Haii, Vano.
Apa kabar? Sudah lama bukan sejak terakhir kali aku menyapamu dengan perasaan yang baik? Jika kamu bertanya bagaimana aku sekarang, maka tentu jawabannya, aku masih Lala yang sama yang kamu kenal dulu.
Masih Lala yang sering kamu temui di rooftop sekolah, masih Lala yang sama yang sering kamu lihat membawa novel Harry Potter yang menurutmu novel anak-anak, dan tentu saja masih Lala yang sama yang menatapmu penuh keheranan di hari pertama sekolah.
°°°°°°°
"Kenapa tidak datang lebih pagi lagi? Upacara sudah dimulai sekarang,"Aku hanya bisa tersenyum mendengar ucapan salah satu guru baruku yang wajahnya terlihat sedikit lebih galak dari guru lainnya.
"Ya sudah, tunggu disitu saja"
Dia menunjuk kearah sofa yang ada di pojok ruangan.
Ada seorang murid baru lainnya yang sedang duduk di salah satu sofa yang ada di sana. Dia terlihat sedikit familiar untukku. Aku mencoba mengingat-ngingat siapa dia. Tapi sialnya, kacamata minus yang sekarang bertengger di wajahku tidak membantuku untuk mengenali sosok itu. Aku berjalan mendekat, mencoba tak bersikap aneh, tapi tetap berusaha melihat secara jelas wajahnya.
"Fylla"
Langkahku langsung terhenti saat mendengarnya memanggil namaku. Si murid baru itu, berjalan mendekat ke arahku dan tersenyum. Apa? Tunggu dulu..
"Ario? Lu juga pindah kesini?"
Ucapku terkejut dengan apa yang aku lihat sekarang. Ario, sepupu jauh yang juga teman kecilku ini ternyata pindah ke sekolah yang sama denganku. Entah harus ku katakan sebuah keberuntungan atau apa, tapi setidaknya aku jadi mempunyai seorang teman yang sudah mengenalku dengan ribuan keanehan yang ada pada diriku.
"Lu kapan balik ke indo? Ga ngabarin gua lu, gila si"
Aku tertawa mendengar penuturan Ario. Bagaimana aku akan mengabarinya, jika kontaknya saja aku tak punya.
"Gue baru balik minggu lalu"
"Kenapa balik? Ga berhasil nemuin jalan masuk ke Diagon Alley di London?"
Aku tertawa mendengar pertanyaan Ario. Tentu saja, Ario masih ingat tentangku yang sangat tergila-gila pada dunia sihir yang di ceritakan J.K. Rowling dalam novel-novelnya.
"Masih inget aja lu"
Ario tertawa mendengar ucapanku. Pernyataan konyol memang. Tentu saja Ario ingat, beribu kali aku menceritakan tentang petualangan Harry Potter yang aku baca dari novel kepadanya. Bisa jadi, Ario sudah sangat hafal dengan alur cerita dan berbagai konflik yang ada di dalam cerita itu.
"Afylla Lefka Trianta"
Fylla langsung menoleh ke sumber suara.
"Kamu ikut ibu, dan kamu.."
Ario menoleh ke belakang, mencari tau siapa yang diajak bicara guru di hadapannya ini.
"Saya Bu?"
"Ya siapa lagi?!"
Nada bicara ibu guru ini terlihat sedikit meninggi. Tentu saja, pertanyaan Ario sangat tidak masuk akal.
"Saya yang akan membawanya ke kelas, Maria"
Guru lain yang sepertinya terlihat lebih berumur dari guru yang kalau aku tidak salah dengar namanya Maria itu, datang menghampiri kami sambil menepuk-nepuk bahu Ario.
"Dia dikelasku bukan?"
Bu Maria--ya setidaknya itulah yang aku tau--mengangguk, mengiyakan pertanyaan Guru yang terlihat bahagia menatap ke arah Ario.
KAMU SEDANG MEMBACA
Redonero
Teen Fiction~'•𝐷𝑎𝑛 𝑎𝑘𝑢 𝑡𝑒𝑟𝑗𝑒𝑏𝑎𝑘 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑐𝑒𝑟𝑖𝑡𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑙𝑎𝒉 𝑢𝑠𝑎𝑖 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑑𝑖𝑚𝑢𝑙𝑎𝑖•'~ -------- "ᴳᵘᵉ ᵍᵃ ᵖᵉʳⁿᵃʰ ᵇⁱˢᵃ ʲᵃⁿʲⁱ ᵉⁿᵈⁱⁿᵍⁿʸᵃ ᵇᵃᵏᵃˡ ˢᵉˢᵘᵃⁱ ᵉᵏˢᵖᵉᵏᵗᵃˢⁱ" °°° "ᴰᵃⁿ ᵍᵘᵉ ʰᵃʳᵃᵖ, ˢᵉᵐᵘᵃⁿʸᵃ ᵍᵃ ᵇᵃᵏᵃˡ ᵐᵉʳᵘᵇᵃʰ ᵃᵖᵃᵖᵘⁿ ᵈᵃʳⁱ ᵏ...