Jangan lupa tinggalkan jejak ✨
Let's go
.
.
.~VaSsa~
Ghava pergi meninggalkan keempat temannya dengan perasaan yang tidak bisa dijelaskan. Hari ini moodnya kurang baik karena terjadi sesuatu dengan orang terdekatnya.
Ghava melangkahkan kakinya menuju perpustakaan, saat ini yang ia butuhkan adalah ketenangan. Ia ingin menjernihkan pikiran dan beristirahat sejenak. Ia mengambil bagian pojok dari sisi perpustakaan. Ia melipat kedua tangannya sebagai alas untuk ia membaringkan kepalanya.
***
Tessa beserta ketiga sahabatnya sedang bercanda gurau sambil menikmati makanannya.
"Nasi goyeng iki mantep pisan ey," ujar Vira sambil menyendok suapan terakhir ke mulutnya.
"Yes, bener banget beb. Nasi goreng buatan mbak Lisa emang the best." Balas Jovanka menambahkan. Tak lupa setelah itu ia kembali mengunyah permen karetnya. Sedangkan Zee hanya mengangguk tanda setuju.
Tessa mengalihkan pandangannya ke seluruh penjuru kantin. Hari ini ia belum lihat keberadaan Ghava, pacarnya. Sampai matanya berhenti pada pojokan kantin, ia melihat hanya ada Ervin, Fairel dan Yuda.
Ketika Tessa mencoba sedikit berdiri, Zee mencegahnya, "Lo mau kemana Cha?" Tanyanya pada Echa, a k a Tessa.
"Aku ada urusan sebentar," ujarnya segera beranjak dan mengambil uang berwarna hijau untuk diberikan kepada zee . "Ini uangnya, bayarin makanan sama minuman aku ya Zee." Pamitnya.
Tessa bergegas pergi dan menghampiri meja ketiga cowok yang masih beradu mulut itu.
"Kan gu--,"
"Maaf mengganggu, aku mau nanya Ghava mana ya?" Tanya Tessa.
Suara gadis itu menghentikan aktivitas ketiganya. Fairel menoleh, "Lo siapa ya?" Tanyanya balik.
Tessa tersenyum, "aku ada urusan sama Ghava, Ghava nya kemana ya?" Tanyanya sekali lagi.
"Dari pada lo nanya Ghava, mending nanya kita aja. Kita juga gak kalah tampan kok dari dia," ujar Yuda dengan percaya dirinya.
"Yoi bro," ucap Ervin sambil menyeruput minuman milik Fairel.
"Ehh.. apa-apaan lo minum punya gue bambang. Lo kan punya sih."
"Aelah pelit amat sih lo, minum gue udah habis beb," ucap Ervin membela diri.
"Jijik gue lama-lama dekat sama lo,"
Ketiganya masih terus melanjutkan perdebatan tanpa menghiraukan keberadaan Tessa. Tessa yang merasa tidak mendapatkan jawaban akhirnya meninggalkan ketiga lelaki itu. Ia pergi meninggalkan kantin dan mencoba mencari keberadaan Ghava.
Ketiganya menghela napas, "itu cewek siapa sih?" Tanya Fairel penasaran.
"Lo kok gak tau sih," balas Yuda.
"Kalau gue tau, gue gak bakalan nanya sama lo berdua,"
"Dia itu Tessa, murid pintar dan anggota osis," jelas Ervin.
"Berarti Ghava ada masalah dong sama tuh cewek," sambung Fairel.
"Lo kayak gak kenal Ghava aja, banyak cewek yang tergila-gila sama dia. Paling tuh cewek salah satunya," sahut Ervin.
"Tapi Kai juga gak kalah ganteng kok. Eh kok gue malah muji tuh kulkas sih." Ujar Yuda sambil memukul bibirnya pelan.
"Gue yang paling ganteng," ucapnya dalam hati.
"Udah-udah ayo kita habiskan makanan ini, bentar lagi bel." Tutup Ervin dan mereka bertiga kembali melanjutkan makannya yang tertinggal.
***
Tessa sudah mencari di dalam kelasnya, di taman belakang dan di sekitaran lapangan basket, tetapi masih belum bisa menemukan keberadaan Ghava.
"Apa ada di..." Hanya satu tempat yang ia pikirkan, dan ia yakin pacarnya itu ada di sana.
Saat kakinya melangkah masuk kedalam perpus, Tessa menatap sekeliling dengan teliti sampai akhirnya ia sampai ke sisi pojok dari perpustakaan. Tessa melihat seorang lelaki sedang menenggelamkan wajahnya di kedua lengannya.
Tessa menghampiri lelaki itu, "Ghav," ujarnya sambil menepuk pelan pundak Ghava.
Ghava yang terusik, seketika terbangun dan melihat siapa yang sudah mengganggu tidurnya.
Tessa memperhatikan raut wajah Ghav yang tak senang dengan kedatangan nya. "Ngapain lo disini?" Tanya nya dengan nada tak suka.
"Aku nyari kamu, soalnya kamu gak kelihatan dari tadi pagi." Cicit Tessa.
"Baru sehari loh Cha, lo gak jumpa sama gue. Lebay banget sih,"
"Aku kan khawatir sama kamu Ghav,"
"Ya tapi gak gini juga dong, gue itu mau istirahat,"
Tessa menggelengkan kepalanya, "Ghav..." Panggilnya lagi.
"Apa sih Cha?!" terdengar nada bicara Ghava sedikit meninggi.
"Ak..aku cuma khawatir sama kamu. Kamu lagi ada masalah ya? Mau cerita, aku dengarkan kok." Tessa mengelus pelan bahu Ghava.
Ghava menepis tangan Tessa yang berada di bahunya, "gak perlu." Ujarnya tak terbantahkan.
"Mending kamu pergi deh Cha, gue tambah pusing kalau lihat lo disini."
"Tap...tapi..."
"Lo bisa gak sih kayak mantan gue?"
***
~Bersambung~
Bagaimana dengan part kali ini?
Masih mau dilanjut?
I hope you so enjoy with my story😇Happy Reading All ❤️
Salam Sayang
Deansa
KAMU SEDANG MEMBACA
VaSsa
Teen FictionFOLLOW DULU SEBELUM BACA Ketika seseorang tersenyum bukan berarti dirinya tak pernah menangis. Senyum itu palsu, untuk menunjukkan bahwa dia baik-baik saja. Hatinya ia relakan tersakiti demi melihatmu bahagia.Terkadang kata-kata yang keluar dari m...