan tidak lagi berhubungan dengan semua hal yang menyangkut kamu. Seperti tidak ada lagi pergi ke tempat yang sering kita datangi dulu, tidak ada lagi kopi di tempat biasa kamu pesan. Dan yang terpenting tidak menunggu status online-mulagi. Sempat aku berpikir untuk memblokir nomormu saja tapi tidak aku lakukan. Namun aku belum siap untuk kamu tanyai alasannya.
Hari berlalu dan aku masih menjadi seseorang yang menunggu akan sebuah lupa. Sementara yang sering aku lakukan kebanyakan adalah mengenang sambil berharap bisa kembali ke masa itu. Lalu aku tertawa sebelum akhirnya menangis. Mencari apa saja yang bisa disalahkan, karena sampai hari ini aku masih belum bisa terima kalau yang tersisa sekarang hanyalah kekosongan.
Aku juga kebingungan, seperti waktu yang sebelumnya aku habiskan untukmu, kini entah harus dengan apa aku menggantinya, selain melamun.
Jujur aku merasa tersiksa dan sisa udara yang kupunya juga seperti direnggut paksa.Pernah di suatu waktu aku seperti mendengar suaramu, di kepala suara itu terdengar keras seperti memanggil. Aku tersenyum, sebelum akhirnya kecewa karena yang kudengar bukanlah kebenaran.
Aku jadi beranggapan kalau kamu pun tidak mungkin semudah itu lupa. Pasti ada setidaknya sekali saja kamu inginkan aku kembali ada.
Kalau dipikir lagi, hal yang kulakukan itu sia-sia. Sekalipun kamu pergi ke ujung dunia, jika hakikatnya milikku, kita bisa kembali ada.
Bukankah sesuatu yang pergi punya caranya sendiri untuk pulang?
Barangkali aku perlu mulai melangkah ke arah yang bukan kamu. Dan untuk memulai yang baru aku perlu berhenti lebih dulu dari yang sudah. Meski begitu, kamu adalah hal sudah yang pernah kuharapkan bisa terjadi lagi.
Berbahagialah karena hari yang kau tunggu selama ini akhirnya tiba; aku tidak lagi mengharapkanmu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kita coba lagi
Short StoryTahun baru di hari rabu dengan rasa yang baru Hal-hal berat yang dulu ada ingin sekali kutiadakan. Tentu saja kuharap begitu, terlalu sakit jika seandainya harus kubawa lagi luka itu. Luka yang mungkin seharusnya gak ada kalau saja kamu masih di si...