02 ; tentang keduanya

1.6K 247 18
                                    

Siang itu Hyunsuk dan dua temannya tengah berada di kantin fakultas mereka. Masih menunggu kelas selanjutnya. Kali ini Wooyoung tengah bercerita bagaimana pertemuannya dengan sang kekasih─Choi San namanya.

"Waktu itu heatnya lebih cepat dari jadwalnya, aku bertemu dengannya ketika ia nyaris diperkosa oleh alpha lain," jelas Wooyoung. "Kalian tahu? Aku bahkan bisa membunuh bajingan itu saat itu juga." Kilatan marah masih terpancar dari Wooyoung.

Siapa pun pasti marah kalau omega mereka disentuh orang lain.

"Ada kah yang masih menolak takdir?" Tanya Hyunsuk tiba-tiba.

"Ada tetapi tak seperti dahulu, sekarang banyak yang sudah terbiasa dan mulai menerima siapapun takdir mereka," jelas Chaeyoung. "Lagipula kau kan tahu konsekuensi menolak takdir."

Menolak takdir sama saja dengan membunuh salah satu dari mereka. Maka, keduanya harus sama-sama menolak ikatan takdir bila ingin selamat.

Membayangkan hal itu membuat Hyunsuk bergidik ngeri, "mengerikan sekali."

"Ya, lagipula tidak seburuk itu kok. Kau malah merasa lebih bahagia dari sebelumnya?" Sahut Wooyoung. "Aku tak tahu bagaimana menjelaskannya tapi, kau akan paham ketika bertemu dengan takdirmu nanti."

Diantara keduanya memang hanya Hyunsuk yang belum bertemu dengan matenya. Padahal Chaeyoung bertemu matenya ketika berumur 19 tahun, sedangkan Wooyoung bertemu San ketika berusia 17 tahun.

"Kau belum juga bertemu matemu?" Tanya Chaeyoung sembari menyuap potongan roti.

"Belum, padahal sebentar lagi usiaku 22 tahun," keluh Hyunsuk.

"Tak apa, memang terkadang ada yang lama kok," sahut Wooyoung.

Hyunsuk hanya bisa mengangguk, sudah terlalu malas memikirkan masalah mate.


Jihoon berjalan memasuki lapangan basket dengan raut datar. Menghampiri Junkyu yang tengah bermain dengan Jaehyuk.

"Wah ada apa dengan Tuan Muda Park ini?" Tanya Junkyu dengan nada mengejek.

"Diam lah, aku sedang malas berkelahi denganmu," sahut Jihoon, ia merebut bola basket di tangan Jaehyuk.

"Ya! Aku serius. Ada apa dengamu," kata Junkyu yang langsung menarik tangan Jihoon agar tidak pergi.

Jaehyuk menatap kedua pemuda yang lebih tua setahun darinya itu, "kalian seperti anak kecil."

Jihoon mendecak sebal, "aku bertemu pak tua itu tadi."

Kedua sahabatnya itu terdiam, menatap Jihoon kaget.

"Dan kalian tahu? Dia bersama wanita sialan itu," kata Jihoon dengan wajah muram. "Menyuruhku kembali ke rumah dan tinggal dengan mereka. Jangan mimpi."

"Kalau tak salah ingat wanita itu juga memiliki anak lelaki, bukan?" Tanya Jaehyuk.

Jihoon mengangguk, "katanya masih SMA."

"Lalu, kau membenci anak itu?"

Pemuda Park itu tertawa, "aku tidak pernah menyukai orang yang membuat ibuku menderita, Kyu."

"Tapi, anak itu tak tahu apa-apa, Ji."

Jihoon tahu.

Anak lelaki itu tidak tidak tahu menahu tentang keluarganya, bahkan kelakuan ibunya. Hanya saja Jihoon tak bisa menerima kehadiran wanita itu dan anak lelakinya. Jihoon membenci setengah mati wanita sialan yang membuat ibunya sengsara. Karena mereka ibunya tersiksa.

"Dia darah daging wanita yang sangat ku benci, bagaimana mungkin aku tidak membencinya juga?"

Ketiganya memilih diam dan tak lagi melanjutkan perbincangan. Mereka asik bermain basket hingga tak menyadari sore datang menghampiri.

"Mau ke mana?" Tanya Junkyu pada Jaehyuk.

"Menjemput Asahi, apa lagi?"

"Kau tidak menghampiri Yoshi?" Kali ini Jihoon bertanya pada Junkyu.

Si alpha muda itu hanya menggeleng, "menghampiri Yoshi ketika pekan ujian adalah hal mustahil. Kau tahu sendiri kekasihku gila belajar," keluh Junkyu.

"Kasihan sekali Kak Yoshi jadi matemu," ledek Jaehyuk.

"Ya, sialan!"

Mate ya?

Jihoon tak pernah terpikir akan hal itu. Melihat bagaimana keadaan keluarganya, membuat ia tak mau berurusan dengan yang orang sebut ikatan takdir itu.

"Kau sendiri bagaimana?"

"Aku?"

"Iya, diantara kita bertiga hanya kau yang belum menemukan matemu," jelas Junkyu.

Jihoon terdiam, membuang pandangan ke lapangan basket yang kosong.

"Aku tidak tertarik."

"Kau gila?!" Seru Junkyu.

"Jangan bilang─"

"Iya, aku akan menolaknya," sahut Jihoon dengan raut datar. "Sudah lah, aku pergi dulu."

Meninggalkan kedua pemuda itu menatap punggungnya yang lama kelamaan hilang ketika berbelok menuju parkiran.

"Anak itu," maki Junkyu.

---

udah lama ga ngetik pake bahas baku gini kalau aneh maafkan ya :')

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 28, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Desire • HoonsukTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang