#0 Prologue

119 50 21
                                    

-Semua percakapan sudah diterjemahkan kedalam Bahasa Indonesia-

   Rintik-rintik hujan membasahi sebuah pemakaman yang baru saja terkubur di salah satu tempat pemakaman di Bandung, Indonesia. Beserta dengan 3 orang  yang sedang duduk mengelilingi makam tersebut. Merenung sedih kehilangan yang wafat pada malam ini yaitu Afrina Kelly sang Ibunda dari mereka yang berduka. Berlangsung sampai suara gemuruh hujan menyatu dengan suara tangisan  wanita di antara mereka yang sedang duduk tepat disamping batu nisannya. Seperti irama lagu yang menggiring perjalanan yang telah meninggal pergi ke Alam Baka.


   Mereka bukanlah asli penduduk sini. Mereka hanya tiba-tiba saja disini untuk menuruti permintaan terakhir ibunda dikuburkan di Indonesia. Mereka adalah keluarga Genoard Albert. Wanita yang sejak tadi menangis adalah Jessie Genoard. Anak tiri Afrina Kelly dari selingkuhan suaminya dan lelaki muda bersamanya.

   Lelaki itu adalah Alexander Genoard. Alex walaupun terlihat tegar namun hatinya ingin menjerit betapa sedihnya kehilangan. Dia lagi-lagi kehilangan ibunya untuk kedua kalinya. Seperti sudah ingin berhasil keluar dari penderitaan namun dipaksa masuk kembali ke dalam untuk terkurung lebih lama lagi.

   Meskipun Jessie adalah anak tiri Afrina Kelly dan hasil perselingkuhan Genoard Albert ayahanda Alex. Tangisan kesedihannya tidak bisa dianggap tipuan. Menangis terisak-isak melebihi tangisan Alex yang anak kandungnya ibunda Afrina sendiri.

   Dihari itu malam semakin gelap dan dingin. Tak terasa waktu begitu cepat. Mereka masih ingin menemani ibunda dimalam hari untuk terakhir kalinya. Burung hantu mulai bermunculan layak sebagai pengiring alunan musik yang menghancurkan keheningan di tempat pemakaman itu. Hujan gerimis ini adalah saksi betapa putus asanya kedua anak  Afrina Kelly tanpa ibunya.

   Pak supir yang sejak tadi bolak balik memperhatikan jam tangannya akhirnya bergerak mendekati mobil. Sebagai kode untuk Alex bahwa mereka harus segera menyelesaikan kesedihan untuk pulang. Alex yang sudah memahaminya langsung membuka percakapan yang sejak dari tadi hanya terdengar suara tangis Jessie.

“Mau sampai kapan kamu nangis ditengah kuburan seperti ini Jessie?” ucap Alex.


"Kita sudah 7 jam disini Jessie" lanjutnya.


“Apa itu kebahagiaan?” kata Jessie melontarkan pertanyaan kembali, tidak memperhatikan waktu sedikit pun.


“Kenapa manusia diberikan penderitaan?” ucapnya lagi.


“Apakah dengan penderitaan manusia bisa mendapatkan hadiah atas perjuangannya?” tanya nya lagi dan masih ingin melontarkan pertanyaan membuat Alex semakin bingung pada Jessie.


“Aku akan menjawab jika kita sudah kembali ke rumah” balas Alex berusaha menenangkan pikiran Jessie.


“Kamu ingat apa yang aku katakan dahulu sebelum kamu ingin pergi meninggalkanku?” tanya Jessie mencoba kembali ke masalalu.


“Tolong Jessie, jangan memperumit keadaan. Jangan kamu menyamakan diriku yang dulu sama yang sekarang. Tenang saja, kamu masih ada aku. Meskipun tinggal kita berdua saat ini kamu harus lebih kuat” jawab Alex dengan lantang .

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 19 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Dream book 1 : "Don't Run" - Alexander Genoard (Ongoing)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang